Matahari yang mulai menampakkan wujudnya di ufuk timur tak mampu membuat pemuda manis itu segera beranjak dari tidurnya untuk memulai aktifitas paginya di hari minggu ini.
Kehidupannya terasa begitu monoton, disibukkan dengan mengulang kegiatan kuliahnya dari hari senin sampai jum'at, dari pagi hingga sore ia habiskan waktu dikampus, dan sisa waktunya ia gunakan hanya untuk berdiam diri di kos miliknya.
Harus mengulang semua materi kuliahnya dari awal juga terasa sangat membosankan baginya, walaupun tak jarang dosen dan beberapa temannya menganggapnya jenius karena sudah mampu menguasai materi yang bahkan belum sempat disampaikan oleh dosen.
Terkadang Renjun terkekeh geli saat membayangkan wajah teman-temannya yang terkagum ketika melihatnya mampu menjelaskan beberapa materi di bab selanjutnya. Padahal dulu, saat ia mulai masuk kuliah, Renjun bukan termasuk mahasiswa yang pintar. Bisa dikatakan kepintarannya masih setara dengan teman-temannya.
Juga terkadang, rasa isengnya yang tiba-tiba muncul menjadikannya seorang peramal dadakan dikelasnya. Hanya berdasarkan ingatan yang samar-samar, Renjun mampu menebak hal apa yang akan terjadi pada teman-temannya di masa depan.
Walaupun begitu, itu semua belum mampu membuat harinya terasa lebih berwarna, dibanding kehidupannya sebagai seorang mahasiswa sekaligus ayah satu anak di masa depan. Walaupun melelahkan namun mampu membuat harinya jauh lebih berkesan.
Tubuh kecilnya masih asyik bergelung dibawah selimut, mencoba meraih kehangatan untuk menghalau udara dingin dipagi hari. Mungkin masa tidurnya akan terus berlanjut, jika getaran pada ponselnya tak mengusik tidurnya.
Dengan masih memejamkan netranya, tangan kecilnya mencoba untuk meraih benda pipih yang ia letakkan dimeja kecil samping kasur berukuran single bad itu. Setelah sudah berhasil menemukan ponsel miliknya, pemuda itu segera menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Lantas mengangkat panggilan tanpa melihat identitas si pemanggil.
"Hallo.." Sapanya dengan suara serak.
"Kau baru bangun?" Tanya seseorang diseberang sana, membuat Renjun mau tak mau harus segera menarik paksa kesadarannya saat sudah mengenali suara itu.
"Eoh, ada apa hyung menelponku pagi-pagi sekali?"
"Apa pagimu dimulai dari jam sepuluh? Ayam saja sudah berhenti berkokok dan sudah sibuk mencari makan"
Renjun menggaruk kepalanya, membuat rambut yang semula sudah berantakan menjadi semakin tak beraturan. "Haha.. sepertinya aku kesiangan, hyung" Ucapnya setengah malu.
Terdengar kekehan dari si lawan bicara, membuat Renjun merutuki dirinya sendiri. Jika ia tahu yang menelpon adalah Jaehyun, mungkin ia akan mempersiapkan diri terlebih dulu, terutama dengan menetralkan suaranya agar tak terdengar serak khas orang bangun tidur.
"Bersiaplah, aku akan menjemputmu satu jam lagi. Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat" Jaehyun mengucapkan niat awalnya menelpon. Ingin mengajak Renjun ke suatu tempat.
"Ah iyaa, hyung" Renjun dengan kesadaran seadanya hanya mampu mengiyakan ajakan itu tanpa menanyakan kemana ataupun melontarkan penolakan.
Tak ada salahnya juga menerima ajakan itu, toh hari minggunya memang selalu ia habiskan di kos miliknya. Dan untuk menghindari kebosanan, pergi keluar bersama Jaehyun sepertinya pilihan yang tepat.
Renjun mematikan sambungan selulernya, dengan sedikit tak rela, pemuda maret itu lantas segera bangun dari kasur empuknya. Merenggangkan sedikit tubuhnya yang kaku sebelum berjalan gontai kearah kamar mandi.
***
Tepat satu jam setelah sambungan seluler itu terputus, Jaehyun benar saja sudah datang menjemput Renjun didepan kos milik pemuda maret itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER CHANCE [JAEREN ft. NOREN]
Fanfictie[END] Hanya kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka untuk merubah atau mempertahankan cerita yang sudah ada. JAEREN ft. NOREN BXB MPREG