"Ayolah Lakes izinkan aku ikut bersama kalian, aku juga harus menegakkan pedang"
Gigi-gigi itu saling menggertak sementara Lakes Swara tetap fokus memperhatikan kudanya yang sehitam jelaga sampai suara gigi yang bergertakan kembali berdengung di telinganya.
"Hentikanlah" suaranya datar.
"Tapi. Ayolah kau tahu aku tudak suka hanya duduk terdiam sementara kalian semua mengangkat pedang!!"
Suaranya amat keras sehingga urat lehernya mengencang.
"Jangan beranggapan kalau aku tidak bisa apa-apa aku bukanlah pecundang jangan perlakukan aku seakan aku tidak dibutuhkan! Aku tahu kau adalah pemimpin keluarga ini dan aku hanya sahabat kecil juga adik iparmu, tapi tak bisakah kau percaya padaku?"
"Hei!!!"
Lakes mendorong pria dengan rambut cerah itu hingga tersungkur matanya membesar wajahnya seakan terbakar panasnya api, dia sudah mencapai batasnya.
"Apa yang kau pikirkan, hah?! Kau pikir akan menjadi pahlawan karena terjun ke medan perang jawab! Kau pikir pasukan kita tak membutuhkanmu? kau pikir aku masih tidak percaya padamu?" Lanjut nya.
Bekas luka di wajahnya tertarik kencang menimbulkan sensasi tusukan yang tiada henti.
"Aku memberikan adikku padamu harta satu-satunya yang ditinggalkan orang tuaku dan alasanku bertahan setelah orang tua kami tiada! Menurutmu aku tidak percaya padamu?! Aku juga membutuhkan pejuang sepertimu, istriku berada jauh di sana bersama para penghianat itu apa kau pikir dia akan terjamin aman?!"
Tidak mau kalah Ed yang masih terduduk dibawah mengalihkan wajahnya dan memicingkan pandangan senyum di bibirnya tampak tinggi sebelah menandakan ketidakpercayaan.
"Lalu apa yang terjadi sekarang?"
Mendengar hal itu lakes menggeleng keras pedang dalam genggaman tangan kanannya meluncur jatuh dan menancap di gumpalan es yang mengeras menjadi sebuah dataran tepat dihadapan Ed yang mulai bangkit, Lakes menarik nafas panjang berusaha menenangkan dirinya yang mulai tak terkendali dadanya pun mulai naik dan turun dengan stabil.
"Lalu? bawa dan perintahkan aku untuk tetap bersama para pasukan!" Ed kini telah bangkit.
"Dengar kerajaan ini membutuhkan kita istriku jantungku, juga sedang menanti tapi jantung keluarga prior jauh lebih penting jauh lebih berharga ketimbang satunya. Lihatlah"
Ed menoleh ke arah yang ditunjuk tepat di belakangnya sejarah 800 meter darinya anak-anak berkumpul memadatkan es menjadi bola-bola besar bertingkat dan menancapkan bebatuan juga wortel di sana boneka salju tampak itu tersenyum beriring anak-anak yang tertawa lepas tanpa mengetahui apa yang akan dan telah terjadi.
"Mereka adalah jiwa kita mereka yang mewarisi keluarga ini sedangkan tugas kita kini ialah membimbing dan melindungi" lanjut Lakes.
"Ya aku tahu aku paham, tapi tempat tujuan itu tidak terlalu jauh dari sini. Dan hal itu bukanlah hal sulit bagi para wanita keluarga kita mereka sudah terlatih sobat"
Sekali lagi Lakes mendegus keras "Dengar, mereka memang terlatih dan aku tidak pernah meragukannya tapi bisakah kau bayangkan salah satu anak di belakang sana kehilangan ayahnya dalam medan pertempuran lalu kehilangan ibunya saat berusaha melindunginya, di depan matanya. Menurutmu bagaimana ia akan hidup? Lentera tak akan benderang setelah sumbunya habis terbakar, Ed"
Lakes kini telah berada di atas kuda hitamnya dengan wajah yang lurus mengarah ke depan "Dengar Ed, kau pasti paham apa yang aku katakan barusan. Aku percayakan sepenuhnya tanggung jawab masa depan keluarga kita kepadamu ini adalah tugas paling penting dalam masa kepemimpinan dan aku mohon bantuan padamu, aku yakin padamu karena kau adalah sahabatku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow God : Avaland dan Yang Terpilih
Fantasy"Ada pemberontakan di istana, Raja akan digulingkan! Ia di khianati, kita di khianati" Ucap pria tanpa mantel itu memulai nya, mata-nya tajam bekas luka di pipi kiri nya tertarik mengencang ia sedang berusaha menahan amarah sementara yang di dalam...