07. Tentang Nabayu dan Gentala

34 3 0
                                    

Anyeonggg, lanjut lagi yuk....

• ~ •

Dibawah rintik hujan yang berbondong bondong jatuh ke bumi, di atas sebuah motor sport hitam, Kiana memegang erat pinggang Nabayu tak kala laki laki itu melaju menerobos hujan yang tidak terlalu deras.

Hawa dingin menusuk Kiana rasakan. Walau tubuhnya sudah dilapisi oleh jaket namun itu tidak serta merta mengusir hawa sejuk itu dari tubuhnya. Ditambah laju motor Nabayu membuat angin menerpa dengan kuat.

"Neduh dulu yah, hujannya makin deres!" teriak Nabayu dari balik helm full facenya.

"Boleh, neduh di Cafe depan aja kalo gitu." jawab Kiana dengan suara yang keras juga agar Nabayu bisa mendengarnya.

Motor itu kemudian melaju dibawa deras hujan yang semakin menjadi jadi. Kemudian berhenti di sebuah Cafe yang direkomendasikan oleh Kiana.

Keduanya turun dari sana, lalu berlari kecil menuju area pelataran Cafe.

"Masuk yuk, sekalian ngopi biar anget" Nabayu mengusulkan untuk masuk kedalam. Karna dilihatnya Kiana sudah bergidik akibat kedinginan.

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah berada di dalam Cafe bernuansa klasik itu dengan dua cangkir kopi yang masih mengebulkan asap.

"Lo udah coba tanya lagi ke Gentala soal masa lalunya?"

Nabayu bertanya setelah hening menyelimuti bagai dingin di malam yang basah itu.

Namun Kiana menggeleng pelan "Belum, Gentala menghilang sejak di perpustakaan tadi."

"Gue masih penasaran, kenapa Gentala yang hilang nggak dicari sama pihak keluarganya? Malah keluarga Anin yang repot mencari sana sini, lapor sana sini"

Kiana mengangkat cangkirnya, menyeruputnya sedikit, kemudian berkata "Kalau gue lebih heran sama yang dibilang Narendra tadi. Tentang Maheru yang ngaku ngaku mendirikan perusahan Mahesa Corp sendiri? Gue curiga sama itu orang"

Percakapan keduanya terhenti saat hujan di luar mulai mereda. Diliriknya jam yang melekat di pergelangan laki laki itu. Nabayu sontak mengajak Kiana untuk pulang.

Motor Nabayu kini melaju pelan menerobos beberapa teter air hujan di jalanan itu menuju rumah Kiana.

• ~ •

Sepulang dari kediaman Anin, Kiana belum pernah melihat Gentala. Hantu itu menghilang dari pandangannya. Sejak di perpustakaan tadi, tanpa pamit Gentala lenyap.

"Lo kemana Tal?, ada banyak yang mau gue tanyain sama lo" gumam Kiana. Diatas meja belajar itu, pikirannya berkecamuk mencari tahu kemana perginya hantu muka triplek itu.

Pikiran Kiana semakin kemana mana, bahkan buku di depannya hanya dijadikan sebagai alas tangannya bertumpu pada meja.

"Mahesa Corp?" gumam gadis itu.

Saat mendengar tentang perusahaan itu, sampai saat ini Kiana masih belum bisa mengalihkan pikirannya dari nama salah satu perusahaan besar di kotanya itu. Ia merasa kalau perusahaan itu mempunyai petunjuk tentang Gentala dan kehilangannya.

Tangannya dengan lihai mengetik sesuatu di laptop miliknya. Kemudian membaca sebuah artikel tentang profil perusahaan Mahesa Corp.

• ~ •

Suasana makan malam di rumah keluarga Galsky nampak khidmat, suara dentangan alat makan mengisi hening yang panjang. Tidak adanya percakapan, Narendra dan Thomas masing masing sibuk dengan kegiatan mereka.

Derit pintu terdengar dari arah pintu utama, menampilkan Nabayu yang baru saja tiba setelah mengantar Kiana untuk pulang. Tidak ada salam, tidak ada sapa lelaki itu hanya berlalu melewati meja makan yang ada di ruang tengah. Menaiki saru persatu anak tangga menuju kamar miliknya. Tubuhnya dibalut oleh seragam sekolah lalu dilapisi jaket yang terlihat basah.

GENTALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang