HAAZEL

171 9 0
                                    

"Icad kita duluan ya"

"Iya, hati-hati kalian"

Kedua siswa tersebut pergi setelah berpamitan kepada Ricard atau biasa dipanggil Icad.

"Huhh, tinggal buang sampah ini lalu pulang deh" Gumam Icad sambil menenteng sampah hasil menggeledah laci satu kelas.

Icad pun keluar kelas lalu menutup pintunya, dia menoleh kesekitar yang sudah tampak sepi, apalagi kelas dia berada dilantai atas. Namun, seorang siswa lain berdiri disamping kelasnya.

Icad ingin menyapa, tapi sepertinya orang itu tengah menunggu teman nya. Jadi dia mengurungkan niatnya dan berjalan menuju arah tangga. Tanpa Icad sadari, siswa tersebut balik menatap punggung Icad yang perlahan menjauh.

________

"Selamat pagi semua" Sapa Icad ketika masuk kedalam kelasnya.

"Pagi dede gemess"

"Pagi Icad gemoy"

Dan berbagai balasan para penghuni kelas atas sapaan Icad, bisa dibilang dia menjadi idola kelas karena ke lucuan yang ia miliki.

"Hari ini engga ada pr kan?" Tanya Hana teman sebangku Icad.

"Engga ada kok, tapi katanya nanti ada ulangan" Jawab Icad sambil mengisi buku absensi, selain jadi idola kelas ia juga seorang sekertaris.

"Njir, ulangan mapel apaan, kok gw engga tau"

"Mapel matematika"

"Anjirr, gw belum belajar lagi. Lu udah belajar? Pastinya sih udah" Bertanya tapi dijawab sendiri. Siapa yang seperti Hana?

"Cuma ngehafal beberapa rumus sih, buka-buka aja dulu. Matematika setelah istirahat pertama kan" Ujar Icad agar temannya itu tidak terlalu stress nantinya.

Hana pun mengangguk dan mulai membuka buku Icad, kenapa buku Icad? Karena dia jarang sekali menulis materi, apalagi rumus-rumus.

"Ini nihil kan?" Tanya Icad sedikit berteriak.

"Tari sakit, nih suratnya" Nisa teman sebangku Tari bangun, dan memberikan surat itu kepada Icad.

"Sakit apa? kemarin masih sehat aja tuh" Saut Hana menatap heran kearah Nisa.

"Katanya sih kena demam"

"Demam berdarah?" Tanya Icad.

"Bukan, dia demam karena kemarin habis lihat penampakan" Sontak ucapan Nisa membuat semua orang terdiam. Termasuk Icad yang ikut terdiam karena tidak paham.

"Seriusan, kok bisa? Dimana?" Tanya Anggita penasaran.

"Di samping perpus gitu katanya" Ujar Nisa sedikit ragu.

"Wahh anjir, fiks itu mah" Anna yang dari bangku belakang tiba-tiba menyaut dan bergerumbul dibangku nya Icad Hana.

"Anjing babi. Sumpah lu kalo dateng permisi kek, ngagetin aja anjir" Mulut Hana emang engga pernah direm.

"Heheh sorry" Anna hanya menyengir membalas perkataan Hana.

"Emangnya kenapa sih?" Tanya Icad sedikit ragu.

"Lu engga pernah denger Cad?" Tanya Anggita sambil menatap intens Icad.

"E–engga, emangnya kenapa? Sesensitif itu ya pembahasan nya?" Jujur Icad sendiri takut untuk bertanya, tapi rasa keponya lebih besar.

"Engga sesensitif itu sih, ini bahkan udah jadi rahasia umum. Bahkan cerita turun temurun dari senior terdahulu" Ujar Anna santai, seakan topik yang mereka bicarakan memang topik biasa.

KRH (Kisah Remaja Humu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang