16. Jadi gitu...

12 11 1
                                    

Aku datang lebih pagi hari ini. Menunggu Rora dan Arin di depan gerbang sekolah.

Aku melihat mereka dari kejauhan. Suasana hati Rora sepertinya sudah lebih bagus hari ini, karena senyum di wajah nya tidak memudar bahkan saat mereka sudah mendekat ke arah ku.

Aku langsung menggandeng tangan Rora.

"Tumben banget datang cepet," ujar Rora. Tuh, dia bahkan menegurku.

"Hehe, kenapa memang nggak boleh. Oh iya, nanti aku mau ngomong sesuatu," ujar ku langsung saja.

"Apaan?"

"Nanti aja pas sampai kelas." Jawab ku lalu mengeratkan gandengan ku.

Sesampainya di kelas, kami bertiga duduk di kursi paling belakang untuk berbicara, kebetulan ini memang masih pagi. Jadi, baru sedikit sekali siswa yang datang. 

"Mau ngomong apa, kayak serius banget," ucap Rora, memulai.

"Aku mau jelasin kenapa aku bisa pergi bareng kak Adrea kemarin," ucap ku.

"Hah? Buat apa."

"Kamu marah kan sama aku kemarin gara-gara itu. Kamu diemin aku, pas mau ke kantin juga kamu milih pergi sama Maya. Jadi aku mau jelasin yang sebenarnya."

Rora tiba-tiba tertawa kencang.

Kesurupan kah dia?

"Nggak ada yang marah,..." ucap Rora lalu dia kembali tertawa. "kemarin tu aku lagi haid aja, jadi mood ku labil. maaf ya kalau udah nyuekin kalian." Lanjutnya.

Aku mencubit bahu Rora, kesal. Serius aku kira dia benar-benar marah kemarin.

"Lagian dari awal kan kita juga udah mutusin buat bersaing secara sehat aja. kalau memang kak Adrea mau nya sama kamu ya udah, mau bagaimana lagi. Aku nggak bisa ngelarang kamu sama kak Adrea walaupun nanti aku agak sakit hati, hehe." ucap Rora.

"Iya samaa!" kata ku, "Aku juga nggak mau kalau cuma mendapat raga nya tapi hati nya buat orang lain. Kayak percuma aja dia lagi sama aku, tapi dia masih mikirin yang lain bahkan sampai ngebayangin kalau aku perempuan itu, Aku nggak mau kayak gitu, lebih baik aku sakit di awal karena ngelepas dia daripada aku bersama dia tetapi aku sakit berkepanjangan." Sambung ku panjang.

"Eum, pinter temen-temen akuu," ujar Arin setelah itu dia memeluk ku dan Rora, "Pokoknya jangan sampai persahabatan kita ini hancur gara-gara cowok. Dan awas saja kalau sampai aku tahu kalian berantem karena Adrea ku gebug kalian!" Arin mengancam kami, tidak tanggung-tanggung dia juga mengepalkan tangannya ke arah Aku dan Rora.

Kami tertawa bersama setelah itu.

Lega banget rasanya. Ternyata aku salah paham saja sama Rora. Syukurlah kalau Rora tidak marah.

**

Aku membuka ponsel ku, dari tadi rasanya terus bergetar.

Wah, tumben sekali banyak notifikasi.

Apa ini? tidak percaya aku beneran ada yang DM aku buat pesan sandwich? Cukup banyak juga sekitar 20 orang. Jangan bilang promosi kak Adrea berhasil?

Aku langsung mencari akun kak Adrea dan yang benar saja, hebat sekali dia sudah mendapatkan ±100 followers dalam semalam? Beli pasti nih!.

Aduh. tapi bagaimana ini harus aku terima kah orderan ini? Aku belum ada modal. Mau di tolak sayang, rezeki.

Aku mematikan sambungan data selular ku, biar notifikasi nya tidak mengganggu. Sekalian ingin berpikir tentang orderan ini harus ku terima atau tidak.

Setelah berpikir sekian menit. Aku memutuskan untuk menerima nya. Masalah modal nanti aku bisa meminjam uang ibuku. Sebenarnya, aku ada uang simpanan tapi tidak akan cukup untuk membeli bahan-bahan nya. Aku ingin menggunakan bahan-bahan yang premium agar sandwich nya enak seperti yang sudah-sudah.

Setelah sampai rumah, aku langsung menceritakan hal ini kepada ibuku dan untungnya ibuku mau meminjamkan uang untuk modal, malah tadi nya mau ngasih percuma.

Aku membalas DM dari orang-orang yang memesan, setelah memastikan berapa porsi serta alamat mereka. Aku baru membeli bahan-bahan nya, meminta temani Anna. Setelah itu langsung membuatnya. Untuk masalah pengiriman aku mengunakan jasa ojek online. Mau ku antar sendiri tetapi aku belum bisa mengendarai motor.

Haruskah aku belajar mengendarai motor lagi?

-ssomeone 🪐

About Me And AdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang