Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeda
Oleh: nanblueponie
Cast: tharntype . .
Tangan itu meremat bantal di kedua sisi kepalanya, dadanya membusung menikmati sesuatu di bawah sana. Sedang yang satu lagi terus dengan fokusnya yang lain, hingga ...
"Koomm ..." Type mendesahkan nama yang tak seharusnya ia sebut.
Seseorang di atas Type diam, ia menghentikan hentakan yang sedari tadi ia nikmati. Melepas penyatuan, ia bangkit meninggalkan tubuh indah yang menjadi candunya.
Ia belum selesai tapi mendengar kecintaannya menyebut lelaki lain, ia patah, hatinya terluka. Type kepunyaannya tapi ia tak bisa memilikinya.
Tinju itu memecah kaca kamar mandi, darah yang mengucur ia biarkan mengotori ubin. Berteriak sekeras yang ia bisa, Tharn melepas kecewa.
Seseorang di atas ranjang pun tak kalah frustasi, menangis dengan memeluk lututnya sendiri, bahkan tubuh polos itu belum terselimuti sempurna, bukan karena ia belum sampai hanya saja ia kalah oleh dirinya yang lain.
--
Type, beberapa waktu lalu hampir menjadi korban pemerkosaan segerombolan alpha liar di hutan pinus sisi kota.
Kala itu, Type yang akan mengunjungi orang tuanya seorang diri mengalami mogok kendaraan di jalanan yang sepi. Hp-nya tak bisa menghubungi Tharn atau Pho-nya karena jaringan sepertinya tak tersedia di sana.
Ini sudah dekat dan Type terbiasa berjalan jauh. Mungkin bukan pilihan yang tepat tapi ini bisa dicoba. Type memutuskan berjalan hingga ke tujuannya.
30 menit menyusuri aspal yang mendingin karena hampir malam, Type tak mau berhenti. Terlalu beresiko, ia tak mau sesuatu yang ia bayangkan menjelma nyata.
Hingga beberapa langkah setelahnya ia berhenti, Type terduduk dengan tangan meremat depan kemejanya. Ini menyesakkan, ia kesulitan bernapas.
Udara sekitar seperti menekannya, bagai sengaja ingin melumpuhkannya. Itu peromon alpha dan bukan hanya satu.
Type yang panik mencoba bangkit, "Bagaimana ini? Tharn, tolong aku!"
Mencoba kembali berjalan, Type berusaha menjauh. Ini baru setengah perjalanan dan tak ada seorang pun yang bisa ia pinta simpatinya.
Semakin lama, aroma yang bercampur di udara semakin mengikis sadarnya, meski cahaya lampu-lampu pemukiman sudah tertangkap mata lelahnya.
