Langit kota Hongkong bersinar cukup cerah. Hari ini cuaca hangat, tidak sedingin hari-hari kemarin. Sebelum berangkat ke gereja besar yang terletak di pusat kota, Jericho lebih dulu menjemput Bea ke asramanya untuk beribadah bersama.
Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk beribadah bersama. Namun, beberapa hari belakangan ini Bea sangat sulit diajak beribada bersama ke gereja sebab ia harus menyelesaikan tugas kampus dan tugas-tugas lain untuk beasiswanya.
Jericho mengirim pesan pada Bea kalau dia akan menunggu di gerbang saja. Lelaki itu berpakaian serba hitam dan kadar ketampanannya semakin meningkat dengan jaket kulit bewarna senada yang melekat di tubuh atletisnya itu.
Tidak perlu menunggu lama, Bea muncul dari balik pintu asrama dengan dress hitam selutut dan mantel cokelat yang mulai usang. Ia berlari kecil menuju Jericho.
"Hah! Maaf, ya, Jer tadi aku ketiduran," ucap Bea dengan napas tersenggal-senggal.
Jericho mengacak-acak rambut Bea. "Its okay, kita pergi sekarang, ya. Mama papa udah duluan ke gereja."
"Oke, Jer. Eh? Kamu bawa mobil?"
Langkah Bea terhenti saat melihat sedan hitam terparkir rapi di depan gerbang asramanya. Jericho tersenyum lebar lalu mengangkat kunci mobil yang berada di tangannya.
"Aku udah minta izin kok dari papa, biar gak telat dan aku gak mau kamu nanti kepanasan," ucap Jericho membuat Bea terkekeh.
"Udah biasa kali aku panas-panasan. Udah, yuk berangkat sebelum telat."
"Okay!" Jericho berlari untuk membukakan pintu mobil untuk Bea. "Silakan, Princess!"
Bea terkekeh menanggapi perlakuan Jericho. Lelaki ini sering kali memperlakukannya bak ratu dan ia tahu benar tentang perasaan lelaki itu padanya. Namun, entah mengapa ia sama sekali tidak bisa jatuh hati pada lelaki itu.
"Thanks, Jer," ucap Bea.
Lalu kedua anak adam itu masuk ke dalam mobil, Jericho si kursi pengemudi dan Bea di sebelahnya. Setelah memasang seat belt, Jericho menghidupkan mesin lalu melaju menuju gereja yang terletak tak begitu jauh dari asrama.
"Aku seneng bisa ke gereja lagi bareng kamu," ucap Jericho sambil menyetir.
Bea mengulas senyum tipis. "Akhir-akhir ini aku jarang ke gereja, karena banyak tugas."
"I know, tapi kamu gak boleh tinggalin Tuhan cuma karena tugas, Be. I mean kita cuma hari minggu aja ke gereja untuk beribadah, jadi harus bisa luangin waktu. Itu yang selalu grandpa sampein ke aku."
Bea hanya manggut-manggut paham mendengar ucapan Jericho. Namun, mau bagaimana lagi? Bea harus belajar keras supaya beasiswanya tidak dicabut. Lagipula ia sendiri bukanlah sosok yang religius.
"Kemarin aku gak sengaja liat kamu bareng si aneh itu. Ngomongin apa aja?" tanya Jericho.
Bea menoleh lalu mengerutkan dahi. "Si aneh? Siapa?" tanyanya bingung.
"Itu siapa namanya? Yang satu kelompok sama kita."
"Ah, Jachy. Namanya Jachy, bukan aneh," ralat Bea.
"I dont care, intinya dia aneh."
"No, he's not. Kita cuma gak akrab aja sama dia, kalau udah akrab dia termasuk orang yang ramah dan seru juga berteman sama dia," ungkap Bea.
Raut wajah Jericho langsung berubah tidak suka mendengar Bea yang meceritakan hal baik serta memuji Jachy. Rahangnya mengeras saat Bea semakin memuji lelaki aneh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [SEQUEL CINDERELLA'S WINTER]
ParanormalLari dari masalah bukan sebuah penyelesaian. Sejauh mana Sally berlari, Anton akan terus mengejar demi menuntaskan balas dendam di masa lalu. Perburuan diawali dengan kematian mertua Sally yang dibunuh tanpa jejak. Perburuan semakin gila saat sang a...