19. Confess.

6 7 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi dan Aku masih setia pada kasur ku. Aku rasa nya tidak semangat sekali untuk melaksanakan aktivitas hari ini. Untung saja sekolah sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar lagi jadi tidak apa-apa jika tidak datang ke sekolah.

Jika mengingat kejadian semalam rasa sakit di hati ku kembali terasa, rasanya tidak berubah masih sakit.

Aku membuka ponsel ku, ada satu pesan dari kak Adrea, isi nya dia bertanya mengapa aku tidak pamit lagi semalam.

Iya, semalam aku memang pergi tanpa berpamitan baik kepada kak Adrea ataupun tante Novi. Aku tidak berpamitan kepada kak Adrea karena bisa ku pastikan aku akan nangis saat melihat wajah nya. Sekarang saja jika teringat kak Adrea air mata ku mau menetes.

Aku melempar ponsel ku ke sembarang tempat dan kembali menutup tubuh ku dengan selimut, ingin menangis saja rasanya, tetapi air mata ku tidak mau keluar karena memang saat dalam perjalanan pulang semalam aku menangis di jalan. Aku menangis sejadi-jadinya hingga suara ku serak.

Tadinya ingin menikmati ke galau an ini, tetapi aku ingat kalau hari ini aku masih harus membuat sandwich dan beberapa makanan lain nya. Jadi, aku segera bangun dari tempat tidur ku dan memulai aktivitas meski tidak ada semangat sama sekali.

Galau boleh tapi jangan males. Cukup kehilangan kak Adrea saja jangan kehilangan uang juga.

12.00

Aku sudah selesai membuat sandwich. Lebih cepat dari biasanya karena memang aku hanya membuat pesanan orang yang sudah memesan dari jauh hari, Aku tidak ada rencana berjualan hari ini. Masih saja tidak semangat meski sudah ku paksa, memang begini ya kalau patah hati? tidak ada semangat untuk melakukan sesuatu.

Kini aku tengah duduk di ruang tamu rumah ku sedang menonton film sambil memakan cemilan.

Apakah kak Adrea sekarang sudah jadi artist?

mengapa wajahnya ada di tv?

Drttt...drttt...

Aku tersadar dari lamunan ku ketika merasakan getar dari ponsel ku.

Kak Adrea, mengapa dia menelfon ku?

Aku masih tidak siap untuk berbicara dengan kak Adrea, jadi aku tidak mengangkat telepon nya.dia terus menelfon ku. Sudah sekitar 10 panggilan tak terjawab dari kak Adrea. Aku jadi merasa tidak enak sendiri.

Aku mengatur nafasku sebelum mengangkat telepon nya.

"Hallo, Sha."

"Iya kenapa, kak?"

"Sibuk ya? maaf ya ganggu."

"Iya nggak apa-apa, kak."

"Nanti malem sibuk nggak? kalau nggak, bisa ketemu? Ada yang mau aku omongin ke kamu."

Aku diam sekian detik.

Berkonflik dengan isi kepalaku. Apa aku harus mengiyakan ajakan kak Adrea? Karena, setelah dipikir-pikir sesuatu yang kalau di hindari itu memang bukannya jauh malah semakin deket.

"Hallo, Sha? Masih di sana kan?"

"Sha?!"

"Eh, iya Kak. Bisa-bisa, tapi aku bisanya sekitar jam 8-an, gimana?"

"Iya okee, nanti ku jemput yaa."

"Okee." Jawab ku setelah itu langsung mematikan panggilan telepon nya.

**

Aku sudah memikirkannya dengan matang.

Aku memutuskan untuk menyatakan perasaan ku kepada kak Adrea. Walaupun aku tahu aku pasti akan di tolak nya, karena dia sudah mempunyai seseorang di hatinya. Tidak apa-apa aku sudah siap dengan itu. Aku sudah siap dengan segala rasa sakit yang akan segera kurasakan, tidak apa-apa itu lebih baik, daripada aku terus menyimpan perasaan ini yang mungkin akan membuat ku sakit lebih lama.

Di sini kami sekarang, di salah satu rooftop cafe favorit kak Adrea, karena sudah beberapa kali juga kami makan di sini.

"Serius nggak mau pesan makanan?" tanya kak Adrea untuk yang ke sekian kali nya.

Aku menggeleng, "Nggak kak makasih, aku udah kenyang." Jawab ku.

Kak Adrea mengangguk paham, "Oh iya, katanya mau ngomong sesuatu juga? Duluan saja, selesai kamu ngomong baru aku."

Huftt.

Jantung ku berdetak kencang.

Tenang.

Aku pasti bisa!! Aku harus lepas dari perasaan ini. Masalah hasil itu urusan belakangan yang terpenting aku sudah berani mengungkapkan nya.

Aku gugup sekali, aku yakin kak Adrea juga mungkin bisa melihatnya, aku mencoba tersenyum untuk menutupi kegugupan ku, "Aku langsung to the point saja ya kak, karena aku nggak pandai basa-basi. Aku suka sama kakak!" Aku langsung mengalihkan pandangan ku setelah mengatakan itu,menatap apa pun itu asalkan bukan wajah kak Adrea.

"Kakak nggak usah jawab, cukup dengerin saja. kalau kakak mau tahu, aku sebenarnya sudah cukup lama  tertarik sama kakak dan alasannya pun aneh, aku tertarik sama kakak cuman karena aku sering nggak sengaja eye contant sama kakak, itu juga kalau kakak inget. dan puncaknya itu pas kakak baca yasin waktu itu. Sebenernya awal nya aku nggak berharap lebih. tapi, setelah yasinan waktu itu aku ngerasa kakak sering notic aku, dan kita pun kayaknya makin deket, sampai kakak ajak aku ke acara perpisahan kakak dan aku kira perasaan ku terbalas, jujur aku udah senang banget pas kakak ajak aku ke acara perpisahan itu,..."

Wah, panjang juga ya aku ngomong. Sampai tidak kerasa air mata ku ini udah mau jatuh rasanya.

"Tapi, kakak tenang aja pemikiran-pemikiran itu udah aku buang jauh-jauh karena aku tahu kok kakak udah ada seseorang kan?. Aku kemarin nggak sengaja denger percakapan kalian, beneran nggak sengaja."  Aku tekankan biar kak Adrea tidak makin ilfil sama Aku.

"Dan aku nggak bakal ganggu kakak lagi, aku cuma mau bilang makasih atas semua hal baik yang udah kakak berikan ke aku, makasih udah ngasih dorongan ke aku agar aku buka usaha. Makasih kak Adrea!" ucapku lirih dengan  menahan air mataku agar tidak jatuh saat itu juga.

Aku langsung meninggalkan kak Adrea setelah itu. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan air mata ku, dan aku juga terlalu malu kalau sampai harus nangis di depan kak Adrea.

Aku berlari cukup jauh dari sana, hingga aku menemukan tempat yang cukup sepi. Aku menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua perasaan sedih ku.

Aku mengacak rambut ku, frustasi.

Hikss...hiks...

Tangan kanan ku, memukul dada kiriku.

Aaa!!... Teriakku frustasi, kenapa aku selamah ini?

Aku terus menangis sampai aku merasa tenang.

Ayah dan ibuku sudah menelfon ku beberapa kali, tepat saat panggilan ke lima aku mulai membenarkan rambut ku yang berantakan. Karena tidak mungkin aku pulang dalam keadaan seperti ini. Aku tidak ingin terlihat sedih di depan mereka.

Aku melihat diriku sendiri di cermin ponsel ku, sudah lumayan rapi meski sembap di mataku masih kelihatan, yang terpenting sekarang pulang dahulu. Nanti baru memikirkan alasan mengapa mataku sembap.

di sisi lain Aku tidak tahu bagaimana respons kak Adrea, tetapi aku harap dia tidak anggap aku orang aneh.

-ssomeone 🪐

About Me And AdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang