Part 11

3 0 0
                                    

"Naik"

Aku membeku seketika, Kak Nerles ternyata tidak meninggalkan aku sendirian tapi dia sengaja pergi untuk mengambil motor dan bahkan ia mau mengantarkan aku pulang.

"Kakak mau anterin aku pulang?" aku bertanya untuk memastikan ini nyata atau ilusi.

"Naik atau gue tinggal" dengan nada ketusnya dia memalingkan wajah kedepan dan menyalakan motornya, aku yang panik langsung mengambil tas dan berdiri didepan motor agar dia tidak meninggalkan aku.

"Nih" sebuah helm ia sodorkan padaku, aku langsung mengambilnya.

"Kak gimana aku naiknya? Tinggi banget" saat didepan jok belakang aku bingung bagaimana caranya, aku tidak pernah menaiki motor Kawasaki Ninja 250 ABS SE MDP.

"Pegang pundak gue biar Lo bisa naik"

"Eum... Iya Kak" perlahan aku memegang kedua pundaknya, sedikit ragu tapi aku tidak boleh banyak protes. Syukur-syukur dia mau untuk nganterin aku pulang.

Setelah duduk manis di jok belakang, Kak Nerles langsung menancapkan gas nya. Tidak ada obrolan seru dalam perjalanan pulang, hanya ada pertanyaan terkait arah menuju rumah ketika kita sedang di persimpangan.

Kata Alma Kak Nerles tuh harus dijauhi karena suka kasar sama cewek-cewek yang ngedeketin dia tapi kok dia baik banget ya ke aku, dia udah nolongin aku saat mau ketabrak terus dia juga mau nganterin aku pulang padahal dia gak tau sejauh mana jarak rumahku. Kenapa cerita Alma dan aslinya beda ya, atau sekarang dia lagi baik aja gitu?

"Woi"

"Eh ada apa Kak?" Mataku melebar, terkejut karena teriakan Kak Nerles. Baru tersadar ternyata dia menghentikan motornya.

"Dari tadi gue nanya sama lo tapi g digubris, lo tidur ye?" Ia mendengus kesal sambil menoleh padaku dengan tatapan matanya yang sinis

"Enggak Kak, sedikit melamun aja tadi. Maaf-maaf bikin kakak kesel"

"Hadeuh, kalau lo mau ngelamun mending dirumah deh. Sekarang lo fokus biar cepet sampai dan gue bisa balik"

"Iya Kak, maafin aku"

Hening, tidak ada lagi obrolan. Ia kembali menyalakan motornya dan aku yang merasa malu dan bersalah membuat dia kesal dengan kekonyolanku ini.

Rins, kau ni ngapain deh. Malu-maluin banget... gumamku sambil sesekali menepuk jidat mengingat tingkahku sebelumnya

Sampai juga di rumah. Aku turun dengan kembali memegang kedua bahunya, sedikit  ribet tapi mau bagaimana lagi.

"Makasih banyak ya Kak dan hati-hati dijalan"

"Hem"

Aku menunggunya sampai menghilang dari penglihatanku, setelahnya aku berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Sedikit menghela nafas lega karena aku berhasil diberi kunci cadangan oleh ibu, walaupun aku yang sedikit memaksa.

"Assalamualaikum" hening tidak ada jawaban, semuanya sudah tertidur terbukti dari lampu ruang tamu yang sudah dimatikan.

Malam semakin larut, sepertinya malam ini aku tidak akan mandi. Hanya membersihkan muka, tangan dan kaki. Baru tersadar saat hendak berganti pakaian, baju yang aku gunakan tidak sekotor itu mengingat saat diselamatkan posisiku ada diatas tubuh Kak Nerles yang mana dia sendiri yang pakaiannya pasti lebih kotor dibanding aku.

Cukup lelah dengan banyak kejadian tidak terduga, aku langsung memeluk boneka Minions yang seukuran dengan tubuhku. Besok ada kelas jam 10 pagi, jangan sampai aku kesiangan karena tidur terlalu larut.

***

"Erins, kenapa dari kemarin kamu susah dihubungi sih?"

"Ponselku rusak, nih lihat aja"

"Loh kok bisa sampai kaya gini, gimana ceritanya?"

Saat ini aku dan Alma sedang berada di kantin kampus, mengisi nutrisi untuk perut yang sudah demo. Tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan dan sampai kampus langsung disibukkan dengan kelas beserta segudang tugasnya.

"Kamu pasti tidak akan percaya dengan cerita ini deh Ma" ucapku membuat Alma mengernyitkan dahi bingung

"Cerita apa?"

"Janji dulu jangan teriak karena kaget"

"Iya janji, cepetan cerita Rins" aku mendekatkan wajahku kehadapannya, sengaja agar suaraku tidak terlalu besar.

"Kemarin malem aku hampir ketabrak mobil tapi untungnya di tolongin sama seseorang dan orang itu adalah kating yang aku incar selama ini"

"Apa!" Alma tetap saja teriak padahal tadi janji gaakan teriak, memang tidak bisa dipegang omongannya.

"Shuttt, ish kan aku bilang jangan teriak"

"kok bisa kek begitu, ceritain lengkapnya dong"

Aku menceritakan kejadiannya dari awal sampai akhir tanpa aku tutupi. Semenjak kedatangan Alma dihidupku, aku merasa keberuntungan sedang berpihak padaku. Aku akan selalu menceritakan hal-hal tanpa ragu padanya, apalagi aku mengetahui bahwa dia benar-benar orang yang tulus berteman dengan aku.

"Wow" dia beberapa kali menutup mulutnya dikarenakan hampir tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan, tapi Ponselku yang rusak membuktikan keaslian ceritanya.

"Wow diluar dugaan sekali, seorang Nerles Rafaelo Berlian yang terkenal cuek dan tidak peduli dengan wanita tiba-tiba menjadi baik dan care seperti itu, woahh aku sungguh tidak percaya" berkali-kali Alma tersenyum kagum sekaligus keheranan, terlihat sekali dari kedua alisnya yang menyatu dengan mata yang sipit. Seolah-olah sedang mencerna sesuatu yang sangat sulit diterima oleh nalar nya.

"Awalnya akupun teringat ucapanmu itu Alma, tapi entah kenapa malam kemarin sikap dia berbeda. Bahkan menurutku menjahilinya sangat seru, berbanding terbalik dengan sikap dia yang digosipkan sering cuek dan dingin..."

Ceritaku terhenti karena Alma memberi kode untukku diam, dia menunjuk seseorang dengan matanya dibelakangku. Posisi tempat dudukku dengannya yang berhadapan membuatku tidak bisa melihat siapa yang dimaksud. Ketika aku ingin membalikan badan, Alma menahan ku dengan menggelengkan kepalanya.

Rasa penasaranku lebih besar dibanding rasa takutku atas larangan yang diberikan Alma. Aku memiringkan badanku dan melihat siapa yang datang sehingga membuat ceritaku terpotong, ternyata Kak Nerles dan kedua sahabatnya.

Aku memperhatikan dia, berharap kita berdua kontak mata. Nyatanya dia berlalu tanpa melihat ke arahku, ada sedikit perasaan kecewa.

Memangnya aku berharap apa kalau dia berjalan melewati ku? Dia menatapku dan tersenyum padaku? Jangan harap deh

"Udah aku bilang jangan nengok, kamu sih susah dibilangin" Alma menegurku karena melihat perubahan sikapku yang tiba-tiba bersedih.

"Aku berharap apa sih? Kemarin dia nolongin aku hanya karena kasian sepertinya"

"Setidaknya dia udah notice kamu Rin, nanti kita bikin strategi deh biar kamu bisa secepatnya bikin dia jatuh cinta sama kamu dan kutukanmu itu bisa menghilang"  Alma menepuk pelan tanganku, tersenyum hangat untuk menyalurkan semangatnya.

"Baiklah"

Alma dan aku melanjutkan makan yang sempat tertunda tadi, kali ini tanpa obrolan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, ternyata usahaku masih sangat jauh. Kemarin itu hanya kebetulan bertemu dan kebetulan juga dia yang menolongku. Belum ada satu langkah pun aku membuatnya jatuh hati padaku.

Harus berapa lama aku berusaha Tuhan?

Bersambung


Jangan lupa Vote, Komen and Share ya!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kutukan Cinta ErinsWhere stories live. Discover now