Hari hari pun berlalu, kini Radenmas 'tlah hidup sebagai sosok baru yang bahkan tak pernah terpikirkan sama sekali olehnya. Percaya tidak percaya, kejadian seperti ini ternyata benar adanya. Semua hal asing mulai mengelilinginya tanpa dipinta, bahkan ingatan dari tubuh barunya pun sedikit demi sedikit memasuki kepalanya bagai semua itu adalah ingatannya sendiri. Meski telah menghabiskan waktu seminggu lamanya, Radenmas tak kunjung mengerti pasal bagaimana ia bisa memasuki dunia ini.
Radenmas hanya tahu, bahwa di dunia ini ia bukan lagi seorang Putera Mahkota dari sang Maharani, melainkan seorang remaja biasa bernama Arlantaris Adi-Wangsa yang tinggal seorang diri di dalam rumah yang begitu besarnya untuk seorang remaja.
Arlantaris Adi-Wangsa, jika benar ingatan yang mengudara di kepalanya ini, ia adalah sosok yang begitu buruk. Bagaimana tidak? Dirinya bahkan dengan tega menghantam teman teman di sekitarnya tanpa ampun. Rasanya Radenmas ingin sekali memberi pelajaran bagi tubuh ini jika tidak mengingat bahwa atma-nya kini berada di tubuh manusia yang menyedihkan ini. Sungguh memalukan.
"Dua ribu dua puluh tiga," ucapnya seraya mengulik sebuah kertas bertuliskan tanggalan selama setahun penuh. Dua ribu dua puluh tiga, itu artinya dunianya dan dunia ini memiliki jarak kurang lebih 56 tahun.
"Tidak habis pikir..."
Ting!
Bukankah ini sangatlah luar biasa? Kini Radenmas bahkan dapat menggunakan benda pipih persegi panjang miliknya dengan lancar seolah ia memang mahir dalam melakukan hal ini. Sepekan silam, saat dirinya pertama kali memasuki tubuh baru ini, ia benar benar tak mengetahui apapun tentang dunia yang sekarang dipijaknya. Namun tiap kali ia menyentuh sebuah barang asing, otaknya seperti dapat mencerna apa yang harus dilakukannya secara instan. Benar benar diluar nalar.
Radenmas menaruh kembali benda ajaib yang disebut ponsel ini ke atas meja. Ia menjatuhkan dirinya ke atas kasur 'bak karung beras yang dilempar begitu saja. Radenmas mendengus malas, ntah harus apa dirinya saat ini.
ding - dong....
Ah, benar juga, tidak mungkin situasi saat ini setenang itu. Biarkan Radenmas menarik ucapan dalam pikirannya tadi, rupanya ia lupa akan satu hal. Para pengganggu tambahan. Mendengar suara bell dari kediamannya, Radenmas buru-buru keluar dari kamarnya untuk membuka-kan pintu sebelum pengganggu lainnya menelepon dirinya—
drrttt, drrtt... tuk.
"Hallo, An? Gue di depan rumah lo nih. Oh iya, kalo lo lupa, gue yang kemaren–"
Tutt. Radenmas mematikan teleponnya secara sepihak saking kesalnya. Baru saja dipikirkan. Mereka ini apa tidak ada kerjaan ya? Sudah satu minggu penuh orang orang itu datang dan pergi ke 'rumah-nya'. Meski kadang mereka tak saling bicara dan mengabaikannya, tak ada satu hari pun mereka tidak berkunjung.
Namun, meski kesal sekalipun, ia tetap harus menemui mereka semua karena mengetahui dirinya tak punya pilihan lain. Radenmas lalu menuruni anak tangga dengan tergesa. Sesampai dirinya di seujung pintu, ia lantas mengambil napas dalam seperti bersiap akan peristiwa selanjutnya. Lengan tangannya tergerak-kan, menggapai knop pintu dan menghembuskan napas sekali lagi. Radenmas perlahan membuka pintunya, membiarkan masuk para pengganggu yang mengaku-ngaku sebagai sahabat karibnya dengan senyuman palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radenmas Jagad
FantasyBiasanya, dalam beberapa novel diceritakan seseorang dari zaman kini tiba-tiba saja memasuki dimensi lain berlatar zaman dahulu. Sang pelakon diceritakan mengetahui beberapa cara untuk bertahan hidup dengan berpaku pada sejarah yang telah tertulis a...