Telepon dari Gibran

223 36 2
                                    

Sebenernya aku hanya iseng, tapi kalo temen temen lagi baca tolong sekedar vote atau komen, makasih❤🙂

Tolong vote atau komennya aja sih guys. Kalo males komen setidaknya vote, cape juga mikir,plis🥲🙏.

BANTU AUTHOR PROMOSI GES, AWOK"
.
.
.
.
.
.


.
.


Azura sampai ditempat tinggalnya dengan berjalan kaki dari sekolah.
Ia menatap gerbang besar rumah bertingkat tiga itu. Gerbang berwarna hitam itu mulai terbuka, menampilkan tiga satpam yang sedang berjaga.

Ia mulai berjalan memasuki pekarangan rumah bak istana itu menuju belakang. Disana ada bangunan kecil sepetak. Itulah tempat tinggalnya.

Rumah ini bukan miliknya, ia dan ibunya hanya pembantu di rumah ini. Mungkin kalian salah berpikir.

Ia segera bergegas mengganti pakaian sekolah nya, dan berjalan menuju rumah utama untuk membantu ibunya.

"Bibi gimana sih, terus ini gimana baju saya!?" Azura segera masuk dan mendapati majikannya yang sedang marah marah.

"Maaf nyonya, saya ngga sengaja!" Arin, ibunya tampak menunduk.

Ia berjalan mendekati ibunya, dan ikut menunduk hormat pada majikan mereka itu. Helaan nafas yang kasar terdengar.
"Yaudah, apa boleh buat. Nggak bakal kering juga!?"

Wanita itu pergi, Azura bernafas lega. "Kenapa nyonya marah, bu?"

Arin menatap putrinya, "Tadi ibu ngga sengaja nyuci pakaian yang akan dipake meeting hari ini. Jadinya nyonya El marah!"

"Ibu gausah sedih, nyonya El baik kok. Nyonya kalo marah ga bakal lama!"

"Kamu udah makan?" Azura menggeleng.

"Nanti aja bareng ibu," Ucapnya

////////////////

Hari sudah sangat larut, Azura dan ibunya baru dapat menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka pun melangkahkan kaki kebelakang, menuju rumah kecil mereka.

Setelah selasai mandi, Azura masuk kekamarnya. Kalo soal makan, mereka selalu makan di rumah majikan mereka, walau sesekali makan disini.

Ia bergerak mengambil handphone yang ia simpan didalam lemari. Hp jadul yang sudah ia pakai sejak kelas 1 smp itu, sudah terlihat buruk, layar dan kameranya sudah pecah tapi masih bisa digunakannya untuk hal hal penting.

Seperti saat ini, ia tengah membuka aplikasi whatsappnya. Ia hanya mempunyai sedikit kontak, kurang lebih 10. Azura bergerak membuka satu persatu story wa yang terlihat pada layar benda itu.

Azura tersentak ketika ada panggilan video masuk pada handphonenya dengan nomor tak dikenal. Ia tak mengangkat, sepertinya orang iseng. Azura membiarkannya saja, hingga tak ada lagi tampilan panggilan. Namun bunyi dering itu kembali terdengar.

Azura berpikir sejenak, lalu hendak mengangkatnya. Toh, kamera handphonenya pun sudah tak berfungsi, jadi tidak masalahkan.

Ia bergerak menggeser tombol video pada layar itu. Jantung Azura hampir copot, dengan cepat itu menutup telepon. Ini bukan om om prindavan yang menunjukkan hal hal aneh, tapi ini orang yang sama sekali tak pernah ia bayangkan sekalipun.

Gibran.

Azura menggeleng brutal, "Kak Gibran pasti salah pencet. Oh nggak, itu bukan kak Gibran."

Azura membukan room chat, lalu mengetikkan sesuatu.

GIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang