[15] Rude Teacher

863 148 11
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Baru kali ini aku mendapat kelas seperti ini. Bisa-bisanya ketika bel masuk berbunyi dan guru sedang menuju kelas, kalian masih sibuk dengan tugas piket!"

Guru pria tua berperut buncit dengan nama Buratsuta Hirotoshi itu terlihat begitu marah. Aku menunduk menahan malu. Semua murid di kelas ini ikut terkena imbasnya karena diriku.

Aku menyalahkan diri sendiri. Andai ingat jika memiliki tugas piket, maka aku akan berangkat lebih pagi atau membersihkan kelas kemarin setelah pulang sekolah. Apabila kemarin kelas sudah dibersihkan, maka hari ini tidak perlu pusing dan panik dengan tugas piket.

Ini pertama kalinya aku bertemu dan belajar dengan guru tersebut. Bagaimana jika dia memberikan kesan buruk kepadaku? Aku benar-benar khawatir jika dia memberi nilai sikap yang buruk untuk diriku.

Aku mendongak mendengar suara kaki kursi yang timbul akibat bergesekan dengan lantai. Pelakunya adalah Isagi, dia berdiri dengan berani. Ah... aku baru ingat jika dia adalah Ketua Kelas.

"Saya mohon maaf atas kesalahan kami, Pak." pintanya sambil berojigi.

Aku mampu mendengar bagaimana guru berperut buncit itu mendecih tidak suka. Walaupun begitu, Isagi masih tetap dalam posisi yang sama dan tidak melunturkan rasa hormat sedikit pun.

"Hari ini aku akan memberikan nilai C untuk kelas ini," ujarnya dengan nada sombong.

Isagi menegakkan tubuh. "Baik, Pak. Sekali lagi, mohon maaf atas kesalahan kami." balasnya lalu kembali duduk.

Aku benar-benar ingin berterima kasih kepadanya, tapi dia sama sekali tidak menoleh ke arahku. Khawatir rasanya jika dia kesal karena aku membuat kelas ini mendapat nilai buruk.

"Baiklah, karena tidak ada bangku yang kosong, sepertinya kalian semua hadir. Buka buku paket halaman 120, kita lanjutkan materi pertemuan kemarin," Dia memberi perintah.

"Baik, Pak!"

Tiba-tiba aku teringat dengan perintah dari lelaki bersurai putih yang duduk di seberang. Dia menyuruhku untuk bergabung dan bertukar tempat dengan lelaki di sampingku. Aku langsung menoleh ke arahnya, dan dia melihatku.
Mulutnya terbuka dan bergerak pelan seolah tengah mengeja kata. Aku memperhatikan dengan seksama.

"Ber—tu—kar—lah."

Aku kemudian melirik lelaki di sampingku. Bagaimana caraku memintanya untuk bertukar tempat duduk? Yang menjadi masalah adalah reaksi guru di depan. Dia pasti sudah menandaiku dengan buruk, jika tiba-tiba aku bertukar tempat dan dia melihat, maka aku akan kembali mendapat semburan.

Guru itu sudah mulai menerangkan materi sambil menuliskannya di papan tulis. Haruskah aku memanfaatkan kesempatan ini?

"Ada apa?"

Baru saja ingin membuka suara, pria di sampingku telah lebih dulu berbisik sehingga membuatku menoleh ke arahnya.

"Kau terlihat gelisah. Apa karena hal tadi?" tanyanya. "Jangan khawatir, itu bukan salahmu. Kau mendapat masalah karena temanmu yang bertugas justru menyerahkan tugasnya kepadamu." bisiknya sambil melihatku.

𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥 || 𝐍𝐚𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐢𝐫𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang