Ia yang berkuasa

6 4 1
                                    

Para pasukan itu bersatu dalam sorak sorai mereka yang memegang tombak bersiap di barisan paling depan, musuh mereka telah nampak di depan sana berbaris-baris juga siap menghadang.

. . . . SRIIIING

. . . . . JRUUUB

. . . . . HYYAAAAT

Para pasukan pemanah sudah mau memulai peperangan matanya berpendar dari ujung hingga ujung yang lain, dan dengan cepat anak panah dan tombak-tombak itu menembus dada dan perut mereka.

. . . . . . JREEEB

Suara pedang yang yang beradu berpencar di segala arah, kuda-kuda saling melengking menunjukkan ketangkasannya sementara itu mereka terus mendesak masuk.

"Leonard!!! Bisa kau awasi aku? aku akan mulai masuk!" Teriak Lakes

"Pergilah! Kedua pedangku tidak akan gentar hanya dengan mereka"

Kuda sehitam jelaga itu terpacu kencang mereka yang menghalangi porak-poranda seketika, pedang yang seperti sabit panjang itu mengayun selaras.

. . . . . Iiiikh

Suara kuda itu melengking memberi peringatan, sedangkan di depannya seorang pria berambut coklat menghadang dengan sebuah tombak tergenggam di sana.

"Tidak mungkin jalanmu harus mulus bukan?"

* * * * *

"Ed, mereka?!" Max Prior perlu menyipitkan matanya untuk mendapat gambaran jelas rombongan yang menghadang mereka di depan sana

"Tak peduli siapa mereka, siapapun yang menghadang sembari mengacungkan senjata ia musuh!"

. . . . . Krek krek

Ed memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri "Pertunjukan akan segera dimulai, heeii apakah kalian belum makan? Bernyanyilah lebih keras anak-anak atau suara kalian akan terendam musik!"

"Nyanyi lagi? Kenapa kami terus bernyanyi? Aku mulai bosan!"teriak anak perempuan berambut hitam terkepang dua sepanjang pinggang dengan pita berwarna biru di kedua kepangnya.

"Lakukan saja sayang, untuk pertama dan terakhir kalinya nyanyian manis kalian akan didengar banyak orang dari banyak suku"  senyum bengis Yuwana

"Hah! benarkah Paman? kalau begitu aku mau lihat"

"Hey hey hey tutup matamu Aska, dan mulailah bernyanyi atau paman akan mencubitmu" sahut Ed yang berjongkok lelah menunggu musuhnya yang tak kunjung sampai.

"Hah! entah bagaimana strategi mereka, masih jauh sudah muncul. Lihatlah! mereka lari tapi belum sampai juga" celotehnya

"Yaaaa... Bicaralah terus sementara mereka semakin dekat. Aku rasa sudah waktunya berdiri Ed"

Pedang-pedang yang sudah dicabut dari sarungnya kembali terhunus pada posisi yang tepat menghadang dari segala arah berupaya bertahan dengan tingkat kekokohan yang tinggi.

"Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima... Enam... Tujuh... Dela- Huuuft"

Akhirnya Ed bangkit sambil menendang-nendang salju tempat ia duduk.

"Ah, akhirnya! Tidakkah kalian lihat salju yang aku duduki jadi sangat keras! Hmm... Ngomong-ngomong ada apa kali di sini?bukankah ada penghianatan di istana, atau kalian belum dengar?"

Snow God : Avaland dan Yang Terpilih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang