13 - Piknik dadakan

48 7 1
                                    

Aaarrgghhh! Renjun mau mencak mencak aja rasanya. Tamunya ngga sopan banget! Udah mencetin bell, masih aja ngetuk-ngetuk pintunya. Dia menoleh ke arah nakasnya dan mencoba melihat dengan jelas jam berapa saat ini.

Jam 6. jam 6 pagi !

Itu yang diluar beneran tamu apa hantu kesiangan jam segini baru gentayangan?

"Lama banget sih. Gue pegel dari tadi berdiri disini!" sambut suara bernada kesal begitu Renjun membuka pintunya.

Dan, tamu tidak sopan yang juga menganggu tidurnya itu adalah.... tetangganya sendiri. Sepagi ini. Renjun gatau lagi mau marah-marah gimana sama anak ini.

".....lo juga biasanya suka jogging tuh. Kemaren-kemaren pas gue mau berangkat ngampus lo juga udah siap duluan. Gue kira lo tuh 100% morning person. Ternyata bisa bangkong juga.."

Sementara tetangganya itu nyelonong masuk, liat-liat apartemen Renjun sambil ngomong sendiri, yang punya apartemen cuma bisa ngeliatin tanpa nyaut apapun.

"...Aduh gue jadi aus" dan sekarang ditangannya sudah ada cangkir untuk ambil minum. Cape kali karena kebanyakan ngomong.

Sang tuan rumah masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi disini. Setaunya, Lia hari ini ngga ada kelas. Dirinya juga. Kalau ada kelas dan minta anterin pun, ngga mungkin sepagi ini kan?

Ini bahkan hari sabtu! Kampus nutup! Renjun udah bertekad dari kemaren kalo hari ini dia mau tidur aja seharian.

"Eh, lo punya biskuit ini juga? Gue mau ya!" gadis itu belum berhenti bertingkah. Sebelum Renjun izinkan pun, dia sudah membuka toples dan mencomot biskuit-biskuit di dalamnya.

Sekali lagi Renjun menoleh ke arah jam dinding. Lalu mencari hpnya sendiri untuk benar-benar memastikan ini jam berapa. Sebelum ia kembali berbalik pada gadis itu dan menatapnya dengan serius;

"Anggalia, lo ngapain si?"

Demi mendengar kalimat pertama yang Renjun lontarkan di pagi ini, dengan suaranya yang berat dan serak karena bangun tidur, juga penyebutan namanya yang berbeda, Lia sampai terbatuk-batuk kesedak biskuitnya.

Melihat itu Renjun jadi menghela nafas. Lalu mengisi lagi air di gelas Lia yang hampir kosong.

"Thanks" cicitnya setelah minum. Lalu, karena dirinya sudah baik-baik saja, dan sudah siap -yaampun, kenapa cowo itu sekarang bisa jadi punya aura intimidating gini sih?

Lia akhirnya berani berbicara lagi "Itu.. eum, gue.. mau.."

Kenapa ya, Lia selalu saja kesusahan untuk ngomongin hal-hal kaya gini? pas ngajakin Renjun dinner sebagai ucapan terima kasih juga, dia bingung mau ngomongnya gimana.

"Hmm?" Renjun masih nunggu

"Kita piknik yuk!" kata Lia akhirnya

Dahi Renjun mengerut bingung "Piknik?"

"Iyaa... gue mau ngajakin lo piknik. Piknik beneran! Kita liat yang ijo ijo.... yuk!"

"Tapi ini masih pagi buta li..."

"Ya emang harus pagi, Ren. Kalo kesiangan vibe pikniknya ntar ga dapet"

Renjun mendengus

"Ga boleh nolak ya! Lo harus ikut. Ini bagus untuk kesehatan mental kita biar lo ga stress"

"Gue stress ngadepin lo"

krik

Lia jadi kicep. Untuk beberapa detik, mereka cuma sama-sama diam.

Kemudian, karena ngerasa canggung, akhirnya Renjun yang bersuara lagi "Mau piknik kemana sih emang?"

Yang ditanya mengangkat lagi kepalanya. Melihat Renjun yang berdiri menjulang sementara dia duduk di sofa

Satu Diantara SejutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang