Vana baru saja menyelesaikan kegiatan pagi harinya membuat sarapan untuk suami dan dirinya sendiri. Masuk kedalam kedalam kamar dan mendapati suaminya sedang memakai pakaian kerjanya, awalnya Vana tersenyum tapi sedetik kemudian bibirnya melengkung kecewa saat pakaian kerja Jeno yang sudah Vana siapkan diatas kasur ternyata tidak tersentuh.
"Mas."
"Ya. Udah selesai masaknya?" Tanya Jeno sambil mengancingkan kancing kemejanya.
"Udah."
"Mas kenapa ambil baju sendiri? Kenapa nggak pake yang udah Vana siapin."
"Siapin?" Tanya Jeno bingung.
"Hum. Vana udah siapin pakaian kerja mas Jeno diatas kasur, tapi nggak disentuh dan dipakai malah ambil baju lain."
Jeno terkejut, ia menoleh kearah kasur dan benar yang diucapkan istrinya. Di sana terdapat pernak pernik outfit kantornya seperti celana panjang, kemeja, dasi dan jas kantornya.
Tidak ingin membuat istrinya kecewa, Jeno melepas kemeja yang sudah ia pakai menyisakan kaos hitam polos ditubuhnya. Cepat-cepat Jeno menghampiri sang istri yang berdiri disamping tempat tidur dan meraih pundak istrinya.
"Sorry, mas nggak tau kalau kamu udah siapin."
Vana merucutkan bibirnya sebal "Tadi Vana udah bilang loh waktu mas masih mandi."
"Nggak denger."
"Cih."
"Maaf yah. Oke, sekarang aku pake baju yang udah istriku siapin." Jeno meraih kemeja warna maron yang disiapkan Vana kemudian memakainya.
"Dimaafin?" Tanya Jeno melangkah mendekati sang istri lalu mengusap pipi Vana yang sedikit gembul.
Vana menganggukkan kepalanya pelan "Besok-besok kalau udah Vana siapin dipake yah. Kan Vana nyiapinnya sepenuh hati."
"Iya."
Vana meraih dasi hitam Jeno kemudian membantu memasangkan simpul dasi dileher suaminya.
"Hari ini mau kemana?" Tanya Jeno
"Cafe."
"Seharian?"
"Enggak, hari ini aku cuma mau cek bahan stok di cafe aja. Kenapa? Mas mau aku anterin makan siang?"
"Nggak, nanti kamu capek."
"Dih apaan coba, masak doang mana bisa capek sih. Lagian menyenangkan tau kalau istri nganterin makan siang ke tempat suaminya yang lagi kerja cari nafkah. Katanya sih hehe, kalau mas nggak juga seneng apa enggak."
"Nanti coba."
"Coba apa?"
"Ya kamu coba nganterin makan siang buat mas ke kantor."
"Boleh?" Tanya Vana memastikan, kepalanya mendongak keatas guna melihat wajah tampan suaminya.
Jeno mengangguk. Menundukkan kepalanya membuat keningnya menempel diatas kening Vana. Dua detik kemudian—
Cup
Vana membeku ditempat saat,
bibir seksi Jeno mendarat tepat diatas bibir pink alami milik Vana. Hanya kecupan singkat, Jeno langsung menjauhkan wajahnya dan ia dapat melihat pipi Vana yang berubah merah merona.
"Mas tunggu dikantor jam dua belas siang." Ucap Jeno sebelum berlalu keluar kamar. Meninggalkan Vana yang menangkup kedua pipinya dengan raut muka masih tak percaya.
Jeno menciumnya? Suaminya mencium bibirnya?
"Bibir gue udah nggak perawan lagi Huaaaaaa ibukkkk padahal pengen yang lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANA
Hayran KurguMenikah adalah kebahagiaan. Itu yang Jeno yakini untuk saat ini, sampai ia berani menyetujui permintaan seorang ayah yang meminta dirinya untuk menikahi putrinya.