Satu persatu serangan datang bertubi namun dengan kekuatan dan kekompakan Prior serangan mereka hanya seperti permainan pedang anak-anak, tak perlu waktu lama untuk menunjukkan siapa yang unggul.
"Sudah? Hanya seperti ini? Apakah mereka sepadan untuk kita Faeq? Haha"
"Diamlah dan jangan pernah meremehkan lawan, Zass" teriak Faeq yang masih sangat fokus pada pertempuran tiga lawan satunya.
. . . . . SLIIRING !
Anak panah itu menyelip di antara pertarungan sasarannya jauh di belakang sana memaksa mereka keluar dari persembunyian, yang ternyata terdapat 5 gadis dengan pedang di tangan mereka bersembunyi di sana.
"Oho! Para gadis" teriak seseorang dalam pertarungan
Keberadaan mereka yang telah diketahui membuatnya terpojok mau tidak mau mereka menyerang dan berlari ke arah anak-anak Prior itu, seorang wanita dengan rambut coklat terang panjang menghindari serangan pasukan pemanah sementara para anak lelaki Prior di belakang para pemanah itu mulai menarik pedang mereka.
Tapi wanita itu berbelok?!
. . . . . HAP !
. . . . . TEENG !
Pedangnya berhadapan dengan pedang Ed, sepertinya ia berusaha sekuat mungkin menyerangnya sedang para gadis yang dari tadi mengikutinya merasa bingung mereka terpecah setelah ia berbelok sepertinya gadis itu melakukan serangan kejutan yang tak terencana.
Pertarungan antara Ed dan wanita itu sebenarnya terlihat mudah tapi entah mengapa Ed terus menghindar dan membalas seadanya, dan tiba-tiba...
. . . . . JREEEB
Benda tajam itu menembus tengkuknya, rambut pendek nya langsung berlumur darah membuat nya terjerembab. Dengan sekuat tenaga Ed berusaha menendang jauh wanita di hadapannya dan melihat siapa yang tumbang di belakangnya. Seorang Volgeer tumbang dengan panah yang menembus tenggorokan.
Tak lama Muirrel mendekat dengan anak panahnya yang siaga, ia berusaha menggerakkan korban yang terjatuh itu memastikan statusnya.
"Ah! Ternyata kau ratu ku!" Teriak Ed girang
"Kau tak apa?"
"Tentu sayang, kau benar-benar ratu-ku! Kau memang hebat!" Kedua jempol Ed teracung senyum bodohnya melebar menapakkan gigi-giginya, sementara ia menjadi lengah dengan pedangnya tertancap di es.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Hah?!"
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa hanya menghindar dan tidak menyerangnya?!" Muirrel mengeras, jari nya menunjuk seorang gadis yang berjalan menjauhi mereka.
"Oh anu..."
"Ah Muirrel! Hei..." Nehan berteriak pertarungannya tak jauh dari mereka.
"Hyyaaaat! Hei Muirrel wanita yang baru saja..." ucapannya terus berpotong karena pertarungan "Dia itu... Dia Ana Greeze mantan pacar yang di putuskan Ed dulu!"
Mata tajam Muirrel seakan melayang mencari keberadaan gadis tadi.
"Nehan!! Hei!" Teriak Ed sambil sesekali mencuri pandang Muirrel
"Apa?!" Timpal Nehan, berlagak tak tau apapun
Muirrel menarik busurnya dan berjalan perlahan melewati Ed.
"Baiklah, datang pada ibu sayang!"
Ed mencabut pedangnya dan menarik nafas dalam sembari memandang pasrah rambut istrinya berjalan menjauh "Huufft... Tunggu nanti kau! Nehan!!!"
* * * * *
Dalam ruangan penuh darah itu bola matanya terpaku dalam satu singgasana, seorang wanita dengan rambut yang tengah bertransformasi dari warna hitam ke arah warna perak pucat berada di sana dengan matanya tajam, mahkota dan pakaiannya yang berwarna emas tampak selaras dengan rias matanya yang tampak dalam. Dengan darah menetes di tangan kanannya ia tampak mengotori singgasana itu.
"Ia, telah tiada. Pergi untuk selamanya" kata-katanya seakan mengubah temperatur di ruangan itu, rasa dingin menusuk masuk begitu saja seakan-akan ingin mengambil jiwamu.
Leonard terjatuh begitu saja, matanya membelalak tampak akan mundur dengan wajahnya yang pucat. Lakes yang masih terkejut berusaha membantu Leo untuk berdiri bahkan ia pun tak tahu mengapa Leo yang gagah berani dan dikenal tak takut apapun menjadi lemah tak terkendali.
Lakes berjongkok berusaha menepuk pundak pria itu, Ia tampak amat ketakutan ada kilau ke gusaran di matanya dengan tangannya yang gemetar ia berusaha menunjuk langit-langit di atas singgasana, ada darah yang menetes dari atas sana.
Bola mata Lakes seakan ingin keluar, tubuhnya lemas sepertinya energinya telah diserap habis membuatnya terjatuh dalam ketakutan. Di atas sana terpajang sebuah tubuh yang amat dikenalnya dengan rambut seperti salju menggantung.
Bagai boneka voodoo, manusia dan kain kebesarannya itu tertancap di langit-langit dengan es besar bagai paku menancap di perutnya tangan kanan yang hampir putus dari tubuh itu mencoba tetap bertahan.
"Yang mulia... Khoushik...!!" Lakes terus mengulangnya bagaikan sebuah rampalan "S-Sahabat ku..." Dengan matanya merah ia tak dapat berkedip sampai sebuah tangan mendarat di pundaknya, memberikan serangan kejut dalam tubuh yang lemas itu.
"Dengar, kalian hanya punya dua pilihan. Pertama menjadi adikku walau aku ragu kalian akan melakukannya dan yang terakhir pergi dari sini dan bersembunyi juga jangan pernah berpikir untuk melakukan hal bodoh" suaranya yang tenang itu sangat menghanyutkan
"H-hal bodoh?" Leo memberanikan diri
"Ya, aku yakin kalian paham maksudku. Kau tahu kamu cukup untuk menghabisi mereka yang di luar sana tapi kesetiaanmu akan sangat meragukan bahkan merugikan ku, bersembunyilah seperti tikus tanah"
Senyuman di wajahnya itu amat menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya.
Terimakasih untuk kalian yang sudah baca, ditunggu masukkan nya dari kalian reader's...
See u in the next chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow God : Avaland dan Yang Terpilih
Fantasy"Ada pemberontakan di istana, Raja akan digulingkan! Ia di khianati, kita di khianati" Ucap pria tanpa mantel itu memulai nya, mata-nya tajam bekas luka di pipi kiri nya tertarik mengencang ia sedang berusaha menahan amarah sementara yang di dalam...