Bagai mimpi, malam itu saat Ardel menggenggam lengan Ashel untuk pertama kalinya terasa tak nyata. Saat pergi ke taman kota, berdansa berdua di bawah redupnya lampu gantung dengan lagu Valentine milik Jim Brickman yang terputar secara tak sengaja dari ponsel Ardel. Atau pula satu kecupan singkat di punggung tangan si wanita setelahnya.
Bahkan, pernyataan hati yang masih sama bahwa pria juga menanti Ashel dan berharap bisa kembali merajut rasa, Ashel menjerit dalam hati minta disadarkan apabila semua ini hanya mimpi. Namun, tubuh hangat yang mendekapnya untuk melepas rindu malam itu terlalu nyata.
Ashel bahkan kini tak bosan-bosan nya menatap wajah Ardel yang agak memerah itu. Si pria yang tak kuasa menahan malu hanya bisa menutup wajah dengan tangan yang bebas dari selang infus.
Kemarin malam Ashel dapat kabar kalau Ardel tumbang dan dilarikan ke IGD. Dedikasinya yang tinggi untuk pasien membuat pria itu lupa kalau dirinya juga perlu istirahat yang cukup. Apalagi ketika tahu kalau Ardel malah menghabiskan waktu jam makan siang hanya untuk bermain game online, Ashel marah sekali. Terlebih lagi Ardel hanya cengengesan ketika Ashel datang dengan wajah paniknya di IGD kemarin.
"Itu lu pasang infus sendiri, Del?"
"Zedhiaf, pertanyaan mu itu..."
Zedhiaf tertawa membaca gestur mulut Marsha yang mengatai nya 'bodoh'
"Ya perawat dong yang pasang, Zed."
Ashel menyahuti."Emang dokter gak bisa pasang infus sendiri?"
Tak ada yang menggubrisnya. Antara Zedhiaf yang berusaha melucu atau memang tidak tahu. Yang pasti Marsha sudah bersiap melempar remot TV jika Zedhiaf masih bersikeras membicarakan masalah pasang infus.
Sepertia biasa, Ashel hanya bisa menggelengkan kepala untuk Zedhiaf. Ia pun kembali dengan kegiatannya; mengupas apel untuk Ardel.
"Ashel nginep disini apa pulang malam nanti?" Marsha bertanya dengan tangan yang sibuk memencet tombol remot TV.
"Aku nginep kayanya."
"Ashel pulang." Ardel menyanggah yang langsung mendapat tatapan tak terima dari Ashel. "Katanya besok ada grand opening cake shop yang baru?"
Seakan di ingatkan, Ashel menepuk dahinya pelan, "Ah iya... aku lupa."
"Nanti sore Adik dan bunda datang kok, jadi Ashel pulang nya jangan kemalaman ya? Biar bisa istirahat," timpal Ardel.
Ashel hanya mengangguk. Begitu apelnya selesai dikupas, Ashel suapkan pada Ardel yang sudah siap dengan mulut menganga nya.
Kunyahan pertamanya, mata Ardel sedikit melebar."Em manis," gumam Ardel. "Kayak senyum Ashel."
Satu hal yang membuat Ashel masih tidak terbiasa adalah mendengar gombalan Ardel. Entah dari mana pria itu belajar menggombal. Namun untuk saat ini Zedhiaf menjadi tersangka kuat sebagai pendoktrin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teras Rindu (Delshel) [End] ✔
Fanfiction[Completed] Tentang Ardel dan Ashel yang menuntaskan perasaan satu sama lain di teras rindu. !Disclaimer! Bxg Typo Fiksi/tidak nyata ©kapikdnzr, 2023