Luka dari Dalam

417 38 6
                                    

Luka dari Dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka dari Dalam

Oleh: nanblueponi
.
.
.

//-Bisakah aku merasa lelah? Meluapkan emosi yang tertahan lama, memaki pada segunuk dendam masa lalu, rasanya ingin meneriaki si bajingan yang tak tahu maaf atas dosanya. Merutukku dengan sebutan musuh dalam selimut, tak sadar kau yang membawa bencana,

Aku korban yang terlukis penjahat, sayangnya, kau penyerang yang tergambar paling terluka, meraungkan penyesalan sembari menyalahkan, bahkan telunjuk itu mengacung tegak, persis di depan muka.

Jika kau menyalahkan aku, lantas aku bagaimana? Siapa yang harus aku jadikan alasan? Diri sendiri? sial!

Aku yang pertama menemukannya, aku membacanya dengan jelas, membuka fakta yang ditutup rapat dari nyata mata telanjang.

Bercumbu virtual dengan siapa yang datang dari bukan tempatnya. Dia, satu di antara banyak penggoda yang berhasil menarikmu, mengucilkanmu dari harmonisnya meja makan, mengeluarkanmu dari hangatnya ruang keluarga.

Kau bodoh atau gila? Jelas dia yang merayu, masih saja kau membuka hati, meleburkan rumah yang dibangun susah payah.

Kau tahu lebur? Itu bahkan lebih dari hancur. Aku bahkan dicap tak punya hati karena tak lagi menangis.

Kau tahu? Aku bukan tak bisa menangis, ia telah kering jauh sebelum kau menemukanku di dasar jurang dengan segala vonis murahan yang kau tuduhkan. Aku menutup tabir bahwa kau yang mendorongku terlalu jauh.

Seperti siapa laki-laki yang ingin aku dapatkan untuk mendampingiku? Beruntung, bukan lagi sepertimu.

Aku bersumpah, jangan sepertimu!-//

***

"Jika saja reinkarnasi benar ada, aku tak ingin terlahir sebagai puteramu lagi. Kau Ayah yang baik dan bertanggung jawab, semua yang setiap anak butuhkan dari sosok ayah kau mampu memberikannya."

"Sayangnya kau melakukannya bukan hanya pada anakmu sendiri dan menurutku itu berlebihan. Kau tak pantas melakukannya, dia bukan anakmu, mereka bukan keluargamu!"

Seseorang bicara pelan pada tembok di hadapannya. Memeluk bantal dengan erat sembari sesekali menenggelamkan wajah yang sekarang semerah tomat karena menangis terlalu lama.

Pandangannya bahkan sudah kabur, hidungnya seakan penuh dan tak lagi bisa meraup napas dengan baik. Ia merasa kepalanya bertambah berat sebelum tubuhnya ambruk sepenuhnya di kasur kecil dengan bingkai foto terbalik di sisinya.

--

Jendela yang hanya satu itu menjadi sumber cahaya untuk masuk, menerangi ruangan yang meski cukup luas untuk ukuran kamar satu orang tapi terasa sangat sesak. Ia yang terkurung di dalamnya seakan terpenjara oleh dua malaikat yang ramah.

OneShot MewGulf UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang