JEVANA '02

1K 138 3
                                    

Setelah satu malam menginap di hotel. Hari ini Jeno dan Vana bersiap untuk pulang ke rumah baru. Rencananya mereka berdua akan menempati rumah yang Jeno beli sendiri. Sebenarnya ayah Marvel memberikan hadiah pernikahan berupa rumah mewah untuk Jeno dan Vana tempati. Tapi Jeno menolak, alasannya karena rumah itu sangat besar seperti bukan rumah tapi mansion.

Jadi Jeno memilih mengajak sang istri tinggal dirumah yang Jeno beli menggunakan uang hasil kerja kerasnya sendiri.

"Vana pergi dulu ya, ayah."

Marvel mengangguk pelan. Memeluk putri kecilnya yang sekarang sudah tumbuh dewasa dan menjadi istri orang.

"Sering-sering main kerumah ya."

"Iya, kalau luang pasti Vana main. Ayah nikah lagi dong biar dirumah ayah gak sendirian." Ucap Vana menggoda sang ayah.

Ibu Vana sudah meninggal tujuh tahun yang lalu akibat sakit jantung yang sudah sangat parah. Vana sudah mengikhlaskan kepergian sang ibu, ia bahkan sering kali meminta sang ayah untuk menikah lagi supaya pria yang sudah tak lagi muda itu ada yang mengurusi. Tapi Marvel selalu menolak, Marvel selalu berkata dirinya sudah terlalu tua untuk menikah lagi. Padahal menurut Vana ayahnya masih terlihat gagah dan masih pantas-pantas saja kalau menikah lagi.

"Mending kamu cepetan kasih ayah cucu. Biar ayah bisa jajanin cucu ayah mainan-mainan yang bagus dan banyak." Balas Marvel membuat Vana merucutkan bibirnya sebal.

"Barus sehari nikah udah suruh cepet-cepet bikin bayi."

"Iyalah, ayah nikahkan kamu sama Jeno itu biar kalian bisa kasih ayah cucu. Bisa berkembang biak. Sayang dong punya muka cakep cakep kalau nggak di lestarikan." Ucap Marvel santai seperti dipantai. Padahal saat ini mereka sedang berdiri di depan lobby hotel sudah pasti banyak pegawai yang berseliweran.

Jeno yang berdiri di samping sang istri hanya bisa menggaruk lengannya yang tidak gatal. Ia bingung harus melakukan apa.

"Hihhh! Ayah ngomongnya ih."

"Iya bener kan. Ayah gak salah loh, nikah kan buat bikin anak."

"Ayah."

Marvel terkekeh melihat wajah memerah sang putri "Iya iya sorry. Nikmati hari-hari baru kalian yah. Ayah bakalan tunggu cucu gemoy dari kamu launching. Tapi jangan lama-lama, nanti keburu ayah mati."

"Vana marah ya sama ayah kalau ngomongnya mulai gak jelas gitu."

"Oke nggak lagi." Ucap Marvel menahan tawanya, lucu saja melihat wajah putrinya yang marah. Marvel menatap ke arah Jeno, menepuk bahu pria itu pelan.

"Terima kasih Jeno. Berkat kamu ayah bisa tenang melepas Vana. Ayah percaya kamu bisa membahagiakan Vana dan memperlakukan dia selayaknya seorang istri dengan baik."

Jeno mengangguk mantap

"Vana itu cerewet Jen. Ayah saranin kamu nyetok itu apa ya namanya penyumbat telinga iya itu, biar kalau Vana mode cerewetnya kumat kamu punya perlindungan."

"Ayahhhhhh." Rengek Vana tak terima aibnya dibongkar didepan suaminya sendiri.

"Biar Jeno tau, Na." Balas Marvel

"Ya tapi jangan gitu lah. Vana nggak cerewet cerewet banget kok."

"Masa?"

"Iya! Ih udah ah Vana mau pulang." Vana berbalik lalu melangkah cepat menuju mobil Jeno yang sudah disiapkan petugas valet.

Marvel dan Jeno menatap kepergian gadis itu lalu terkekeh bersama.

"Susulin sana keburu ngambek itu bebek betina." Ucap Marvel pada sang menantu.

JEVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang