"Berpura-pura tersenyum adalah cara paling ampuh untuk menyembunyikan luka hati."
~FEARFUL~
•••
Suara langkah terdengar beriringan melewati deretan gundukan tanah yang rapi dan terawat. Suasana sunyi dan sepi menyambut kedatangan tiga pemuda dengan pakaian serba hitam.
Raka berada paling depan dengan menenteng sekeranjang bunga. Jeff berjalan dengan tenang, tangannya menggenggam sebuket bunga anyelir pink. Sedangkan Riko terlihat bergaya dengan kacamata hitamnya.
Mereka mempercepat langkah mencari keberadaan makam yang akan diziarahi.
Riko memperbaiki letak kacamatanya. "Eh, itu siapa?"
Ketiganya berhenti saat melihat seorang gadis menatap kosong ke depan, berdiri dekat pohon di pinggir pemakaman.
"Itu Lea 'kan?" tanyanya memastikan.
Jeff melangkah lebih dulu tanpa kata. Mendekati gadis yang menggunakan dress putih berenda, serta kerudung dengan warna senada yang menutupi rambutnya.
"Lea, jangan melamun di tempat seperti ini!"
Gadis itu memaksakan senyumnya saat melihat kedatangan mereka.
"Kenapa datang duluan? Lo berangkat sendiri? Gimana kalau terjadi sesuatu?" Jeff mencecarnya dengan pertanyaan.
"Gue diantar Oma, tapi gue minta beliau pulang duluan."
"Hampir gue kira lo kunti pakai baju serba putih gitu," celetuk Riko melihat wajah pucat gadis itu.
Tawanya tertahan, sebab menghormati kuburan di sekitarnya. Ia memang sengaja menggunakan pakaian berwarna putih untuk suatu hal. Namun, perasaannya meragu, tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Makanya ia berhenti dan tanpa sadar melamun.
"Ayo!" ajak Raka saat melihatnya hanya mematung.
"Gue kayaknya ga sanggup." Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.
"Lo sendiri yang meminta di temani kesini. Jadi, ayo pergi sekarang!"
Allea menarik nafas panjang untuk memenangkan diri. Sebenarnya ia masih sakit, tapi memaksa agar ditemani ke pemakaman. Setelah merasa cukup siap, ia berjalan lebih dulu diikuti tiga pemuda lainnya. Langkahnya terhenti setelah sampai di tempat tujuan. Berjongkok di samping dua makam yang bersisian. Makam orang paling disayanginya.
"Ma, Yah, Allea datang. Maafin Allea yang baru berani ke sini lagi."
"Tante dan Om pasti senang lo akhirnya mau mengunjungi mereka," ucap Raka sembari menyodorkan keranjang bunga.
Allea menaburkan bunga dari keranjang yang dibawa Raka. "Gue baru berani sekarang. Rasanya sesak jika mengingat kepergian mereka."
"Orang tua lo pasti bahagia kalau lo ikhlas," ucap Riko menenangkan.
Pandangan Allea menatap sendu batu nisan di depannya. Pertahanannya runtuh, air matanya mulai mengalir deras. Ia begitu merindukan orang tuanya, cukup sulit untuk ikhlas.
Setelah menaburkan bunga dan tangis gadis itu mulai mereda, mereka mengirimkan doa untuk orang tua Allea
"Ayah, mama, Lea pamit! Semoga tenang di sana." Ia berpamitan setelah selesai berdoa.
Mereka berempat melangkah pergi. Raka berjalan paling depan sebagai petunjuk jalan. Hamparan tanah pemakaman terlihat di sepanjang penglihatan. Tidak ada obrolan hingga mereka sampai di dekat sebuah makan yang masih baru. Letaknya lumayan jauh dari tempat orang tua Allea.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEARFUL (End)
Teen FictionAlleana Zanara dan Segala Permasalahan Sosialnya. Si gadis pendiam, introvert, dan cenderung antisosial. Perpaduan sempurna yang membuatnya kesulitan bersosialisasi. Hidupnya berjalan monoton, nyaris tanpa warna. Beruntung, ia masih memiliki sahabat...