Setelah mengatakan itu Alma menjelaskan rencananya untuk mencari nama kating tersebut. Dia mengatakan padaku untuk kembali bertemu ditaman kampus 2 hari lagi selepas kelas. Dia tidak menjelaskan apapun hanya mengatakan itu saja.
Kami melanjutkan makan yang tertunda karena tadi keasikan dengan obrolan tentang kutukan itu. Selesai makan kami masih mengobrol banyak hal entah mengenai perkuliahan ataupun mengenai hal pribadi. Tak terasa waktu yang kami habiskan di cafe ini ternyata cukup lama, terhitung kami datang dari jam 2 siang dan sekarang langit sudah memperlihatkan senjanya itu pertanda hari sudah sangat sore. Aku harus segera pamit untuk pulang.
"Alma apakah kamu masih ingin diam ditempat ini?"
"Memangnya kenapa rins, apakah kamu ada urusan mendadak?"
"Tidak ada, hanya saja tadi aku sudah janji akan pulang sebelum pukul 19.00 malam pada ibu" Jawabku sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal.
"Ahh kalau begitu kita pulang saja sekarang"
"Benar tidak apa-apa kah? Atau kalau kamu masih mau disini aku pulang duluan saja" Tawarku pada Alma, tidak enak menyuruhnya untuk pulang.
"Tidak kok, kita pulang sama-sama saja. Aku antarkan ya" Diluar dugaan ternyata Alma dengan cepat menyetujui untuk pulang sekarang padahal bisa saja dia masih ingin nongkrong seperti orang-orang yang sering pulang hingga larut tapi dia lebih memilih pulang terlebih mengantarku.
Kami berdua meninggalkan cafe dan pulang menggunakan mobil Alma. Kukira percakapan panjang kami sudah habis tadi tapi nyatanya selama di jalan pulang pun kami tidak henti-hentinya mengobrol dan tak sedikitpun tawa lepas yang keluar diantara kami berdua. Senang rasanya bisa tertawa lepas seperti ini. Kapan ya terakhir kali aku tertawa lepas?
Aku langsung turun ketika mobil Alma sudah menepi didepan rumahku. Awalnya aku mengajaknya untuk mampir tapi karena dia tiba-tiba ada urusan jadinya langsung pulang.
Ketika masuk kedalam rumah entah mengapa aku merasakan aura yang mencekam seakan-akan ada yang ingin menerkamku. Setelah memberi salam tidak ada sahutan dari mereka dan memang ayah belum pulang dari kantor. Kulihat wajah Kak Tasya dan Ibu yang terlihat sangat kesal, apakah aku melakukan kesalahan? Aku tidak terlambat pulang kok.
"Siapa yang mengantarmu?" Tanya Kak Tasya ketika aku hendak melewati mereka di ruang tamu.
"Dia temanku, Almaira namanya" Jawabku singkat, malas meladeni orang yang sudah kutahu sifat aslinya.
"Aku melarang kamu untuk berteman dengan dia"
"Ke,kenapa kak?" Walaupun malas tapi rasa takut untuk berbicara padanya seringkali ada.
"Dia bukan orang baik, jadi menjauhlah darinya"
"Jangan membantah, dengarkan ucapan Kakakmu itu" Timpal Ibu dengan nada yang ditekankan
"I..iya Bu"
Aku tak bisa terus mempertanyakan ucapan mereka. Sekali mereka berbicara hal itu adalah perintah yang tidak boleh aku langgar karena jika tidak aku akan di siksa dengan sadis oleh mereka. Setelah berbicara seperti itu mereka pergi begitu saja tanpa bertanya hal yang lain.
Apakah mereka sudah tahu identitas sebenarnya dari Almaira? Secepat ini? Mereka benar-benar melakukan ini padaku? Kalau begini caranya aku tidak boleh lengah. Aku harus hati-hati ketika berbuat karena mereka pasti terus mengawasi.
Setelahnya aku masuk ke kamar dan membersihkan diri terlebih dahulu lalu membaca buku sembari menunggu mata memejam.
***
YOU ARE READING
Kutukan Cinta Erins
RomanceErins memiliki sebuah kutukan di dalam dirinya yang membuat dia dijauhi oleh semua teman-temannya karena kutukan itu membuat wajahnya menjadi buruk rupa sehingga tidak ada yang berani untuk dekat-dekat dengan dia apalagi berteman. kutukan itu bisa...