Jisung menepati janji nya.
Jisung selalu menjenguk Chenle setiap harinya tanpa henti. Kemungkinan sudah hampir 2 atau 3 minggu Jisung datang ke rumah sakit tanpa absen dari kampus. Jika setiap paginya Jisung akan menjenguk Chenle, Chenle akan selalu bertanya "kau bolos?" Dan jika sebaliknya, ketika Jisung menjenguk Chenle pada sore hari, Chenle akan bertanya tentang harinya di kampus dengan senyuman lembut. Contohnya, "bagaimana harimu dikampus?" .
Saat ini pukul jam 10.30 AM.
Jisung duduk di kursi, tepat di samping sebuah ranjang tempat rawat milik Chenle. Dia menatap lelaki itu.
Chenle sedang membaca buku yang di berikan Jisung beberapa minggu lalu, Jisung terheran karena yang dia lihat setiap dia menjenguk Chenle. Dia hanya akan melihat Chenle membaca buku yang sama.
"Kau selalu membaca buku itu, harusnya kau sudah menamatkan nya, bukan?" Tanya Jisung dengan rasa penasaran nya.
Apa dia tak bosan jika hanya melihat dan membaca buku atau artikel yang sama setiap harinya? Bahkan jika aku membaca satu lembar artikel lalu besoknya kembali membaca artikel itu kembali saja bosan.
"Aku sudah menamatkan nya beberapa kali." Jawab Chenle singkat. Dia mengangkat bahunya, dia akan selalu menikmati membaca satu persatu kata kata yang berada dalam buku itu.
"Kau tidak bosan?" Tanya Jisung kembali. Dia sangat penasaran dalam sesuatu hal yang cukup menarik.
"Tentu, tidak." Chenle kembali menjawab tanpa menatap tatapan mata Jisung.
Chenle membalikkan satu lembar kertas buku, dia kemudian mengambil kacamatanya. Kemungkinan katanya, akan lebih asik membaca jika memakai kacamata.
"Begitu serukahh?!" Jisung terus menerus bertanya tanpa henti. Chenle tersenyum, kali ini dia menatap Jisung.
"Kau selalu bertanya, ah jisungssi, bukan begitu, aku membaca buku ini karena pemberianmu."
Sedetik.
Jisung seperti merasa jika waktu berhenti walau hanya sedetik saja. Namun kemudian dia mendengus, tersenyum dan membuka mulutnya untuk mengeluarkan kata kata. "Aku merasa di hargai."
Tak lama, ada seseorang yang mengetuk pintu ruang rawat Chenle. Dia kemudian membuka kan pintu.
Pintu kamar terbuka, dua wajah langsung secara bersamaan menatap kearah seseorang yang baru saja menutup pintu dan mengeluarkan suara. "Permisi."
Jisung sedikit bingung dengan lelaki yang ada di depan mereka berdua, dia memakai jaket berwarna hitam dan surai yang juga berwarna hitam. Dengan tangan yang masuk di kantong celananya.
Lain halnya, Chenle seperti ingin berantam dan adu mulut ketika melihat lelaki itu mendekat kearah Chenle.
"Ah." Ucap lelaki itu ketika melihat suntikan yang berada di meja kecil dekat ranjang rawat milik Chenle.
Lelaki itu menempelkan suntikan kecil ke lengan Chenle dengan wajah yang sama sekali tak bersalah. "Ini sakit?"
"Haechan hyung, tolong berhenti, aku akan menyuntikmu hingga mati nantinya." Ucap Chenle sembari menunjukkan senyuman yang begitu kelihatan tak ikhlas.
Haechan? Tunggu, Jisung pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Teman SMA Chenle? Aku ingat sekarang.
"Maaf aku telat menjengukmu, chenlee~." Haechan mengusap surai hitam milik Chenle dengan lembut.
"Kurasa tak perlu jika merepotkan bagimu." Jawab Chenle singkat.
Jisung hanya terdiam melihat keduanya berbicara satu sama lain, dia hanya memainkan handphone nya, asik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY JISUNG. [ END ]
General FictionHari itu, Jisung berteduh dibawah halte. Hujan begitu deras, rintik hujan yang mengenai atap halte juga sangat terdengar jelas di telinga Jisung. Jisung tak tahu sebelumnya jika ia akan bertemu dengan lelaki pendek dan mungil. Lelaki itu aneh, tetap...