CHAPTER 7

265 5 0
                                    

Dipagi yang cerah keluarga Kyai Husein bersiap siap menuju kekediaman Kyai Malik. Ada beberapa keluarga dari Kyai Husein yang datang untuk acara pernikahan Gus Akhtar.

Beberapa menit menunggu akhirnya Kyai Husein berserta keluarga yang lainnya memasuki mobil, mereka menuju kekediaman Kyai malik.

Disisi lain, dikediaman kyai Malik seorang gadis cantik memakai gaun pernikahan tengah duduk dimeja rias menatap dirinya Yang sedang dimake up oleh MUA.

"Yaallah jika ini yang terbaik untuk Aqila, maka jadikanlah Aqila istri yang baik untuk Gus Akhtar." Batin Aqila.

"Aqila yuhuu my besty datang." teriak Rara.

"Berisik Ra, cepet ganti pakaian lo, habis itu gue mau cerita sambil lo dimake up."

Rara mengangguk, ia mengikuti ucapan Aqila, beberapa menit kemudian Rara Menghampiri Aqila.

"Mau cerita apa Qila."

Aqila menatap lekat wajah Rara, "Ra, huwaa gue ga mau nikah."

"sstt ga boleh ngomong gitu, ini udah takdir lo, masa iya ukhty ini mau nentang takdir."

"gue bukan nentang Ra tapi gue ga siap jadi seorang istri, gue masih pengen sendiri"

"Ya dari pada lo nanti jadi perawan tua mau?" Aqila menggeleng.

Sementara itu Keluarga Kyai Husein berserta keluarganya sudah tiba dikediaman Kyai Malik.

Akhirnya keluarga Kyai Husien memutuskan untuk memasuki rumah minimalis bernuansa abu abu, mereka disambut dengan baik oleh kyai Malik.

"Assalamualaikum." salam serempak semua keluarga kyai Husein.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk." sambut Kyai Malik dengan baik.

Keluarga kyai Husein berserta keluarganya masuk ke dalam rumah kyai Malik.

"Keluarga mempelai sudah datang. Silahkan duduk disini."

Gus Akhtar mengikuti kata pak penghulu, "Pak Husein juga duduk disini." Kyai Husein mengangguk mengikuti arahan dari pak penghulu.

"Apakah nak Akhtar sudah siap?"

"Insyaallah. Saya siap."

"Mari silahkan jabat tangan saya." Titah penghulu kepada Gus Akhtar.

"Bismillahirrahmanirrahim"

"Ya akhi Akhtar Farzan Husaini bin Muhammad Husein Husaini. Ankahtuka wazawwajatuka muktubataka binti Aqila zalfa reinata alal magrib asyarotun jiromatun minad ahazabi hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tajwijaha bil mahri asyarotun jiromatun minad dzahabi hallan." balas qobul Gus Akhtar dengan lantang dan tegas hanya dalam satu tarikan nafas.

"Bagiamana para saksi?"

"Sah." serempak orang orang yang menghadiri pernikahan gus Akhtar dan Aqila.

Disebuah kamar Aqila yang mendengar ucap qobul itu tak menyangka bahwa ia sudah menjadi seorang istri dari gus akhtar.

"Rabbana hablana min azwaajina wa dzurriyyatina qurrata a'yuniw waj'alna lil muttaqiina imaamaa"

"Silahkan panggilankan mempelai wanita untuk menemui mempelai pria."

Umi Zahro segera menuju kekamar Aqila, sesampainya dikamar Aqila umi Fatimah memasuki kamar tersebut.

"Nak, ayo turun." Ucap Umi Zahro tersenyum.

Aqila mengangguk, ia menuruti ucapan uminya, gadis itu digandeng oleh uminya dan sahabatnya sendiri, ketiga wanita itu menuruni tangga satu persatu banyak sekali pujian yang Aqila dapatkan.

"Nak. silahkan salim kesuamimu dan ciumlah kening istrimu" kedua sepasang suami istri itu menuruti ucapan pak penghulu.

Setelah kedua pasangan itu melakukan arahan dari pak penghulu, Gus Akhtar segera memegang puncuk kepala Aqila.

"Allaahumma inni as-aluka khoirohaa wa khoiro maa jabaltaha 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa syarri amaa jabaltaha 'alaihi"

Aqila yang mendengar doa itu, ia langsung mengaamiinkannya.

Acara selanjutnya adalah sungkeman kepada orang tua dan kerabatnya.

"Nak, tolong jaga putri Abah dengan baik, sekarang tanggung jawabmu, jika suatu saat kau tak mau dengan putri Abah lagi, jangan kau sakiti hatinya cukup kau kembalikan lagi kerumah ini."

"Iya Abah, Akhtar janji akan menjaga putri Abah sekuat Akhtar menjaga Umi Akhtar sendiri."

"Woy gus, jagain sahabat ane, kalau sampe you sakitin Gus bakal kehilangan sahabat ane selamanya."

Gus Akhtar hanya menggangguk, "Ra gue mau pamit ya, mami gue mau ke luar negri gue harus nganterin dia." Pamit Rara.

"Makasi ya Ra, udah nemenin gue, hati hati dijalan, salam buat mami lo." Ucap Aqila.

Rara segera melenggang pergi, ia juga tak lupa berpamitan kepada kyai Malik dan Umi zahro, kedua orang tua itu sangat berterima kasih kepada Rara.

Aqila sudah tak merasa nyaman, dengan gaun yang ia pakai, gadis itu terus saja bergerak.

"Kenapa hm?" Tanya Gus Akhtar.

"ehh, gpp gus cuman Aqila cape aja, gaunnya berat terus make upnya juga ga nyaman." Jawab Aqila.

"Yasudah ayo kekamar."

"Hah, ngapain kekamar Gus."

"Katanya kamu cape, mending istirahat aja dikamar."

"Emang acaranya sudah selesai gus?"

"Sudah, saya akan pamit ke umi dan Abi sebentar kamu tunggu sini." ucapan itu diangguki oleh Aqila.

Gus Akhtar segera melenggang pergi menuju Abi sang Uminya. "Umi Akhtar mau izin ke kamar bersama Aqila"

"Iya nak, acara sudah selesai sebaiknya kalian istirahat dulu." ucap umi Zahro.

"Ekhem,jangan lupa membuat keponakan yang lucu untuk bibi." Teriak Bibi hanum.

Akhtar hanya mengangguk, ia segera menuju keistrinya. "Ayo kekamar" ajak Gus Akhtar diangguki oleh Aqila.

Sesampainya dikamar Aqila pergi kekamar mandi untuk melepas gaunnya, ia juga membersihkan seluruh make upnya.

15 menit kemudian Aqila keluar dari kamar mandi. Gus Akhtar menatap lekat wajah Aqila, gadis itu yang ditatap merasa ia akan diterkam.

Gus Akhtar bersuara. "Ayo tidur saya tau kamu pasti cape." Ucap Gus Akhtar.

Aqila kemudian menghampiri gus Akhtar, "saya tidak akan apa apakan kamu sebelum kamu siap menjadi milik saya seutuhnya"

Aqila merasa lega dengan ucapan itu, ia segera mengambil posisi untuk tidur, dikarenakan tubuhnya hati ini sangat lelah.

Maaf ya kalau ada salah kata, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWt🤍🤍🤍

Jangan lupa vote komen and follow biar makin semangat nulisnya hehehe😁😁😁

Ig:rania_mrstbl
Tiktok: rniamrstbl

SURGA YANG TAK DIINGINKAN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang