JEVANA '08

1.4K 156 15
                                    

"Mas, mas gak mau nonton tutorial dulu?"

Jeno mengernyitkan dahinya bingung"Tutorial? Tutorial buat anak?"

Vana mengangguk dengan tatapan polosnya "Kata ayah, mas Jeno gak pernah deket sama perempuan. Gak pernah pacaran juga gak pernah suka juga. Emang mas tau cara unboxing yang baik dan benar?"

"Tau."

"Tau dari mana?"

"Na-lu-ri."

"Bisa gitu?"

Jeno mengangguk "Kakek buyut mu dulu gak liat tutorial tapi bisa buat anak satu kecamatan." Menatap gemas pada istrinya yang sudah terbaring di bawahnya dengan keadaan tubuh polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Tapi kedua tangannya menyilang menutupi aset bagian atas.

"Ayo bukak." Perintah Jeno.

"Nggak mau. Nanti payudara ku kelihatan lah."

"Ya emang harusnya gitu kan?"

"Ihhh! Mas kok kaya om om sih liatinnya. Vana jadi takut lah." Rengeknya sambil menutup wajah Jeno yang menatapnya intens menggunakan kedua telapak tangannya membuat payudara miliknya yang sejak tadi Vana coba lindungi terekspos begitu saja.

Jeno terkekeh. Mengambil sebelah telapak tangan Vana dan di genggam lembut "Emang udah pantes jadi om om kan?"

"Enggak. Pantes nya jadi bapak buat anak anak aku cuakks."

Jeno tertawa pelan, tangannya terulur mengusap pipi istrinya lembut "Udah siap jadi ibu?"

"Siap gak siap kalau mas mau anak pasti aku mau."

Jeno menggeleng, ia tidak setuju dengan ucapan istrinya.

"Punya anak itu nggak semata-mata kita making love jadi terus kamu hamil anaknya lahir beres. Punya anak itu butuh banyak kesiapan, baik mental, fisik, finansial yang cukup dan baik."

"Vana nggak ada gangguan mental kok."

"Iya tau, mas juga gak bilang kamu setres."

Vana merucutkan bibirnya sebal "Stop stop jangan ngomongin anak dulu. Aku aja belum kamu apa-apain ini."

"Yang dari tadi tutupin aset siapa ya buk?"

Vana menyengir "Heheee maaf maaf. Udah tegang yah?"

"Dari tadi!"

Vana tergelak keras, ia sampai terbatuk mengingat wajah suaminya yang sudah sangat sayu dan bergairah tapi dirinya malah mengulur waktu. Padahal tadi yang memancing dengan merayu dan menggoda Jeno adalah Vana sendiri.

"Yaudah ayok."

Jeno mendekatkan wajahnya ke wajah Vana, menatap wajah cantik gadis yang ia nikahi beberapa bulan lalu. Jeno akui dirinya beruntung, dirinya yang tidak pernah dekat dengan seorang wanita bisa mendapatkan seorang istri yang cantik, berbakat, baik hati, pengertian, rajin ibadah dan tidak banyak menuntut apapun.

Perlahan tapi pasti, Jeno perlahan mendekatkan bibirnya ke bibir Vana tinggal beberapa centi lagi bibir keduanya saling menempel Vana mendorong dada Jeno membuat pria yang sudah diambang batas gairah itu sedikit merasa kecewa dan kesal.

"Apa lagi, sayang."

Vana tersenyum tak enak, merasa bersalah karena terus mengulur waktu.

"Em–aku mau tanya dulu, boleh?"

"Enggak."

"Jenooo."

"Semakin gak boleh."

"Mas Jenooo. Kakanda Jeno. Akang Jeno? Ayahanda Jeno?" Vana tertawa sendiri merasa bodoh dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JEVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang