4. Pelet.

31 26 15
                                    

Malam tiba.

Aku dan Anna kini sudah berbaring di ranjang tidurku. Aku menatap langit-langit kamar ku, seingat ku langit-langit kamar ku berwarna putih polos lalu mengapa sekarang jadi ada karakter wajah kak Adrea? Ya, ampun kak Adrea benar-benar menguasai pikiran ku hari ini. Lagi-lagi aku salah tingkah dengan hanya memikirkan kak Adrea.

Kak Adrea hilang dari penglihatan ku ketika Anna menyentuh lengan ku, "Aku lihat kamu dari tadi senyum-senyum mulu, tadi sore juga aku liat dari kaca spion kamu senyum-senyum, kamu nggak apa-apa kan, Sha?"

"Ya ampun aku takut gila an." Ucap ku pada Anna. Anna yang mendengarnya terlihat kaget.

"Maksud kamu?"

"Kak Adrea pake pelet apa sih? Kok bisa-bisanya aku mikirin dia terus?" Ucap ku asal, tidak menjawab pertanyaan Anna.

"Area? Pelet? Apaan Sha." Ujar Anna bingung.

Aku memelototi Anna karena salah mengucapkan nama kak Adrea, "ADREA ANNA ADREA, A D R E A."

"Iya-iya Adrea, memang siapa sih?"

Bukannya langsung menjawab pertanyaan Anna aku malah kembali tersenyum selama beberapa detik.

"Kakak kelas aku, ya ampun beneran deh an dia manis banget tahu, pabrik gula kalah sama senyuman kak Adrea." Ucap ku lalu kembali tersenyum.

"Oalah pantes saja!, ternyata lagi kasmaran." 

Aku memeluk Anna erat, seperti yang dia lakukan siang tadi dan kini gantian Anna yang melepaskan pelukan ku.

Aku memanyunkan bibir ku, kesal. Tetapi kembali tersenyum saat kedua mataku melihat jaket kak Adrea yang masih ku gantung.

"tahu tidak si an, tadi kan baju aku basah ni karena ke tumpahan es, eh tiba-tiba entah dari mana kak Adrea datang terus ngasih aku jaket nya, OMGG!! apa tidak jedag jedug jantung aku Ann." Ucap ku, antusias sekali jika sudah membicarakan kak Adrea.

Aku sudah cukup lama tertarik dengan kak Adrea tetapi tidak berani mendekatinya, tadi nya hanya sebagai penyemangat ku di sekolah, tetapi kini ada rasa ingin memiliki hehe.

Anna adalah orang pertama yang tahu kalau aku suka kak Adrea, aku terlalu takut untuk menceritakan tentang ini kepada Rora, terlebih lagi dengan Arin--manusia itu mulut nya ember sekali, jika dia tahu sudah habis aku di cengceng in nya. Karena itu aku tidak memberi tahu mereka perihal ini.

"Apalagi pas tadi ngaji, ya Allah hati aku tenang banget rasanya an." Ucap ku sambil tersenyum.

kulihat Anna hanya mengangguk-angguk saja dengan raut wajah seperti mengejek? Mungkin, aku tidak tahu pasti.

"Semoga berhasil yaa." Ujarnya. Ini Anna sebenarnya menyemangati ku atau meremehkan ku? Terdengar seperti meremehkan.

Ah, bodo amat dengan Anna lebih baik aku tidur, mungkin saja bisa bertemu kak Adrea dalam mimpi.

Karena aku pernah baca, jika kita memikirkan seseorang sebelum tidur biasanya dia akan datang ke mimpi kita.

Tetapi, di bandingkan bertemu dalam mimpi, aku lebih ingin cepat pagi saja agar bisa bertemu langsung dengan kak Adrea di sekolah.

Baru saja memejamkan mata, kak Adrea sudah muncul kembali, kalau begini terus bagaimana aku bisa tidur?

15 menit berlalu, aku belum bisa tidur juga, sedangkan Anna yang berada di sampingku, sepertinya dia sudah sampai ke korea menemui Lee Je Hoon.

Aku membuka ponsel ku untuk menyalakan musik, itu menjadi jurus terakhir ku jika aku susah tidur, tidak tahu mengapa aku akan tertidur lelap jika mendengar musik. Memang tidak langsung tertidur, biasanya aku akan ikut bernyanyi terlebih dahulu 5-10 menit sampai suara ku serak dan mata ku akan mulai mengantuk, lalu tertidur dengan sendirinya.

Good night kak Adrea.

See u tomorrow.

-ssomeone 🪐

About Me And AdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang