Sepanjang musim gugur, Jisung tak pernah kembali melihat lelaki hujan nya setelah kejadian kemarin. Ya, kejadian saat Chenle bermain basket dengannya.
Itu hanya sekali, dan ketika saat Jisung menemani Chenle berobat pada di awal musim gugur. Hanya itu saja. Selebihnya? Ah...
Namun, hingga kini Jisung sama sekali tidak pernah melihatnya kembali lagi.
Jisung sangat khawatir, jantung nya sama sekali tak berhenti berdetak. Bahkan semakin cepat detakan nya. Dia bahkan sampai mendobrak ruang musik yang biasanya ada seseorang bernama Renjun disana, tetapi bahkan Renjun yang satu fakultas dengan nya membilang bahwa Chenle tidak pernah hadir kembali selama berbulan bulan lama nya ini.
Tidak alasan yang jelas tentang mengapa ia tak hadir selama beberapa bulan. Bahkan hampir 2023 saja.
Jisung menyender lesu di tembok gimnasium setelah mendengar fakta itu
"Apakah dia sudah mati." Jisung tersenyum miris.
Jisung ingin membuang pikiran buruknya. Dia akan selalu mengacak acak surai hitam nya untuk menghilangkan pikiran buruknya. Namun, hilangnya si lelaki hujan membuat Jisung selalu berpikiran seperti itu.
Di latihan basket hari ini, Jisung memutuskan untuk duduk dan tidak banyak bermain basket.
Mark yang merasa aneh dengan juniornya, dia memutuskan untuk mendekat kearah Jisung. Dia duduk di samping Jisung.
"Yak, jisunggie, mengapa wajahmu terlihat murung seperti itu?" Tanya Mark.
"Aku kelelahan, hyung." Jisung berusaha untuk mengelak. Dia tak ingin kekhawatiran nya di ketahui oleh seseorang.
"Bohong." Mark mengetahuinya. Mark menekan agar Jisung jujur kepadanya.
Jisung tak nenjawab.
Dia tak berminat untuk menjawab dengan jujur.
"Jisunggie, sedang merindukan seseorang?" Mark bertanya seenaknya. Jisung yang mendengar perkataan Mark kaget.
Bagaimana dia tahu?
"Apa yang hyung katakan?" Tanya Jisung tak mengerti.
"Ah itu... Aku biasanya akan murung jika merindukan seseorang, contohnya saudaraku. Dan mungkin saja kan?" Mark tertawa, kemudian mark menyenderkan tubuhnya ke tembok seperti posisi duduk Jisung.
Rindu ya?
Tidak, Jisung hanya khawatir.
Ah, mungkin saja sedikit rindu.
Atau sangat rindu?
Jisung tersenyum miris. Dia menghelakan nafasnya. Menutup seluruh wajahnya dengan lengan lengan nya.
Tunggu, Jisung mengingat sesuatu.
"Mark hyung, punya nomor renjun hyung?"
Ya, Jisung baru ingat ini.
Selain Jaemin, Renjun juga berada di satu fakultas yang sama dengan Chenle.
"Buat?" Tanya Mark.
"Aku hanya ingin bertanya sesuatu tentang Chenle." Jisung menjelaskan nya.
Mark mengeluarkan sebuah handphone dari kantong celananya. Dia memberi nomor Renjun kepada Jisung.
Jisung mengetuk ngetuk jarinya di meja belajar miliknya. Dia masih menatap kearah nomor Renjun yang diberikan Mark tadi sore di kampus.
Sebenarbya, Jisung agak sedikit ragu untuk bertanya kepada seniornya itu.
Selain dia tak begitu mengenal Renjun, dia juga takut nantinya chat nya tidak akan dibalas oleh Renjun.
Karena Mark membilang padanya jika Renjun jarang membuka handphone nya.
Namun, Jisung harus mengetahui kemana hilangnya Chenle atau mungkin kemana Chenle pergi.
Dia harus bertanya pada seseorang.
Renjun salah satunya.
Setelah menghela nafasnya, dia membuka handphone lalu memasukkan nomor renjun ke WhatsApp nya. Dia mengetik sesuatu lalu mengirimnya.
Lama sekali Renjun tidak membalas, hingga jam 8 malam.
Tak lama, Jaemin datang ke kamar Jisung. Jisung masih fokus menunggu jawaban dari Renjun sembari duduk di kasurnya.
"Uri jisunggiee~ ayo makan malamm !" Ucap Jaemin sembari memeluk Jisung dari arah belakang.
"Aih ..." Jisung meringis kesakitan. Bagaimana tidak sakit? Jaemin sudah berada di atas punggug Jisung.
Jaemin melepaskan pelukan nya lalu tersenyum. Jaemin masih berusaha mengajak Jisung makan malam walaupun kemungkinan tidak berhasil.
Jisung akhirnya mengangguk mau, Jaemin dan Jisung pergi ke lantai bawah untuk makan malam.
.
.
.
Selesai makan malam, Jisung langsung pergi ke kamarnya. Ia berfirasat jika Renjun sudah membalas pesan darinya.
Tetapi saat dia membuka handphone nya belum ada jawaban dari pesan nya itu.
Hingga, akhirnya ada sebuah notifikasi masuk di handphone nya.
Anda :
Annyeong Renjun hyung, aku Na Jisung, salah satu junior tahun ketiga. Ah maaf menganggumu, aku juga salah satu kenalan nya Zhong Chenle. Dan jika hyung tahu, akhir akhir ini Chenle dimana?Renjun Hyung:
Ahh jisung, aku tahu kau kenalan Chenle. Ah maaf jika aku baru membalas pesan darimu. Tentang Chenle, aku tak pernah melihatnya sejak awal bulan.Anda:
Ya hyung, aku mengetahuinya. Tetapi aku hanya ingin tahu mengapa akhir akhir ini dia tak pernah berangkat.Renjun hyung:
Kau tidak tahu?Jisung mengerutkan keningnya. Bagaimana cara dia mengetahuinya jika tak ada yang memberitahukan kepada nya.
Dan juga, Chenle menghilang begitu saja tanpa memberitahukan kepada dirinya.
Anda:
Sama sekali tak tahu, ada apa hyung?Cukup lama Jisung tak menerima jawaban pesan dari Renjun. Dia semakin bertanya tanya pada pikiran nya.
Renjun hyung:
Dia sedang dirawat.Kageyama tercengung dia membaca kembali pesan itu dengan seksama. Dia terdiam. Dia tak salah membaca sama sekali.
Dirawat? Sejak awal bulan?
Apakah saat mereka pulang dari gimnasium?
Jika hal itu benar, bukan kah itu salah nya sendiri?
Jisung buru buru mengetik balasan.
Anda:
Apakah htung bisa memberitahuku dimana Chenle dirawat?Jika hal itu sama sekali benar. Artinya dia harus berada di dekat lelaki itu, sesuai dengan janjinya. Kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY JISUNG. [ END ]
General FictionHari itu, Jisung berteduh dibawah halte. Hujan begitu deras, rintik hujan yang mengenai atap halte juga sangat terdengar jelas di telinga Jisung. Jisung tak tahu sebelumnya jika ia akan bertemu dengan lelaki pendek dan mungil. Lelaki itu aneh, tetap...