Sepekan lamanya, semenjak kehebohan seisi sekolah yang t'lah berlalu. Semua kembali ke aktivitas masing-masing tanpa mencampuri urusan yang lainnya seolah lupa sepenuhnya. Begitu pula Arlan, yang kini tengah bermain bersama teman-temannya selayaknya pelajar pada umumnya. Dirinya terpingkal-pingkal, mendengarkan beberapa lelucon spontan yang dilontarkan temannya itu.
Maniknya menyipit, menyiratkan beberapa air mata di tepi kelopak matanya. "Hahahaha! Ga kuat gua. Kata gua lo jadi pelawak ajalah, Gun!" seru Arlan. Yang lainnya masih tertawa tak henti-hentinya.
"Enak aja, gini gini gua mau jadi dokter, tau!" jawab Guntur dengan emosi yang sengaja dibuat-buatnya seolah sedang marah. Mendengarnya, Anang pun menyauri;
"Jangan, njing! Bayangin lo lagi mau ngelawak, pura pura ngejatuhin bolpen, terus lo ngagetin pasien lo, 'Bakikuk! Tau taunya pasien lo ada riwayat sakit jantung 😩"
"Anjing, gua dong nyet!" sembur Arlan, yang lainnya lagi-lagi tertawa dibuatnya, sampai Mahesa pun hampir terjatuh dari duduknya. Mengetahui Arlan yang memang memiliki penyakit jantung. "Parah. Bintang satu dah," lanjut Arlan.
"Hahahaha lupa gua An. Maaf, maaf," sesal Anang yang masih dengan tawanya. Arlanpun tak menganggap serius candaan itu, sebab sudah tahu sifat sifat temannya yang tentu bukan berniat menyinggung.
Arlan lantas mengeluarkan hanphone miliknya, menyadari Juna yang tak kunjung datang. Sudah lima belas menit sejak dirinya keluar dengan alasan membuang sampah. "Oh, lo kenal ni orang?" tanya Arlan yang baru teringat akan pesan dari orang yang tak ia kenali pagi tadi. Dirinya kemudian menunjukkan layar ponsel itu ke hadapan teman-temannya, mungkin saja salah satunya mengenal orang ini, pikirnya.
Namun nyatanya, nihil.
"Coba liat akunnya," ujar Mahesa seraya meraih ponsel milik Arlan. "Orang bandung kaga sih?" lanjutnya. Ia kembali menampilkan layar ponsel itu ke hadapan yang lainnya.
"Emang dia nge dm apaan? Coba lo tanya bang Al dah, mana tau kenal die." Ucap Guntur, Mahesa mengangguki."Pindahan dari Bandung pan, sepupu lo?" tanya Mahesa, yang tak mendapati balasan apapun dari Arlan.
Arlan terdiam, menatap layar ponselnya dengan saksama. Sebenarnya, ia pun sudah tahu bahwa Samudera adalah orang asal Bandung sama halnya dengan Khaleed. Ia bahkan juga tahu, kalau keduanya saling mengenal. "Gua mau ke atas dulu dah," ujar Arlan detik itu juga. Maksudnya, berniat mendatangi kelas Khaleed yang berada di lantai atasnya.
"Bang Al kaga masuk hari ini," ungkap Anang, menahan pergerakan Arlan yang akan sia-sia mendatanginya. "Gua tadi habis dari atas, ngurus osis. Gua ga liat bang Al di kelasnya, katanya izin sakit," lanjutnya.
"Bang Al masuk kok? Gua tadi ga sengaja liat waktu mau buang sampah," sanggah Juna yang tak sengaja mendengar percakapan teman-temannya dari sebalik jendela. Juna kemudian menyenderkan badannya di atas jendela kayu yang tak memiliki pelapis kaca itu. "Kalau kaga salah bareng kancane Fahmi, si Wisnu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radenmas Jagad
FantasyBiasanya, dalam beberapa novel diceritakan seseorang dari zaman kini tiba-tiba saja memasuki dimensi lain berlatar zaman dahulu. Sang pelakon diceritakan mengetahui beberapa cara untuk bertahan hidup dengan berpaku pada sejarah yang telah tertulis a...