[2] Meet

1.3K 221 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Berkali-kali aku mengucapkan kalimat syukur karena hari ini dapat bersekolah dengan tenang tanpa adanya gangguan dari pembully yang datang. Biasanya murid baru sepertiku kerap menjadi sasaran empuk pembullyan karena perasaan tidak suka yang mereka miliki.

Rasanya serba salah. Berpenampilan culun akan menjadi target bully, lalu berpenampilan menarik dan cantik juga akan menjadi target bully karena si pembully tidak suka jika murid lain merasa tertarik dan menimbulkan perasaan iri dan tersaingi di dalam hati.

Aku menghela napas pelan, sedikit menyesal dengan penampilan yang kubuat hari ini. Aku khawatir jika terlalu mencolok seperti ini akan membuat murid tercantik di sekolah merasa iri dan tersaingi. Dari film dan drama yang kutonton, mereka akan membully secara kejam terhadap murid baru sepertiku.

Andai saja berpenampilan biasa, mungkin diriku akan aman. Aku menunduk menatap seragam dan rok yang kupakai. Rok di atas lutut dan seragam yang lumayan ketat. Penyesalan kembali datang. Aku memilih untuk mengambil semua seragam sekolah dengan ukuran ini sehingga tidak ada satu pun yang ukurannya lebih besar.

Baiklah, sepertinya sampai kelulusan datang, aku akan terus memakai seragam dengan ukuran ini. Jika ingin mengganti, maka harus membeli yang baru. Ibuku akan memberi ribuan pertanyaan jika aku sampai membelinya.

Mungkin yang akan kuubah adalah penampilan wajah dan rambut. Besok aku tidak akan menata rambut hingga bergelombang seperti ini. Lalu aku juga akan mempertipis riasan. Namun bagaimana caranya? Menurutku, riasan yang kupakai saat ini sudah sangat tipis dan akan sangat sulit untuk dipertipis lagi.

Lagi-lagi aku menghela napas lalu menoleh ke belakang. Jarak antara sekolah dan apartemen milikku tidak jauh, dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Hari ini aku pulang sendiri tanpa ibuku karena dia masih memiliki urusan dengan pihak sekolah terkait kantin yang akan disewa.

Aku kembali menoleh ke depan dan berjalan menunduk seraya memikirkan hal lain. Aku ditempatkan di bagian belakang sehingga sulit melihat penjelasan yang diberikan oleh guru di papan tulis. Walau sudah memakai lensa kontak minus, tetap saja jaraknya terlalu jauh. Di sekolah yang sebelumnya, aku ditempatkan di bagian tengah sehingga tak kesulitan memperhatikan tulisan di papan tulis.

Akibatnya, buku tulisku hari ini hanya terisi setengah. Aku sempat melirik ke arah Isagi yang duduk di sebelahku dan berpikir untuk meminta bantuan darinya tapi tidak ingin mengganggu dan merepotkan. Mungkin besok aku akan menjelaskan kepadanya terkait masalah yang kualami dan memintanya untuk membawakan buku catatannya mengenai pelajaran hari ini di hari berikutnya.

Sampai akhirnya, langkahku terhenti ketika wajahku menabrak sesuatu.

"Aduh!"

Aku mengaduh tepat saat tabrakan itu terjadi sehingga membuat hidungku sedikit terasa sakit. Membuka mata seraya mengusap hidung, aku pun tersadar jika yang kutabrak adalah dada seseorang. Dengan cepat, aku lalu mendongak untuk menatap wajah dari orang yang sudah kutabrak.

𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥 || 𝐍𝐚𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐢𝐫𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang