1. Awal semua terjadi.

46 39 25
                                    

Aku kaget bukan main saat mendapat kabar dari teman ku, bahwa kelas kami kembali di tunjuk menjadi petugas yasinan pagi ini.

Tentu saja aku kesal, Kelas ku sebelum nya sudah pernah menjadi petugas, dan hari ini kembali di tunjuk yang benar saja? Apalagi infonya benar-benar baru di beritahu pagi ini, tidak ada persiapan sama sekali bagi aku dan teman-teman ku, Ah tidak! Lebih tepatnya hanya teman-teman ku, Aku tentu saja tidak akan mau jadi petugas.

Aku duduk di tempat biasa petugas duduk, dengan rasa kesal yang masih memenuhi hati ku.

"Pak, masa kami lagi yang jadi petugas. Waktu itu udah pernah." Celetuk salah satu teman ku.

"Iya nih, kayak nggak ada kelas lain aja!." Timpal yang lainnya.

Pak Rizal--selaku guru yang memang selalu menyiapkan peralatan sebelum yasinan mencoba menenangkan aku dan dan teman-teman ku yang mulai bising. "Kalo kalian ditunjuk lagi itu artinya kalian di percaya mampu melaksanakan nya, jadi kalian harus bangga." Ucap nya.

Bangga ya bangga tapi nggak gini juga, Yang ada kami malu karena melakukan kesalahan, karena tidak cukup persiapan.

"Kalian tenang aja untuk yang mimpin yasin itu ada perwakilan dari kelas 12 Multimedia, Kalian tahu sendiri kan 12 Multimedia itu isinya cowok semua. Bapak minta tolong banget sama kalian buat bantu yaa." Sambung pak Rizal.

Ya, sekolah ku ini memang tidak hanya SMA ada SMK juga.

Aku kembali terkejut saat melihat orang yang akan memimpin pembacaan Yasin hari ini. Dia kak Adrea! Jujur sebenernya aku cukup tertarik padannya.

Acara di mulai setelah semua siswa-siswi berkumpul di lapangan.

Di luar dugaan ku, ternyata kak Adrea yang hampir meng- handle semua yang harus di baca hari ini, seperti membaca ayat suci Al-Qur'an, Memimpin Yasin serta membaca doa. dan lagi-lagi aku terkejut saat mendengar lantunan ayat demi ayat yang di lontarkan kak Adrea, aku tidak expect kak Adrea bisa membaca seindah itu. Dan dari doa-doa yang di ucapkan nya pun terdengar seperti dia memang sudah biasa membacanya, tidak terbata-bata.

Hati ku kembali tenang setelah mendengar suara indah kak Adrea.

Teman ku yang bertugas sebagai pembawa acara mengucapkan salam penutup, dan acara pun selesai. Siswa-siswi mulai beranjak dari tempat duduk untuk masuk ke kelas mereka masing-masing. Sedangkan aku? Aku masih setia duduk di lapangan ini, bukan tanpa alasan aku hanya malas berdesak-desakan dengan murid lain.

Setelah melihat keadaan mulai sepi aku baru beranjak dari tempat duduk ku. Aku membersihkan debu yang menempel pada belakang rok-ku.

"SASHA" teriak seseorang saat aku hendak meninggalkan lapangan. Aku menoleh ke sumber suara ternyata itu pak Rizal. Ada apa lagi ini?

Aku menghampiri pak Rizal, "Iya kenapa, Pak?"

Pak Rizal memberiku sebuah ponsel. Wah apa ini? Aku tidak sedang berulang tahun hari ini, Apa pak Rizal memenangkan lotre jadi dia memberiku ponsel? Hmm menarik.

"Tolong kasihkan ke Adrea ya, yang baca yasin tadi. Bapak lupa mengembalikan nya."

Ah, yang benar saja kukira itu untuk ku. Tapi, di sisi lain aku senang , itu artinya aku bisa melihat kak Adreaaa.

Aku mengangguk dan mengambil ponsel itu.

"Tadinya saya pinjem hp Adrea buat follow Instagram saya. Eh, taunya dia nggak ada Instagram." Jelas pak Rizal padaku. Padahal aku tidak bertanya.

"Dan juga sampaikan terimakasih yaa."

Aku kembali mengangguk setelah itu pamit.

Aku berjalan santai, tangga demi tangga ku naiki menuju lantai tiga--kelas kak Adrea berada. Setelah sampai di depan kelasnya aku mengatur nafas ku, jujur aku gugup! Aku mungkin terlihat tenang tapi di dalam sana jantung ku berdetak dua kali lebih cepat!.

Setelah merasa sedikit tenang aku mengetuk pintu kelas kak Adrea.

Tok...tok...

Setelah itu aku masuk, semua pasang mata kini melihat ku, aku berusaha bersikap biasa saja, anak introvert seperti ku memang selalu merasa tidak nyaman jika di lihat banyak orang.

"Permisi, ada kak Adrea?" Tanya ku, aku hanya ingin cepat-cepat mengembalikan ponselnya dan segera pergi dari sini.

Kak Adrea yang duduk di barisan ke tiga mengangkat tangannya, aku masih dapat melihatnya. Setelah itu dia berdiri dan menghampiri ku.

Aku dan kak Adrea berbicara di luar, karena kelas kak Adrea kembali bising. 

"Kenapa?" Tanya nya sambil menatapku.

Duh, kak Adrea kalo dilihat dari dekat begini ternyata lebih manis, inimah pabrik gula kalah sama wajah manis kak Adrea.

Aku melamun sekian detik, sebelum akhirnya kak Adrea melambaikan tangan nya di depan wajahku.

Aku menyerahkan ponselnya yang sudah ku genggam sejak tadi. "Makasih." Ucapku tiba-tiba membuat kak Adrea bingung, aduh! Aku juga kenapa tiba-tiba jadi begini.

"Makasih?"

"Itu ucapan dari pak Rizal." Jelas ku.

Kak Adrea ber oh ria, "Makasih udah di anterin, padahal aku bisa ambil sendiri nanti." Ucap nya lembut tidak lupa dengan senyum manisnya yang membuatku melting seketika.

Aku sudah tidak sanggup lagi berada disini, aku bisa benar-benar meleleh jika terus melihat senyum kak Adrea, jadi aku cepat-cepat pamit dengan kak Adrea dan segera pergi dari sana, jam belajar pun sebentar lagi di mulai.

Saat aku kembali ke kelas untung saja belum ada guru yang masuk. Aku langsung duduk di kursi ku. Sementara itu lengkungan itu masih setia pada wajah ku.

Aduh! Aku masih salah tingkah jika mengingat kak Adrea, padahal dia tidak melakukan apa-apa kepada ku, dia hanya tersenyum, tersenyum loh tersenyum!!!

-ssomeone 🪐

About Me And AdreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang