4

722 52 4
                                    

Aku menatap bingung mommy tiriku yang baru saja keluar dari mobil mewah sembari membawa beberapa paperbag di tangannya.

Dari mana dia mendapatkan itu semua?

Sejujurnya aku tidak terlalu tau tentang asal usul mommy tiriku ini. Karna Daddy tiba-tiba saja datang meminta ijin padaku untuk menikahi jalang itu.

Apa sebenarnya jalang itu simpanan sugar Daddy? Atau itu semua dari hasil uang Daddy yang selama ini dia peras?

Aku melangkah masuk ke dalam rumah, ku lihat ia tengah tersenyum sembari membuka beberapa paperbag tadi. Ia menoleh menatapku dengan senyuman mengembangnya "kebetulan kamu sudah pulang sayang, kemari aku membelikan kamu sesuatu"

Ku lihat ia membawa dua paperbag dan menyodorkannya padaku "ini untukmu sayang" ucapnya lagi.

"Apa ini semua dari uang Daddyku?"tanyaku.

"Bukan. Ini semua dari uangku"

Aku semakin bingung dengan ucapannya, yang ku tau jalang ini tidak bekerja sama sekali.

"Anggap aja ini hadiah untukmu sayang, karna kamu sudah memuaskanku di kamar mandi"

"Anda mendapatkan uang untuk membeli itu semua dari mana, nyonya Viona? Kenapa tidak untuk membantu Daddyku saja untuk melunasi hutang-hutangnya?"

Ku lihat ia menghela nafas dan menaruh kembali paperbag itu di bawah, kurasakan ia mengusap kedua pipiku "Fey aku tidak sudi menggunakan uangku untuk membayar hutang-hutang Daddymu"

"Dia suamimu!"

"Ya aku tau. Tapi aku tidak mencintainya. Asal kamu tau Fey, aku menikah dengannya karna aku sudah lebih dulu menyukaimu, dan sepertinya aku jatuh cinta padamu" ucapnya tersenyum.

Deg

"Anda tidak seharusnya berkata seperti itu, nyonya Viona!"tegasku.

"Hey baby ssttt...bagaimana kalau kita memulai hidup baru berdua? Dan meninggalkan daddymu yang miskin itu?"

Aku menggelengkan kepalaku, melepaskan tangan mommy tiriku dari wajahku, jalang ini benar-benar sudah tidak waras.

Aku pun pergi meninggalkan jalang itu dan mengabaikan panggilannya yang terus memanggil namaku. Aku benar-benar kesal saat ini pada jalang itu, tidak seharusnya dia berkata seperti itu di saat ekonomi Daddy sedang tidak baik baik saja.

Kakiku terus melangkah tanpa tujuan, yang aku butuhkan sekarang hanya ketenangan saja agar pikiranku dan mood ku sedikit membaik dari sebelumnya.

Aku pun mendudukkan pantatku di sebuah tempat duduk di sebuah taman yang tidak begitu ramai. Hanya beberapa orang dan beberapa anak kecil yang tengah bermain ayunan, dan prosotan. Mood ku mulai sedikit membaik saat melihat anak-anak yang begitu bahagia tengah bermain.

Andai aku tidak kecelakaan mungkin aku bisa mengingat separuh masa kecilku dulu, pasti aku sebahagia mereka saat aku kecil. Ya Tuhan menjadi dewasa itu ternyata tidak menyenangkan, aku seperti kehilangan arah untuk melanjutkan hidupku.

Apa aku mati saja ya?

Ntah akan ada plot twist apa saja nanti yang akan datang kekehidupanku, dan itu pasti akan membuat diriku semakin pusing, author bunuh saja aku dalam ceritamu sekarang.

"Hai..."

Aku menoleh saat seorang anak kecil menyapaku, ku lihat ia tersenyum lebar sembari menyodorkan sebuah bunga kecil padaku.

"Kamu cantik, apa kamu mau jadi pacal Sean?"

Aku terkekeh saat mendengar ucapannya, ceritanya anak laki-laki ini ingin aku menjadi kekasihnya? Aku tidak habis pikir anak kecil zaman sekarang sudah mengerti tentang kata 'pacaran'.

Don't Touch Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang