06. Kehendak yang Dipaksakan

18 3 0
                                    

Hayy, Cerita Gentala berlanjut.

~Maaf kalau gaje, semoga suka

• ~ •

Bel pulang berdering, otomatis aktifitas belajar juga telah selesai. Lorong lorong sekolah kini penuh sesak oleh murid yang berjalan menuju parkiran.

Di kelas 12 Mipa 3, Murid murid tengah sibuk membereskan buku mereka sebelum pulang, terutama Kiana. Kiana dengan telaten memasukkan buku dan alat tulis kedalam tas miliknya. Setelah selesai, ia berdiri hendak pulang, akan tetapi Nabayu segera mencekal lengan gadis itu membuat Kiana menoleh.

"Lo mau ikut gue gak? Gue akan bawa lo ke alun alun tempat Anin bagiin brosurnya" tutur Nabayu ketika sudah mendapat atensi dari Kiana.

"hem, gue juga penasaran dengan Anin" jawabnya dengan antusias.

Nabayu menautkan jemarinya mengenggam jemari Kiana, kemudian berjalan keluar kelas menuju parkiran. Kiana tidak melepas genggaman itu, rasanya seperti ada kehangatan yang tidak pernah Kiana rasakan sebulan terakhir semenjak kepergian bundanya.

Narendra yang merasa terlupakan oleh adik sendiri mengejar keduanya yang sudah berada di luar kelas. Memanggil Nabayu dan menepuk bahu sang adik.

"Mentang mentang udah deket, abangnya dilupain gitu aja" protes Narendra yang berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Nabayu. Sedangkan Nabayu tersenyum menampilkan deretan gigi rapihnya
"gue lupa ngajakin lo pulang Bang. Soalnya gue sekarang lagi gandengan sama bidadari" bisiknya pada kata kata terakhir

Jantung Kiana kembali berdegup kencang mendengarnya, walau Nabayu berbisik Kiana dengan jelas dapat mendengar percakapan mereka. Lantas Kiana melepas tautan jemari itu dan memilih mengenggam jemarinya sendiri.

"Pada mau kemana?" pertanyaan itu terlontar dari Narendra,

"Kita mau ke alun alun kota, mau mastiin sesuatu" kini Kiana-lah yang menjawab, setelah lama terdiam.

"Mastiin apa?" tanya Narendra kembali semakin kepo

Nabayu memotar bola mata malas, kemudian menjawab pertanyaan dari Abangnya, "Kalau mau tau, mending lo ikut aja sekalian"

Baru saja Narendra ingin menjawab, dering ponselnya menghentikan perbincangan mereka. Dengan cepat, Narendra menjawab panggilan tersebut tanpa pergi dari sana.

"Halo Pah" itulah kata pertama yang di ucapnya

"Sekolahnya udah selesai Narendra?" suara khas pria terdengar dari seberang telepon.

"Udah, tapi Narendra sama Nabayu gak langsung pulang, mau ke suatu tempat dulu" ucapnya dengan hati hati,

"mau kemana lagi kamu?" terdengar suara di seberang sana sedikit meninggi. Ini yang Narendra duga dari awal.

"Narendra mau nemenin Nabayu ke..." belum juga Narendra melanjutkan, suara Thomas memotong perkataannya.

"Udah biarin saja dia pergi sendiri, kenapa kamu harus temani anak itu, dia sudah besar Narendra..."

"daripada kamu pergi tidak jelas, kamu mending ke kantor Papa sekarang, Papa mau ngenalin kamu sama salah satu kolega Papa" ucapnya dengan suara yang sudah sedikit tenang.

"Tapi Pah...." lagi lagi ucapan Narendra dibantah Thomas

"Tidak ada tapi tapian Narendra, kamu juga mau jadi anak pembangkang seperti dia Hem??!"

"Baik Pah, Narendra ke kantor Papa sekarang."

Setelah pembicaraan keduanya selesai. Narendra memutus telepon secara sepihak. Kemudian beralih pada dua sejoli yang dari tadi memerhatikannya.

GENTALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang