"Gimana?"
Vana menoleh kearah Echa yang baru saja datang ditatapnya sahabat kecilnya itu dengan alis mengernyit. Vana, Echa dan Rena. Saat ini mereka bertiga berada di salah satu cafe milik Vana. Tidak ada agenda khusus, mereka hanya berniat mengobrol setelah satu minggu tidak pernah tatap muka. Terakhir bertatap muka saat menghadiri acara pernikahan Vana.
"Gimana, Na?" Echa menggeplak pelan bahu Vana.
Vana mengerjap kemudian mendelik dan balas menggeplak lengan Echa yang gembul tak kalah kuat.
"Gimana apanya? Yang jelas kalau tanya tuh?"
"Udah kawin?"
"Hah?"
"Hah heh hoh, elu udah kawin belum sama pak Jeno?" Tanya Echa sambil mengedipkan mata menggoda.
"Udah." Jawab Vana santai sambil menyedot jus jeruk nya.
Echa dan Rena kompak menatap kearah Vana dengan raut wajah ingin tau.
"Puas nggak, Na?" Tanya Rena.
Vana menggeleng "Capek."
"Om om emang tenaganya kuat banget ya." Ucap Rena
"Kejar target itu, Ren."
"Ck, mas Jeno nggak setua itu kali. Kita cuma beda tiga tahun aja." Ujar Vana tak terima suaminya di samakan dengan om om. Iya memang sudah pantas dipanggil om, bapak malah lebih pantas. Tapi kalau teman-temannya yang bilang, Vana tidak terima.
"Utututu iya maaf yah yang nikah sama bapak-bapak."
"Echaaaa. Mas Mark juga udah 28 tahun kan sekarang? Lo juga nikah sama bapak bapak juga berarti."
"Ya ya tapi kan gue nikahnya pas dia masih umur 25an. Masih mudah masih ganteng-gantengnya. Lah el–
"Gue apa? Mas Jeno juga ganteng kok, gak kalah ganteng dari lakik kalian." Sambar Vana cepat.
"Hm, oke oke. Mereka ganteng di mata bini nya masing-masing. Back to topik, jadi, Lo udah siap hamil, punya anak Na?" Tanya Echa serius
Fyi, Rena dan Echa menikah saat umur mereka 21 tahun dan sudah memiliki masing-masing satu anak. Usianya sepantaran, sekarang berumur dua tahun dan sama-sama berjenis kelamin perempuan.
"Nggak tau. Di pake aja belom." Jawab Vana lesu sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Maksudnya?"
"Mas Jeno belum apa-apain gue."
"Eh? Lah kok bisa. Lo bilang udah kawin."
"Kawin itu ijab qobul kan? Iya udah kalau itu mah, lo juga pada liat kan?"
Rena reflek menoyor kening sahabatnya itu "Itu namanya nikah."
"Emang nikah sama kawin beda?"
"Beda lah. Nikah itu ya yang lo bilang tadi, ijab qobul, resepsi gitu-gitu itu nikah. Kalau kawin itu bikin anak."
"Sialan, ngapain coba dibedain segala. Bikin repot aja."
"Ya biar beda. Kalau kawin bisa kapan aja asal ada lawan mainnya. Lo nggak nikah pun tetep bisa kawin."
"Terus masalah lo belom dikawinin sama pak Jeno apaan?" Tanya Echa
"Gue mens anjir pas malem selesai akad. Pengen nangis aja gue rasanya hiks."
Rena mengusap bahu Vana memberikan semangat "Yang sabar ya, mungkin nanti malem atau besok. Lo udah selesai?"
"Udah dari kemarin. Tapi-''
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANA
FanfictionMenikah adalah kebahagiaan. Itu yang Jeno yakini untuk saat ini, sampai ia berani menyetujui permintaan seorang ayah yang meminta dirinya untuk menikahi putrinya.