Sifra Williams
Aku berada dalam suasana kamar yang baru. A bit strange, not gonna lie. Namun, ranjangnya begitu besar dan nyaman, air purifier nya juga sangat menyejukkan. Kamar ini begitu harum, bersih, nyaman—I don’t want to leave. Ever. I’m getting used to this already.
Christian dan Papa sudah sampai di Manchester sejak dua jam lalu. Aku berbicara dengannya melalui telepon selama satu jam, kemudian Christian tidur.
Aku pun menatap seluruh sudut ruang kamar ini—kamarku—cause this is just too good to be true.
Kamar ini sudah seperti hotel. Fasilitasnya begitu lengkap. Mini refrigerator, TV dengan channel yang lengkap (Netflix, Hulu, Disney+), pemutar vinyl, dan lain-lainnya. Sungguh, pria ini—Jeon Jungkook—ada apa dengannya sehingga dia hanya meminta harga sewa £115 per minggu nya?
Bukan maksudku mengatakan bahwa £115 itu sedikit. Tapi, di London, biaya hidup itu sangat mahal. Bahkan ada orang yang menyewa flat seharga £1,750 untuk per minggu. Believe me, tinggal di London itu bukan hal yang mudah.
Pemandangan flat nya juga begitu indah, karena flat ini berada di lantai 15. A bit higher than most.
Sekarang sudah pukul 2:56 a.m. dan aku lapar. Aku tidak bisa tidur karena aku harus beradaptasi terlebih dahulu dengan tempat baru ini. But darn it, aku lapar.
Jungkook bilang bahwa aku bisa memakan apa saja yang ada di dapur dan lemari pendingin, right? He said that. I swear.
Saat aku membuka pintu kamar untuk menuju dapur, aku melihat seseorang duduk di balkon. Of course it’s Jeon Jungkook. Tapi apa yang dilakukannya di pagi hari seperti ini?
Karena aku mengingat apa yang harus kulakukan, jadi aku ke dapur. Lalu aku membuka lemari pendingin and wow, semuanya begitu penuh. Banyak sekali makanan di sini. Minuman juga. Mostly beer.
Saat aku sedang berpikir untuk makan apa, seseorang memanggilku.
“Hi, you.” Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook. “Kau belum tidur?”
“Ya.”
“Kau lapar?”
“Ya. Do you mind if I—”
Jungkook menggelengkan kepalanya. “No, makan saja apa yang kau mau,” ujarnya. “I’m just filling my glass.”
Lalu dia menekan tombol merah yang berada di sebelah lemari pendingin. Kemudian, sebuah pintu terbuka. Dan itu sangat mengejutkanku, karena ada pintu rahasia menuju wine cellar yang berada di balik dapur.
Jungkook masuk ke dalam wine cellar tersebut dan mengambil sebotol Bordeaux. Dan dia menekan tombol merah itu lagi, sehingga ruangan wine cellar itu tertutup kembali.
“Kau punya wine cellar?”
“Yeah, I do. Want some?”
“I’m 18, Jeon Jungkook.”
Jungkook memberikan smirk aneh kepadaku. “And legal enough to drink alcohol, right?”
Technically, he is right. “Aku tidak pernah minum alkohol sebelumnya.”
“You are missing out on life.” Katanya. “Mau coba?”
“No, thank you.”
“Oke. Kalau begitu, aku akan kembali ke balkon. Do what you gotta do.”
Jungkook pun kembali ke balkon, sementara aku hanya menuang segelas air saja. Karena rasa laparku tiba-tiba hilang, I don’t know why.
Lalu aku kembali ke kamar dan aku bersiap-siap tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Yours
ФанфикAku pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai orang lain. You know, seperti jantung berdegup tiga kali lipat lebih kencang. Pipi memerah dan tidak bisa membuat kontak mata. All of those things, aku pernah merasakannya. But that was it. No sparks a...