05. Silent

14 10 5
                                    

Diam diluar gedung persidangan seorang diri.
Belva Levannia Anatasya tidak berminat untuk masuk dan melihat barang beberapa menit pun, dipikiran nya orang tua berpisah karena dirinya.

Pukul enam sore, langit tampak mendung. Awan seperti akan mencurahkan air yang ditampung nya.
Dibawah pohon seorang diri saja, Belva melihat seorang anak kecil mengejar bola nya.

“Lucu..” Belva gemas dengan anak kecil tersebut. Karena senang dengan anak kecil, ia pun menghampiri anak kecil tersebut.

Baru ingin mendekat, anak kecil itu terjatuh. “Adek, kamu ngga papa kan?” mempercepat langkahnya, ia menyamakan tubuh dengan anak kecil itu.

“Ngga papa kak”
“Ada yang luka ngga?” Belva lebih mencemaskan anak tersebut terluka.
Tetapi, anak tersebut justru menggeleng dan mengambil bolanya.
“Kakak mau ikut aku main sama temen ku ngga?”
“Boleh!”

Anak itu membawa Belva ke panti asuhan yang berada di dekat gedung persidangan. Banyak anak kecil yang bermain kesana-kemari.
Mereka seperti tidak memiliki masalah apapun dan hanya bermain dan terus bermain.

“Aku membawa kakak cantik kesini!” mereka semua mengerumuni Belva.
Seraya berkata ‘kakak cantik, ayo main’

“Baiklah! Ayo kita main!”

—o0o—

Dalam gedung persidangan. Suasana panas terasa bahkan dari kedua pihak.

Salah seorang hakim bangkit dan membaca surat yang tertera.
“Semua tanah milik keluarga atas nama Belva Levannia Anatasya”.

Dimas masih mencerna apa yang barusan ia dengar disini.
‘Kakek ngasih nama Belva di tanah keluarga? Wah, ngga sangka anak itu yang dipilih” raut wajahnya menampilkan aura tidak bersahabat sama sekali.

Pak Bagas Levian Anggara yang merupakan ayah dari Belva serta Dimas bangkit dari duduknya. “Saya yang akan memegang hak asuh Belva!” lantangnya tersebut.

“Bukan kah kamu bilang Belva anak perselingkuhan aku hah?! Kenapa ketika mendengar tanah keluarga atas namanya langsung menggebu mau memegang hak asuh nya?!” hati seorang ibu yang tetap tertuju pada anaknya, tidak dapat dipungkiri ia merasakan sakit yang mendalam ketika mendengar ayah dari salah satu anaknya hanya mengincar sebuah harta saja.

Ibu Belva serta Dimas yaitu, Tiana Vanni Anatasya mendekat kearah Pak Bagas dan mencekram kerah jas yang dikenakan. “Jika kamu masih mengincar harta di salah satu anak ku? Maka aku tidak akan terima!”

Para aparat kepolisian yang ada di dalam turun tangan dan memisahkan kedua orang yang berlabel kan, calon mantan suami istri.

“Tenang nyonya dan tuan. Mengenai hak asuh, jika terlihat seorang ibu lebih berhak memegang nya” hakim angkat bicara.

Pak Bagas menghembuskan nafas gusar. “Tapi saya ayah nya hakim!” protes Pak Bagas.

“Saya juga Ibu nya!” protes Bu Tiana.

“Sudah, bapak dan ibu. Jika seperti ini terus pihak peradilan tetap akan memberikan hak asuh terhadap ibu”

Suara ketukan palu menandakan berakhirnya sidang perceraian pada hari ini.

Diluar gedung, Bu Tiana menghentikan langkah mantan suaminya.
“Karena sudah berakhir, semua aset rumah dan tanah yang beratas nama Belva jatuh di tangan ku, silahkan nanti kemasi pakaian anda Pak Bagas Levian Anggara”
Setelah mengucapkan beberapa kata tersebut Bu Tiana diikuti Dimas meninggalkan Pak Bagas sendirian bersama pengacaranya.

Loss of Atlantis - [Story about Him]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang