▪︎21-The Evil's Plan▪︎

27 3 5
                                    

Keadaan Sally semakin memburuk. Ia bahkan tidak mau makan berhari-hari, sama seperti saat wanita itu kehilangan sosok kakak dan ayahnya. Kepergian Lucas benar-benar buat Sally terpuruk. Sebab Lucas bukan hanya sekedar teman.

Jericho tak kalah frustasi dengan Mark. Kedua lelaki itu belakangan ini sering menghabiskan waktu bersama, ketika Sally sudah tidur, di halaman belakang rumah minimalis dua lantai itu.

Kepulan putih mengudara dari batang rokok yang terselip di antara bibir Mark. Jericho menggeser, membuat jarak lebar antara dirinya dan sang ayah. Sudahlah frustasi dibuat Sally, saat ingin mencari ketenangan sejenak malah diusik dengan asap rokok ayahnya.

"Papa kenapa merokok lagi? Mama kan tidak suka," tanya Jericho. Tidak salah, sebab Sally memang melarang suaminya merokok.

"Cuma sedikit," jawab Mark singkat.

"Sama saja, kalau mama tahu dia pasti marah," balas Jericho tak mau kalah.

Mark terkekeh kecil. "Kamu mirip dengan mamamu."

"Karna aku anaknya," balas Jericho.

Kemudian suasana kembali hening. Hanya dersik malam yang berembus pelan di tengah kesunyian malam. Baik Mark atau pun Jericho, keduanya sama-sama sibuk bergumul akan pikiran masing-masing.

Suara helaan napas berat tiba-tiba berembus dari mulut Jericho lalu bertanya, "mama kenapa sampai begini? I mean kan paman Lucas hanya teman mama, tapi kenapa ia sedihnya sampai berlebihan seperti ini."

Mark mengedikkan bahu kemudian menangkat wajah dan menatap ratu malam yang tengah bersinar di atas sana. "Entah apa alasannya, walaupun hal itu sedikit membuatku cemburu, tapi aku tahu Lucas punya tempat di hati mamamu. Aku, Lucas dan mamamu teman baik sejak kecil, tapi karena umur mereka berdua sama jadi mereka lebih akrab."

"Karena itu aku lebih dekat dengan kakak mamamu," Mark mengulum senyum tipis dan melanjutkan, "namanya paman Jackson. Dia teman, anak sekaligus kakak yang baik. Waktu kecil itu ada kejadian yang tidak mengenakkan jadi aku dimusuhi oleh mamamu dan paman Lucas."

"Sejak saat itu paman Lucas-lah yang selalu ada di dekat mamamu, dia yang menemani mamamu selalu dan selalu ada di setiap momen penting mamamu. Meski akhirnya aku yang berhasil mendapatkan hatinya, tetapi paman Lucas tidak akan pernah terganti. Jadi menurutku begitulah kenapa mamamu sampai terpuruk begini, waktu ayah dan kakaknya meninggal dia juga seperti ini. Bahkan jauh lebih buruk," lanjut Mark.

Sepanjang Mark bercerita, Jericho hanya diam dan memasang daun telinga dengan baik. Raut wajahnya datar, tidak ada ekspresi seperti sang ayah. Namun, dalam hati kecil ikut meringis membayangkan rasa sakit yang ditanggung sang ibu.

"Pa, ini bukan kebetulan, kan?" tanya Jericho menatap lekat Mark.

Sebelah alis Mark naik ke atas. Tidak paham ke arah mana pembicaraan ini akan mengalir. "Kebetulan apa maksud kamu?"

"Yah, grandpa meninggal terus dilanjutkan dengan paman Lucas. Belum lagi kalian yang bersikeras berkata bahwa bukan paman Lucas yang membunuh grandpa padahal semua bukti jelas terarah padanya. Papa sendiri yang berkata seperti itu padaku. Lalu tak lama paman Lucas yang meninggal," jelas Jericho.

Mark terdiam sejenak kemudian tertawa miris. "Ya, kamu benar. Ini bukan kebetulan, semua terjadi karena sesuatu dan papa rasa sekarang sudah waktunya kamu tahu tentang masa lalu mama, papa dan keluarga besar kami."

Dahi Jericho mengerut mendengarnya. Bibir tipisnya memilih untuk tetap menutup rapat kemudian memasang daun telinga lebar untuk mendengarkan perkataan Mark selanjutnya.

"Ini bermula saat puluhan tahun lalu, ketika papanya mama kamu didekati oleh seorang wanita. Dia bukanlah wanita biasa, melainkan ... anggota pemuja iblis."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Klandestin [SEQUEL CINDERELLA'S WINTER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang