***
Nagi menghentikan sepeda tepat di depan sebuah minimarket. Kami harus membeli sesuatu untuk dibawakan ke rumah Reo seperti buah-buahan.
Aku turun terlebih dahulu lalu diikuti olehnya. Dia memarkirkan sepeda dan masuk ke dalam bangunan tersebut meninggalkan diriku. Mungkin dia memberi waktu bagiku untuk mengunci sepeda terlebih dahulu, tapi kali ini aku tidak ingin melakukannya karena kami hanya sebentar, dan kurasa di sini juga aman. Aku segera menyusulnya. Ketika pintu kubuka, seorang wanita yang menjadi kasir memberi sapa dan kubalas dengan senyuman ramah.
Aku mengedarkan pandangan ke segala arah guna mencari keberadaan lelaki bertubuh tinggi yang pergi bersamaku, dan pandanganku terhenti padanya yang berdiri di pojok belakang. Aku segera melangkahkan kakiku ke sana sambil melihat sesuatu yang sejak tadi diperhatikan olehnya.
Jelly, itulah yang dilihatnya sejak tadi. Jelly dalam kemasan berbentuk bintang dengan berbagai rasa buah. Aku yakin jika dia ingin membelinya, dan keyakinanku itu terbukti benar karena detik kemudian dia mengambil jelly tersebut dan menaruhnya di dalam keranjang belanja. "Kau yang bawa, aku malas membawanya," Dia menyuruhku, lengkap dengan memberikan keranjang berwarna merah tersebut.
Walaupun begitu, aku tetap menuruti apa yang dia minta. Tanganku mengambil keranjang itu lalu kulirik apa saja yang dia taruh di dalam sana untuk dibeli. Hanya terdapat lima bungkus jelly, itu berarti dia sama sekali belum mengambil buah-buahan. Aku mencoba untuk mengerti dengan berpikir kalau dia ingin agar aku yang memilih buah-buahan itu.
Aku lalu berjalan membawa keranjang belanja sambil mencari makanan apa yang akan dibeli, sedangkan dia mengikutiku sambil membaca manga pada ponselnya.
"Nagi, jangan membaca sambil berjalan, kau bisa menabrak sesuatu atau tersandung." Aku mengingatkan dengan pelan seraya meliriknya sekilas dan kembali memilih sesuatu yang akan dibeli selanjutnya.
"Kau lama, aku bosan."
Aku kembali menoleh secepat kilat. "Aku bahkan belum memilih apa pun," balasku sedikit tidak terima.
"Tidak membawakannya buah tangan tidak akan menjadi masalah." Dia membalas sambil menurunkan tangannya yang terangkat memegang ponsel ke sisi tubuhnya.
Aku menggeleng tidak setuju, "Tidak sopan jika menjenguk seseorang tanpa membawa buah tangan."
"Reo itu kaya. Pelayannya pasti menyediakan banyak makanan untuknya yang sedang sakit." Dia mendesah malas sambil menatapku. "Buah yang kita beli juga tidak semahal buah yang mereka berikan untuknya."
Aku terdiam meresapi perkataannya. Itu memang benar, tapi tetap saja tidak sopan jika menjenguk tanpa membawa apa pun. "Nagi, ini bukan tentang seberapa mahal apa yang kita bawa. Membawa buah tangan adalah suatu bentuk kepedulian. Meskipun buah yang kita beli tidak mahal, jika mereka menghargai, maka itu sudah lebih dari cukup." Aku menjelaskan seraya tersenyum tipis kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥 || 𝐍𝐚𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐢𝐫𝐨
RomanceBerbicara tentang sempurna, tidak ada yang sempurna di dalam hidupku. Luka yang kudapat dari keluarga, pembullyan, dan pelecehan membuat mentalku kacau berantakan. Setelah orang tuaku bercerai, aku dan ibuku pindah ke sebuah apartemen sehingga membu...