12. Tiga Suara Tembakan

19 1 0
                                    

Aku ga mau banyak cencong, langsung aja, Cuuussss.

• ~ •

• ~ •
"Hanya sebuah kata mohon yang sanggup ku ucap, memohon agar kamu tidak pergi jauh"
• ~ •


Sebuah kertas foto terlempar ke atas meja bundar yang terbuat dari kayu. Menampilkan potret wajah Nabayu dengan tudung hitam, yang diam diam di foto seseorang yang menonton pertikaian yang terjadi di alun alun kota beberapa hari lalu. Pelemparnya adalah seorang preman bernama Kale yang sempat beradu tinju dengan Gentala-wujud Nabayu-tapi berhasil melarikan diri.

"Bocah ini, udah buat bos kita masuk penjara" Ucapannya diselingi dengan suara gigi bergemertak.

Mata tegasnya terangkat naik, menatap satu persatu muka orang yang berada disana yang jumlahnya ada 4 orang. Menyiratkan sebuah energi yang entah darimana asalnya. Energi dan hasrat untuk balas dendam yang sangat kuat seakan mengalir disetiap desir darah mereka masing masing.

"Kita harus balaskan dendam bos"

Lirih namun bisa mengobarkan semangat ke sesamanya.

Semuanya mengangguk, setuju dengan apa yang baru saja dikatakan Kale.

Salah satunya meraih kertas foto itu. Mengamatinya lamat lamat. Melilik setiap senti wajah dari potret tersebut. Setelahnya, ia baru bersuara

"Gue tau dia siapa, dan sepertinya dia akan datang ke sini dengan sendirinya" ucapnya santai, membuat semua orang disana bertanya tanya.

Pandangan dari mereka seolah bertanya, dari mana dia tahu? Bahwa orang yang ada di dalam lembar foto itu akan datang kesini dengan sendirinya.

Orang yang bernama Pule-yang semula menyender pada kursi itu menegakkan punggung. Memerintahkan teman temannya untuk mendekat kearahnya.

"Gimana kalau kita habisi dia hari ini juga?" Pertanyaan yang sangat tidak perlu mendapat jawaban. Semua mengangguk tanda setuju.

Ia menyampaikan rencananya ke semua teman teman yang ada disana. Rencana penyerangan terhadap Nabayu, orang yang mereka duga adalah orang yang telah menjebloskan Bos mereka ke dalan penjara.

***

BUGHK

Satu pukulan dari balok kayu itu berhasil membuat Nabayu jatuh terduduk di atas tanah becek. Tangannya memegang erat bagian yang terkena pukulan itu. Erangan terdengar jelas dari mulutnya tak kala ia merasakan sakit yang luar biasa di leher belakangnya.

Suara teriakan Kiana memanggil namanya samar terdengar di selingan dengung di telinganya. Setelahnya suara keras gadis itu berganti dengan suara kesakitan tak kala Nabayu melihat gadis itu di bekuk oleh dua pria besar berpakaian serba hitam dengan wajah yang tertutup penutup wajah.

Dibawah rintik hujan yang datangnya sama sekali tidak pas, Nabayu bisa melihat jelas Kiana mencoba untuk melepaskan diri, namun tidak pernah bisa. Kekuatan dua pria besar itu terlalu kuat dibanding dengan Kiana yang memiliki kemampuan yang tak seberapa.

Walau kepalanya di dera pusing hingga membuat pandangannya sedikit buram, tapi ia bisa melihat disana, Kiana berusaha melepaskan bekapan lelaki itu sekuat tenaga yang ia punya.

Belum juga meredakan nyeri dan pusingnya, Nabayu kini diserang dengan pukulan yang telak mengenai pipinya hingga membuat bibirnya robek seketika. Tidak cuma itu, serangan dari orang lain di belakangnya membuatnya jatuh tersungkur kembali.

Tapi itu tidak langsung membuat kesadarannya menghilang. Ia masih bisa mempertahankannya. Setelahnya ia berdiri walau tububnya oleng sana sisi. Mengambil ancang ancang sembari mengingat pelajaran bela diri yang sempat ia dan Narendra pelajari saat SMP dulu, juga ilmu ilmu yang diajarkan oleh teman teman tongkrongannya di SMA-nya yang dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GENTALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang