01; Udan lan Radenmas.

992 291 205
                                    






Awan abu-abu mulai menyelubungi nabastala sejak esok tadi, menandakan hari yang sedikit gelap akibat redum. Aroma 'khas hujan yang menguar dengan sejuknya membuat kedua penerus masa depan istana tergoda 'tuk main bersama dengan rintikan hujan. Namun berbeda dengan keduanya, kini Radenmas hanya terdiam di tempat, sembari mengamati butiran air yang jatuh secara bersamaan juga kedua saudaranya dari dalam istana.

Radenmas diam diam mengamati sekitaran halaman yang dibuat basah oleh hujan, sekaligus menonton kedua saudaranya yang kini, sedang bermain bersama rintikan air itu. Salah satunya menyadari keberadaannya, lalu menegur Radenmas dengan tujuan mengajak dirinya 'tuk ikut main bersama.

"Radenmas, kenapa diam disana? Ayo kemari!" ajak saudarinya. Dirinya lalu terdiam sejenak, akibat bimbang untuk mendatangi mereka atau membiarkan ajakannya mengudara. Merasa 'tak enak hati, Radenmas lalu mendatangi mereka berdua.

"Ada apa?" tanya-nya ketika sampai di halaman istana, masih berdiam diri di perbatasan antara lantai istana dan halaman belakang. Mereka lantas menatapnya aneh, lalu ganti saling bertatapan, bertanya-tanya dalam pikiran masing-masing. Pasalnya, 'tak biasanya Raden akan berdiam diri saja, dahulu ia akan menjadi yang paling semangat saat hujan tiba.

"Apanya yang apa? Ayo turun dan main bersama kami," ucap yang lain, lalu diabaikannya sejenak olehnya. "Kalian saja," jawab Radenmas di akhir.

"Kamu itu masih tujuh belas tahun, Raden. Main hujan sebentar gak akan bikin gelar Pangeran Mahkota-mu hilang, kok."

Radenmas menggeleng, sangat enggan 'tuk sekedar keluar, apa lagi membiarkan pakaiannya habis dibasahi hujan. "Apa bagusnya sih, hujan?"

"Kamu ngomong kayak kamu gak pernah aja! Padahal dulu kamu yang paling suka hujan," terta saudari perempuannya. Radenmas masih diam, mengamati betapa kotornya pakaian kedua saudara-nya karena lumpur yang basah. Bukan, bukan karena Radenmas jijik dengan semua itu, dirinya hanya teringat akan masalalu.

Melihat Radenmas yang masih diam saja, saudara laki-lakinya lalu ikut menyauri. "Denroro, uwis. De'e gak akan turun, Radenmas kekeh karo anggepane."

Radenroro lantas mendengus kesal melihat kelakuan saudara kembarnya, "kenapa sih, Den? Masa iya, kamu takut sama hujan?" ucap-nya asal asalan. Radenmas balas menggeleng, "bukan takut, tapi marah."

Dan Radenroro 'tak mengerti dibuatnya. Marah? Sama hujan? "Hah?"

"Roro, kamu sendiri tau kalau ayah— Baginda Raja meninggal sebab hujan. Mbak juga sakit karena hujan, lalu kamu masih bertanya pada-ku kenapa?" jelas Radenmas, sekaligus bertanya dengan kesal. Radenroro, atau saudari kandung perempuannya yang ber-asma lengkap Gendisariela Auditayu serta saudara laki-lakinya dari kakak Baginda Raja; Raden bagus Handaru Pranama masih menyimak. Lalu dilanjutinya dengan malas,

"Hujan itu menyedihkan, bawa sial."

"SSSTTTT, UWISS! Raden, kamu gak boleh ngomong gitu! Nanti awan sedih!" ucap Roro. Roro marah, gak seharusnya Radenmas bilang kayak gini. Telinga Roro dibisiki oleh Handaru, berniat menjahili Radenmas. Namun Roro menggeleng kencang, "nggak, aku gak mau ikutan. Nanti Raden marah, gimana?"

"Ben aku sing nanggung, Ro."

                       
˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖  ˖ 

——— "Denroro, uwis. De'e gak akan turun, Radenmas kekeh karo anggepane." ———

"Denroro, sudah. Dia gak akan turun, Radenmas kukuh dengan pikirannya."

——— "Ben aku sing nanggung, Ro." ———
"Biarkan aku yang menanggungnya, Ro."

Info singkat, dalam memudahkan para pembaca untuk mengenali sang tokoh.

Sri Sultan: Baginda Raja.
G.K.R; Gusti Kanjeng Ratu: Ratu/Permaisuri.
G.R.M; Gusti Raden Mas: Putera Sultan yang lahir dari Permaisuri, jika sudah dewasa akan menjadi G.P.H; Gusti Pangeran Harya.
G.R.A; Gusti Raden Ajeng: Puteri Sultan yang lahir dari permaisuri, jika sudah dewasa dan belum menikah gelar tersebut akan berubah menjadi G.R. Ay; Gusti Raden Ayu dan jika sang puteri sudah menikah maka akan menjadi G.K.R; Gusti Kangjeng Ratu.
R.M; Raden Mas: Untuk generasi laki-laki kedua ke bawah sampai generasi keempat (cucu, cicit dan canggah sultan). Gelar ini diberikan sejak usia anak-anak (sebelum menikah) hingga setelah menikah, atau bisa juga untuk panggilan Pangeran Mahkota.
R.R; Raden Rara: Generasi perempuan kelima ke bawah (wareng). Setelah menikah, gelar R.R. berubah menjadi R.N; Raden Nganten. Atau bisa juga, digunakan untuk memanggil puteri saat masih kecil.
R.B; Raden Bagus: generasi laki-laki kelima ke bawah (wareng). Setelah menikah, gelar R.B. berubah menjadi R; Raden.



Radenmas JagadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang