Sifra Williams
Jungkook kembali pada pukul 15.10 p.m. Dan saat dia kembali, Mr. Acerbi sudah selesai. Hanya memerlukan waktu lima jam saja untuk menginstalasi pin lock.
“Bagaimana? Sudah selesai?” Jungkook bertanya.
“Ya. Sudah.”
Jungkook berbicara pada Mr. Acerbi selama sekitar lima menit, hingga akhirnya Jungkook mengeluarkan uang dari dompetnya.
Tidak tahu berapa jumlahnya, tapi cukup banyak.
Setelah Mr. Acerbi pergi, Jungkook bertanya padaku. “Apa pin nya?”
“Um . . . coba tebak.”
“Sifra.”
“Coba tebak!”
“Fine. 1234.”
“Bukan.”
“1926.”
Sifra menaikkan alisnya. “Bukan. 1926? What is that?”
“Tahun kelahiran Queen Elizabeth II.”
“Untuk apa gunakan tahun kelahiran Queen Elizabeth II sebagai pin lock?”
“Mudah diingat.” Katanya. “Just tell me. Apa pin nya, Sifra Williams?”
“Fine. It’s 2609.”
“What’s that?”
“My birthday!”
Jungkook terkejut. “Your birthday? Kau menjadikan tanggal ulang tahunmu sebagai pin lock di flat milikku?”
“Why not? Itu juga mudah diingat.”
“You never fail to amaze me.” Katanya. Jungkook pun mengetikkan pin untuk membuka pintu flat. Saat akhirnya sudah bisa terbuka, dia bernafas lega. “Finally. Ah, aku rindu flat-ku.”
Dia masuk ke dalam dan aku menyusulnya di belakang.
Jungkook segera mengecek keadaan flat. Dia menuju ke kamarnya, kemudian dia ke dapur, lalu ke balkon, ke ruang perpustakaan, serta ke ruang gym miliknya.
Seusai mengecek, dia mengatakan, “Semua baik-baik saja. Thank God.”
“Is that part of your OCD?”
“The anxiety? Ya. Aku tidak akan bisa tenang jika tidak mengetahui langsung bahwa flat-ku baik-baik saja.”
“Oke.”
“Aku akan mengambil wine. Kau mau juga?”
“Sure.”
“I’ll bring two glasses.”
Aku duduk di sofa. Menunggu Jungkook yang sedang mengambil wine di wine cellar.
Selagi menunggu, aku mengirimkan pesan pada Christian. Dia mengatakan bahwa dia akan datang ke London pada hari Sabtu. Jadi dia bertanya apa yang ingin kulakukan saat dia datang nanti.
Aku memikirkan mengenai London Eye kemarin. Secara tiba-tiba, Jungkook mengajakku pergi ke sana. Entah kenapa, aku berharap bahwa Christian akan seperti Jungkook. You know, to surprise me.
Jungkook kembali dengan dua gelas wine. Dia menaruhnya di meja. Kemudian, dia membuka botol wine itu dan menuangkan di gelasnya, juga di gelasku.
“Jungkook, can I ask you a question?”
“Kenapa kau selalu memiliki pertanyaan untuk ditanyakan padaku? What is it this time?”
“Hanya penasaran saja. Kenapa kau mengubah kunci pintu flat dengan fingerprints lock?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Yours
FanfictionAku pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai orang lain. You know, seperti jantung berdegup tiga kali lipat lebih kencang. Pipi memerah dan tidak bisa membuat kontak mata. All of those things, aku pernah merasakannya. But that was it. No sparks a...