Cemburu & khawatir

85 18 5
                                    

Jangan silent plis wkwk, mikir capek woi:v
Selain sibuk, udah mulai males juga sih awokawok, habis pikir 😩
.
.
.
.

"Oke, nanti ya langsung ke ruang OSIS aja ya," Endrio, ketua OSIS SMA Lentera Bangsa baru saja menawarkan Azura, salah satu siswi berprestasi itu untuk masuk ke organisasi sekolah itu. Dan beruntungnya gadis itu mau bergabung.

Azura mengangguk, "iya kak!" Sedikit nyaman dengan Endrio yang bawaannya tenang.

"Ekhem!" Azura juga Endrio menoleh pada pria tinggi yang berdiri tegak dengan kedua tangan di saku.

"Kak gib!" Seru gadis itu semangat.

Endrio yang sudah merasakan aura yang begitu tak sedap, segera memilih pergi.

"Yaudah, gue duluan ya Zur, Gib!" Cowo dengan selebaran kertas yang begitu banyak pergi, karena masih menuntaskan undangan masuk OSIS pada adik kelas yang akan menggantikan perannya.

Gibran merampas kasar kertas putih yang dipegang Azura. Cowo itu membaca seksama, dan langsung merobeknya. Azura tersentak kala kertas yang sudah ia isi itu terbagi menjadi dua.

"Kakak kenapa di robek!?" Tanya gadis itu marah.

Gibran hanya menatapnya datar, "gausah masuk OSIS, babu sekolah." Ujar cowo itu.

Azura menatap nanar formulir yang sudah tercecer dilantai. "Kakak jahat!?"

Kemudian Azura berbalik, berjalan cepat meninggalkan Gibran yang sedikit merasa bersalah, hanya sedikit. Tak membuang waktu, Gibran segera mengejar Azura.

Semua siswa-siswi sekolah tampak berlalu lalang, semua dan setiap kelas. Hari ini sekolah tidak melakukan kegiatan belajar mengajar karena hari ini adalah hari pembukaan ekstrakurikuler bagi setiap siswa sekolah.

Gibran melewati semua orang tanpa melihat mereka karena fokusnya ada pada punggung Azura yang semakin ia melangkah maka semakin jauh.

Lengannya ditarik membuat ia berhenti, menatap Dhea. "Kok kamu buru-buru banget Gib?" Tanya gadis itu lembut.

Gibran kembali memandang Azura yang hilang ditengah kerumunan. Ia segera melepaskan genggaman tangan Dhea dengan sekali sentakan. "Jangan ganggu gue anjing!?"

Entah apa yang terjadi, yang pasti mood Gibran sedang tak baik-baik saja. Dhea pun langsung melepaskan tangan kekar itu.

Gibran langsung pergi, Dhea menatapnya sendu, "kapan kamu lihat aku, Gib?"

Gibran kembali menyusuri lorong kelas sepuluh karena memang berada dilantai satu, kemudian menaiki tangga menuju tingkat dua. Kemudian ia masuk kedalam kelas Azura, dimana gadis itu sedang menelungkup wajahnya dimeja.

Disana juga ada perempuan yang beberapa hari ini menemani kekasihnya itu, duduk disebelahnya sembari memainkan ponsel nya. Ia berjalan mendekati dua perempuan itu, "minggir lo."

Angel mendongak, menyempatkan senyum semanis mungkin pada laki-laki tampan dihadapannya itu.

"Eh, kak." Sapa Angelina.

Gibran tak menjawab, sampai akhirnya gadis pindah dari tempat ia duduk dan digantikan oleh Gibran yang kini membelakanginya.

Dapat ia melihat Gibran yang berusaha membujuk Azura. Oh, pantas saja Azura masuk kekelas dengan muka tertekuk.

"Lihat gue, Zura." Gibran tetap mengusap rambut lepek kekasihnya itu meski wajah kentara kesal.

Azura menepis tangan Gibran, lalu kembali menyembunyikan wajahnya membuat Gibran menghela nafas. "Jangan ganggu, Zura lagi marah!"

GIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang