04; Transmigrasi

570 232 247
                                    

Kluk... Klak... Kluk... Klak.... DUG!

Terhenti. Kereta kuda yang membawa kedua Pangeran Keraton itu kini terhenti begitu saja. Mereka berdua lantas menuruni kereta kudanya dengan hati hati sebab tanah yang masih basah akibat hujan kemarin. Para Raden mendengus tak berdaya, melihat kedua ban belakang kereta tersebut terjebak lumpur yang dalam.

"Aduh, bagaimana nih?"

"Hahh... Bagaimana apanya, ya ayo kita coba dorong dulu," ucap Radenmas seraya mengusap dahinya dan menyibakkan surainya kebelakang.

Tanpa mengeluh lagi, Handaru dengan sigap menuruti perkataan Radenmas setelah melipat kedua lengan bajunya. Sial sekali, mereka berdua terjebak lumpur di daerah yang tidak ada pemukiman. Tidak ada satupun yang bisa menolong mereka saat ini, mengingat mereka hanya pergi berdua tanpa membawa seorang pun dari keraton.

"Maaf ya, Den. Malah menyusahkan begini, tau akan seperti ini aku tak jadi mengajakmu," sela Handaru ditengah keheningan. Radenmas yang melihatnya pun lagi lagi menghela napasnya kasar, mau marah pun tidak bisa. Sudah tidak dapat melihat upacara pernikahan mbak-yu, malah terjebak di perbatasan kota begini. Ntah bagaimana nasib kejutan yang akan mereka siapkan nantinya.

"Sudahlah, tidak perlu sebegitunya. Kau pun tidak tau akan seperti ini, kan? Jadi bukan salahmu juga, Raden Bagus. Kita Istirahat dulu saja."

Handaru menatap Radenmas yang kini beranjak dari tempat semula, ia duduk di sebuah amben buatan warga di bawah pohon besar. Dirinya pun ikut beranjak, mengikuti Radenmas dengan hati yang penuh rasa bersalah. Beribu umpatan dalam hatinya yang ia tujukan untuk dirinya sendiri pun masih tak cukup.

'Dasar bodoh, bisa bisanya kau berbuat seperti ini pada hari special untuknya. Handaru, berpikirlah dengan benar!'

'... Hening Sekali. Apa Radenmas marah, ya?'

'Bagaimana ini...'

"Radenmas-"

"Handaru, tidak perlu memanggilku begitu. Kita sekarang hanya berdua, panggil saja namaku seperti saat kita masih kecil."

"Hah! Bagaimana bisa, Raden- ah, baiklah. Jagad..." Handaru akhirnya mengalah saat Radenmas menatapnya hangat, memanggil nama teman kecilnya setelah sekian lama tidak buruk juga.

Jagaddhita Anggarana, adalah nama asli dari sang Gusti Radenmas. Ia merupakan anak kedua dari sang Sultan dan sang Ratu. Seperti namanya, Jagad merupakan seorang anak laki laki satu satunya dari sang Ratu yang sangat dikasihi se-jagat raya.

"Kamu tidak marah, Jagad?"

"Yah, sedikit kesal, sih." ucap Radenmas tanpa sela. Handaru menunduk-kan wajahnya begitu mendengar ucapan Radenmas, rasanya ingin sekali ia merutuki dirinya sendiri detik itu juga. Akan tetapi, tidak dengan Radenmas. Melihat teman kecilnya- Handaru yang kini bermuka masam, Radenmas mengalah dan tersenyum halus. Ia mendongak, mengalihkan sepenuh atensinya pada sang jumantara di atas sana. Seakan merestui keduanya untuk menikmati suasana hari itu, hembusan angin di sekeliling terasa amat nyaman dan segar. Semilir angin yang ditimpa sinar matahari pagi ini begitu indah dan cerah.

"Tapi coba lihat, Handaru. Bukankah sudah lama sejak kita berdua duduk dengan tenang seperti ini? Bukankah biasanya, kita selalu terikat oleh peraturan yang sangat ketat di istana dan hanya dapat bertemu sebentar? Kalau aku sih, sedikit menyukai suasana ini." Lanjutnya dengan tenang tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.

Handaru kemudian memandangi sang langit biru, ia tersenyum lega setelah sekian lama. "Apa yang kamu ucapkan itu benar, Jagad. Rasanya senang sekali dapat menikmati suasana ini meski sebentar." Ucapnya, dirinya lalu mengalihkan pandangannya dan menatap Radenmas dalam.

Radenmas JagadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang