[8] Nagicchi

1K 189 10
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku memandang pria bersurai putih yang berjalan di hadapanku saat ini. Dia begitu tinggi. Berjalan bersamanya membuatku terlihat sangat kecil. Kutebak tingginya sekitar seratus sembilan puluh centimeter, tidak heran jika membuatku jadi sangat pendek dan kecil.

Dengan tubuh tingginya itu, dia sangat cocok untuk menjadi atlet olahraga. Apalagi jika menjadi atlet basket atau voli, pasti akan ada banyak perempuan yang menjadi penggemar beratnya. Di balik penampilannya yang seperti itu, aku yakin jika dia adalah orang yang berbakat kalau dia mau menekuni hal tersebut.

Langkahku terhenti, tepat ketika kurasakan wajahku menabrak punggungnya. Aku meringis pelan seraya mengusap hidung, sedikit menggerutu di dalam hati karena dirinya yang tiba-tiba menghentikan langkah. Dia kemudian berbalik untuk menatapku, menyebabkan kami saling menyelam dalam keindahan yang terpancar dari dalam mata masing-masing.

"Kau tertinggal jauh di belakangku," Dia membuka suara sekaligus berkedip untuk mengacaukan dalamnya tatapan kami barusan.

Aku menurunkan tangan yang tadinya berada di hidung. Keningku mengernyit mendengar ucapannya. Kami berbeda pendapat. Dia berkata jika aku tertinggal jauh, tapi kurasa jarak di antara kami hanya sekitar 2 meter dan itu sama sekali tidak jauh.

Lagi pula, aku sengaja memberi jarak agar tidak tertangkap oleh penggemarnya. Mungkin saja dia memiliki banyak penggemar dari kalangan para siswi di sekolah ini. Tinggi, tampan, dan terlihat tenang menjadi alasan mengapa dia bisa digemari perempuan. Itu yang kupikirkan mengenai dirinya, tapi nyatanya aku tidak tahu apakah dia memiliki penggemar. Jika dia memilikinya, maka akan menjadi masalah kalau mereka mendatangi dan membullyku habis-habisan seperti di dalam film atau drama yang pernah kutonton. Aku tidak ingin mendapat pembullyan lagi.

"Aku tidak tertinggal jauh, Nagi," ujarku pelan.

"Jauh, kau bisa tersesat," Dia membalas, suaranya terdengar tenang tapi bercampur dengan nada lain. "Berjalanlah di sampingku." Dia menyuruhku seraya kembali berjalan.

Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Padahal kelas kami sudah berada di depan mata, sehingga tidak mungkin bagiku untuk tersesat. Terserah dia saja, lebih baik aku menuruti perkataannya dari pada harus berdebat. Aku pun mempercepat langkah sehingga kami berjalan beriringan.

Aku tahu jika dia sedang memandangku saat ini. Dia mendengus geli secara pelan tapi mampu terdengar olehku. Kupandang juga dirinya untuk memastikan hal lucu apa pada diriku sehingga membuatnya mendengus geli seperti itu.

"Kau kecil sekali." Kata-kata itu terdengar jelas seperti sebuah ledekan. Rupanya itu yang membuatnya mendengus geli.

Aku sedikit mengembungkan pipi. "Kau saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik."

Dia kembali mendengus geli untuk yang kedua kalinya sehingga membuatku semakin merasa diledek meskipun tahu jika niatnya hanya bercanda. "Dan kau seperti tupai." Dia membalas dengan pelan, menyamakanku dengan hewan yang disebut.

𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥 || 𝐍𝐚𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐢𝐫𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang