Masih dalam keadaan setengah sadar dengan posisi yang masih sama, dipeluk erat oleh seseorang yang aku yakini adalah laki-laki. Orang-orang disekitar menghampiri kami, mengecek kondisi kami apakah baik-baik saja atau perlu dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. setelah dirasa cukup mereka perlahan pergi, melihat kondisi kami yang baik-baik saja jadinya tidak perlu repot dibawa ke rumah sakit.
Pelukan itu sudah lepas sejak tadi namun aku yang masih dalam kondisi shock belum sepenuhnya sadar. aku terduduk lemas di kursi dekat trotoar yang beberapa menit sebelumnya nyawaku hampir melayang jika tidak di selamatkan oleh orang itu.
"Jangan ngelamun terus, nih minum" kurasakan dingin pada pipiku, aku menoleh melihat siapa yang memberikan aku minum. aku terkejut, orang yang sedang dihadapanku adalah kating yang sedang aku incar itu
"pegel nih tangan gue, cepet ambil ini air" ucapannya menghentikan lamunanku, aku bertanya-tanya bagaimana bisa dia ada disini, apakah dia orang yang membantuku tadi atau kebetulan lewat saja.
"eh I-iyaa kak"
setelah aku mengambil air minum yang disodorkannya dia tidak langsung pergi meninggalkanku akan tetapi ikut duduk disampingku, ia menyandarkan badannya kebelakang dengan posisi tangan menutupi matanya. aku Kembali memperhatikannya, ia seperti meringis kesakitan.
"apakah aku boleh bertanya kak?"
"hem"
"orang yang menolongku itu apakah kakak orangnya?"
"hem"
"ma-makasih kak udah nolong aku tadi, kalau bukan kakak yang nolongin, aku gatau sekarang masih hidup apa engga" ternyata memang benar dugaanku bahwa dialah yang menyelamatkanku
hening, setelah aku mengucapkan itu tidak ada respon apa-apa dari dia. awalnya kupikir mungkin dia kelelahan tapi setengah jam berlalu dia masih dengan posisi yang sama. aku sedikit ketakutan melihatnya diam seperti itu, aku takut terjadi apa-apa padanya karena tadi menyelamatkanku. tanpa berpikir Panjang aku mengguncangkan tubuhnya, berpikir bahwa dia pingsan atau hal hal buruk lainnya.
"Kak bangun kak!!"
"Shht aww apa sih, gue lagi tidur"
"Eh tangan kakak berdarah, apa gara gara tadi nolongin aku ya?" tanpa sadar aku terus memegang tangannya.
"Berisik banget Lo"
"Tapi kak ini beneran berdarah loh"
"ck iya gue tau, g usah ganggu deh gue cape mau tidur" ucapnya sambil membenahi posisi duduknya seperti sebelumnya
Aku bingung harus bagaimana, tangan Kak Nerles cukup besar lukanya dan darah yang keluar pun hampir mengering. Setelah beberapa kali memikirkan apa yang perlu aku lakukan, aku pergi mencari supermarket terdekat atau mungkin ada warung yang buka 24 jam.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan warung yang masih buka, beruntungnya setelah berjalan hampir 15 menit barulah ada.
"Bu, disini jual obat-obatan gak ya?" tanyaku dengan mata yang mengitari seluruh warung dimana letak obat-obatan.
"Ada neng, mau beli apa?"
"Saya mau beli Betadine, Kasa, kapas sama handsaplast, ada Bu?"
"Ouh ada dong neng, semuanya kumplit"
"Alhamdulillah, saya beli semuanya satu-satu yaa" setelah itu ibu warung mengambil barangnya ke dalam, sambil menghitung dan membungkus beliau mengajakku mengobrol menanyakan tentang keberadaan ku yang sendirian di tengah malam seperti ini dan aku hanya menjelaskan secara singkat karena ada teman yang terluka.
"Makasih banyak Bu"
"Iya neng sama sama"
Harap cemas meninggalkan Kak Nerles sendirian disana dengan tangannya yang terluka itu ditambah aku yang lama karena mengobrol dengan ibu warung itu. Dengan langkah yang kutambah ritmenya agar segera sampai menuju kursi di mana Kak Nerles berada, aku hanya menghabiskan 10 menit saja.
Syukurlah Kak Nerles masih disini, tidak pergi karena aku yang menghilang tanpa bilang padanya.
Helaan nafas lega keluar dari mulutku, melihatnya dengan posisi yang sama seperti sebelum aku meninggalkannya tadi. Perlahan ku tepuk paha nya agar terbangun, aku harus segera mengobati lukanya sebelum lebam dan membiru atau bahkan malah jadi infeksi.
"Kak bangun dulu sebentar"
"Kak.. Kak ayo bangun"
"Hem"
"Ayo kak bangun dulu, aku obati dulu lukanya. Kalau dibiarin nanti malah infeksi" aku terus mengguncangkan badannya karena sulit sekali untuk dia bangun dari tidurnya itu, dengan kondisi terluka dia dengan santai tidur sungguh aneh ucapku dalam hati.
"Aku obatin luka kakak dulu ya, setelah itu aku akan pulang"
"Apa sih, Lo kalau mau balik ya sana ga usah nungguin gue disini" dia menepis tanganku yang berada di lengan kirinya.
"Aku obatin luka kakak dulu"
"Ribet banget lo, balik ya tinggal balik lah"
"Pliss Kak, biarin aku obatin kakak dulu"
"ck ish hem cepetan"
"Asyikk"
Aku membasuh luka nya terlebih dahulu, takutnya ada kotoran dari aspal yang menempel. Mengeringkan lukanya dengan tisu lalu meneteskan Betadine sedikit demi sedikit pada lukanya dan juga pada kapas, selama mengobati luka Kak Nerles aku beberapa kali menahan tawa karena ekspresi lucu yang ditunjukkannya. Ekspresi menahan sakit dan takut tapi so kuat itu, seperti anak kecil yang tidak ingin kelihatan lemah walaupun dia sedang kesakitan, sungguh lucu sekali.
"Perih ya kak?" kali ini aku khawatir, ia meringis kesakitan saat di beri Betadine di lukanya
"Enggak, cepetan"
"Yakin nih? Kok mukanya keliatan sakit gitu"
"Gak" semakin dibuat lucu dengan tingkahnya, ide licik terbesit di otakku. Aku menutupi lukanya dengan cara yang cukup brutal
"Heh pelan-pelan dong"
"Kan katanya cepetan tadi, kenapa malah nyuruh pelan-pelan"
"Lo tuh ya... Arghhh dahlah" aku terkekeh karena bisa menjahilinya, ternyata asik juga mengobrol dan bercanda bareng Kak Nerles.
Bola matanya berputar jengah, sepertinya dia sudah malah merespon tingkah anehku ini. Beruntungnya pula selesai sudah aku menutupi luka ditangannya itu, jadi bisa cepet-cepet pulang deh.
"Selesai, nah karena luka kakak udah diobatin aku pulang dulu ya kak. Eh lupa kan aku pulang pake ojol tapi hp ku kelindes tadi, Kak boleh pinjem hpnya buat pesen ojol gak?"
Bukannya merespon dia malah bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan aku sendirian, membuatku mendengus kesal. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku akan pulang sekarang, waktu sudah hampir jam 12 malam sedangkan aku masih diluar rumah, mamah pasti marah besar padaku.
Aku menenggelamkan kepalaku diantara dua kaki, bingung bagaimana caranya bisa memesan ojol untuk pulang.
Suara motor nyaring terdengar mendekat lalu suaranya berhenti tepat di depanku, aku yang kepo ini langsung mengadahkan kepala untuk melihat siapa dan ternyata orang yang menghentikan motornya dihadapanku itu adalah
"Naik"
Bersambung
Jangan lupa vote, like and komen yaa!!

YOU ARE READING
Kutukan Cinta Erins
RomanceErins memiliki sebuah kutukan di dalam dirinya yang membuat dia dijauhi oleh semua teman-temannya karena kutukan itu membuat wajahnya menjadi buruk rupa sehingga tidak ada yang berani untuk dekat-dekat dengan dia apalagi berteman. kutukan itu bisa...