1.5

27.3K 2.5K 42
                                    

Antagonist Before The Ending
1.5 Balas Dendam

Cek Satu Dua Tiga, sebelum kalian baca, ada yang menunggu ABTE update?

.....

Pagi tiba, matahari telah memancarkan cahayanya. Di mansion itu hanya Rhea yang sudah terbangun dari mimpi panjanganya. Sekarang Rhea sedang berdiri mondar-mandir sembari bergelut dengan pikirannya antara membuka pintu di depannya ini lalu menerobos masuk atau memilih tidak masuk ke dalam kamar ini.

Kemarin Ethan mengatakan padanya barang-barang miliknya termasuk pakaian dan aksesorisnya sementara dipindahkan ke kamar Khalid supaya anggota keluarga tidak menemukan fakta Rhea dan Khalid tidur di kamar yang berbeda.

"Harus kah aku masuk? Sepertinya Khalid belum bangun. Tapi kalau aku masuk Khalid akan terbangun karenaku. Astaga, aku harus bagaiamana, masuk atau tidak?" Lirih Rhea, melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya.

Jarum pendek berhenti di depan angka enam, sepertinya laki-laki itu belum bangun? Rhea menempelkan kuping kanannya pada pintu kamar, berharap bisa mendengar suara dari dalam.

Ceklek...

Pintu itu terbuka tertarik kebelakang bersama kemunculan Khalid. Rhea kehilangan keseimbangannya hampir jatuh menindihi lantai, untungnya Khalid cekatan menangkap lengan Rhea sebelum perempuan itu mencium ubin kamar.

Rhea reflek menutup matanya pasrah jatuh ke lantai. Tetapi kenapa badannya tidak merasa sakit, seperti yang di rasakan orang yang baru saja jatuh? Justru ia malah merasa lengan kanannya di pegang seseorang.

Perlahan Rhea membuka kedua matanya yang tertutup akibat reflek tadi. Mendongak ke atas, bola mata cokelatnya bertemu dengan bola mata hitam milik Khalid.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa sampai hampir terjatuh?" Suara serak berat Khalid menyadarkan lamunan Rhea.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali dan melepaskan tangan Khalid dari lengannya, mundur tiga langkah memberi jarak antara dirinya dan Khalid.

"Maaf," Ucap Rhea spontan, memegang lengannya yang tadi di pegang suaminya.

"Sebenarnya tadi aku ingin masuk ke kamar, tapi aku takut membangunkanmu, oleh sebab itu aku menempelkan telingaku di pintu untuk membuktikan kau sudah bangun atau belum. Lalu tiba-tiba pintu ini terbuka, aku pun hampir terjatuh." Rhea menjelaskan kronologi kejadian yang baru saja terjadi.

Khalid menggelengkan kepalanya sekaligus menaikkan satu alisnya. "Kau menempelkan telingamu ke sini? Untuk apa?" Tanya Khalid menunjuk pintu di sebelahnya.

Rhea mengganguk kecil. "Iya, aku menempelkan telingaku di situ. Aku menempelkannya supaya aku bisa mendengar suara dari dalam. Jika ada suara yang timbul di dalam berarti kau sudah bangun, tapi jika tidak artinya kau belum bangun."

Tawa Khalid lepas begitu saja, Khalid tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya Rhea terlalu konyol. Wanita pintar dan serius seperti Rhea ternyata bisa berpikir bodoh dan lawak juga.

"Hey! Kenapa kau tertawa? Memangnya lucu?" Rhea mengerutkan keningnya. "Karenamu aku hampir saja terjatuh, dan kau justru tertawa?!"

"Bagaimana aku tidak tertawa? Kau terlihat konyol sekali. Hanya manusia bodoh yang memikirkan hal semacam ini. Kau ingin masuk ke dalam kamarku kan? kau bisa mengetuk pintu untuk memastikan aku sudah bangun atau belum. Tapi kalau kau tidak ingin membangunkan ku maka kau bisa langsung masuk tanpa mengetuk pintu."

"Pintu ini tidak pernah ku kunci. Tapi yang kau lakukan di luar dugaan, hahaha." Khalid masih menertawakan tingkah Rhea yang menirutnya aneh dan lucu. Namun Rhea tidak berpikir demikian.

Antagonist Before The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang