CHAPTER 3

265 22 13
                                    

Sesampainya dipondok pesantren, Kyai Husein, Umi Fatimah dan Gus Akhtar, turun dari mobilnya menuju ke ndalem, sesampainya di ndalem Arumi langsung memeluk umi Fatimah.

"Umi, dari mana?" Tanya Arumi.

namun semua orang yang berada di ndalem tak menjawab ucapan Arumi, membuat gadis itu kebingungan.

"Nak, sini duduk disamping Abah." Ucapan Kyai Husein diangguki oleh Arumi, gadis itu segera mendudukkan dirinya didekat Kyai Husein.

"Abah, pernah berjanji kan untuk menikahkan kamu bersama dengan putra abah."

Arumi mengangguk, "Lupakan janji itu nak." kyai Husein kembali bersuara membuat tubuh Arumi lemas.

Arumi yang sudah menantikan janji tersebut tak terima dengan ucapan Kyai Husein. "kenapa Arumi harus melupakan janji tersebut Abah?" Tanya Arumi

"Nak, Akhtar sudah Abah jodohkan, putri dari teman Abah." Bagai disambar petir jantung Arumi berdetak dua kali lipat dari biasanya.

"Bah, Arumi sudah menantikan pernikahan ini bersama Gus Akhtar lantas bagaimana bisa Abah mengingkari janji itu."

"Nak, maafkan Abah, mungkin ini sudah takdirnya Akhtar tak berjodoh denganmu."

Kyai Husein meninggalkan semua orang yang berada di ndalem, menuju kamarnya, kemudian umi Fatimah pun juga ikut menyusul Kyai Husein.

"Mas, apa yang mas lakukan terhadap Arumi." Tanya Umi Fatimah

"Itu sudah jalannya Humairoh, Mas hanya mencegah hal yang buruk terjadi, lebih baik mengatakan dari awal dari pada akhirnya saya lebih menyakiti Hati Arumi." Jawab Kyai Husein.

"Mas, dengan begitu mas lebih menyakiti hati Arumi." Ucap umi Fatimah.

"Tak ada jalan lain Humairoh, Mas hanya ingin yang terbaik untuk Akhtar" Jawab Kyai Husein.

"Ada mas, ada jalan lain setelah akhtar menikah bersama gadis itu, Akhtar juga harus menikahi Arumi."

Kyai Husein tak mendengar ucapan istirnya, ia lebih memilih melenggang pergi meninggalkan Umi Fatimah.

Umi Fatimah juga ikut melenggang pergi menuju kamar Arumi, sesampainya dikamar Arumi, umi Fatimah melihat Arumi yang menangis sejadi jadinya.

"Nak, ada apa denganmu." Ucap umi Fatimah sambil memeluk Arumi.

"Umi, Arumi terlalu berharap dijodohkan bersama Gus Akhtar, sampai akhirnya harapan itu yang mematahkan Arumi sendiri."

"Nak, bersabarlah. umi tau perasaanmu, Umi juga tak menyukai gadis itu, Umi akan lakukan semua cara agar kau tetap menjadi menantu Umi."

Kedua mata Arumi langsung berbinar mendengar penuturan dari Umi Fatimah. "Terima kasih Umi, Arumi sayang sama Umi." Ucap Arumi.

"Sama sama Nak." Dibalik pintu kamar Arumi, Akhtar mendengar percakapan itu segera mengelus dadanya.

"Yaallah, bukakanlah pintu hati umi hamba, ia terlalu terobsesi untuk menjadikan Arumi sebagai menantunya." Batin Akhtar.

Akhtar melenggang pergi menuju ke kyai Husein. "Assalamualaikum Abah." ucap Akhtar.

"Waalaikumsalam, Ada apa nak." Jawab kyai Husein.

"Bah, Akhtar ingin bertanya sebenernya apa yang Abah janjikan terhadap Arumi sampai sampai Umi terobsesi ingin Menjadikan Arumi sebagai menantunya."

"Abah berjanji ingin menikahkan Arumi denganmu, janji itu Abah buat waktu kau berusia tujuh belas tahun, Umi juga menyetujui hal itu, namun disaat kau berusia dua puluh tahun, Abah bertemu dengan Kyai Malik, kyai Malik menagih sebuah janji."

"Janji apa, Bah." Tanya Akhtar.

"Abah pernah berjanji kepada Kyai Malik bahwa ketika anak Abah dan kyai Malik berjenis kelamin yang berbeda maka kita harus sepakat untuk menjodohkannya."

Akhtar masih bingung kenapa uminya juga terobsesi terhadap Arumi. "Lalu bagaimana bisa, umi terobsesi terhadap Arumi, Bah?"

"Sewaktu kau berada di tarim dulu, Arumi pernah menyelamatkan nyawa umimu yang hampir tertabrak truk, maka dari itu umimu ingin membalas Budi terhadap Arumi"

sekarang akhtar tau semua dari penyebab janji dan uminya terobsesi ingin menjadikan Arumi sebagai menantunya.

"Ada apa Nak, kau bertanya soal itu?" Tanya Kyai Husein.

"Akhtar mendengar percakapan Umi dan Arumi, umi akan melakukan segala cara untuk menjadikan Arumi sebagai menantunya, dari situ Akhtar bingung dan bertanya pada Abah"

"Sudahlah Nak, Kau tak perlu memikirkannya lagi, biarkan Abah yang mengatasi Umi, pesan Abah kau harus selalu ingat terhadap janjimu kepada Aqila."

Akhtar mengangguk, " Akhtar pamit Abah ingin mengontrol semua santri santriwati yang melakukan kesalahan." ucapan itu diangguki oleh Kyai Husein.

Akhtar segera melenggang pergi, mengontrol semua santri santriwati, di pertengahan jalan ia bertemu bersama Arumi.

"Assalamualaikum Gus." ucap Arumi.

"Waalaikumsalam, ada apa Arumi." jawab Akhtar.

"Gus, saya ingin berbicara bersama Gus." ucapan itu diangguki oleh Akhtar.

"Gus, apa kau mencintai gadis itu?" Tanya Arumi.

"Arumi saya memang sekarang tak mencintai Aqila, tapi saya yakin suatu saat saya mencintai Aqila seperti saya mencintai Umi saya sendiri"

"Gus, apa gus tak ada sedikit perasaan untuk saya." Ucap Arumi.

Akhtar menggeleng. "Saya menganggap kamu seperti adek saya sendiri Arumi, jadi tak ada perasaan meksipun sedikit untuk kamu."

Mendengar ucapan itu tubuh Arumi bergetar dan lemas seketika, pria yang ia cintai malah menganggap dirinya sebagai adeknya.

"Gus, saya yang telah menyelamatkan nyawa umi sebagai balas Budi Gus harus menikahi saya."

Arumi tetap memaksa gus Akhtar, gus akhtar menghirup udara yang berada disekitarnya, lalu menghembuskannua dengan kasar.

"Arumi, saya tau kamu yang telah menyelamatkan umi saya, kamu juga harus tau bahwa cinta itu ga bisa dipaksakan"

"gus juga tak mencintai gadis itu, Gus juga mengatakan bahwa cinta itu bisa datang kapan saja, apa salahnya kita mencoba gus."

"Sudahlah Arumi, saya pamit ingin mengontrol semua santri santriwati" Ucap Akhtar.

Kemudian gus akhtar melenggang pergi, untung aja tak ada santri santriwati yang melihatnya berbicara dengan yang bukan mahramnya.

Maaf ya kalau ada salah kata, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWt🤍🤍🤍

Jangan lupa vote komen and follow biar makin semangat nulisnya hehehe😁😁😁

Banyak Typo bertebaran⚠️

Ig: rania_mrstbl

SURGA YANG TAK DIINGINKAN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang