Disebuah rumah mewah yang sepi, terlihat seorang remaja tengah mengendap-endap untuk masuk kedalamnya. Terlihat gerak geriknya yang sangat mencurigakan.
Setelah memantau situasi sekitar, segera remaja tersebut memanjat pagar tinggi tersebut.
"Woyy woyy, turunn turunn, maling lu yaaa?! Turuunn woyy!!" Teriak Panca yang melihat aksi si remaja.
"Turunn lu atau gw teriakin maling nih!! MA- mmhhh"
"Sstt, kecil-kecil nyalinya gede juga" Remaja itu memilih segera meloncat turun dan membekap mulut orang yang mem pergokinya.
"Mmhh mmhhh"
"Hahh ngomong yang jelas?"
"Mmhhh" Dengan sekuat tenaga Panca berusaha melepas bekapan dimulutnya.
"Nanti gw lepas lu malah teriak lagi"
Gelengan sebagai jawaban nya.
"Awas aja lu teriak lagi"
Dan Panca pun mengangguk.
"Hahh, hahh, pliss kalo bekap tuh mulut aja jangan hidung juga. Lu mau bikin gw mati hah?!!" Omel Panca kepada remaja didepannya itu.
"Salah siapa mulut sama hidung lu atas bawah, jadi ikut ke bekap lah"
"Edan po mendho bocah ki"
"Ngomong apa?" Tanya remaja itu karena tidak paham dengan apa yang Panca bicarakan.
"Lu ngapain manjat pagar rumah orang, lu mau maling yaa?!"
"Siapa yang maling anjir"
"Ya terus kenapa lu naik-naik pagar gitu?"
"Biar kaga ketahuan lah"
"Nahh berarti luu maling, tampang lu juga tampang maling. Fiks lu tuh maling"
"Tampang mirip Cha Eun woo gini dibilang tampang maling, rabun ya lu"
Mereka berdua asik adu bacot dijalanan komplek yang sepi, mirip dengan kucing yang sedang berkelahi ditengah malam.
"Udah deh ngaku aja, biar sekalian gw serahin ke pak satpam"
"Dibilang gw tuh bukan maling, gw naik pager juga biar kaga ketahuan ortu gw karena pulang malem" Jelas Remaja itu sampe liurnya muncrat kemana-mana.
"Gibran? Itu kamu?" Panggil seorang wanita separuh baya dari dalam rumah mewah itu.
"Mama" Remaja yang merasa namanya dipanggil itu pun menoleh dan kaget melihat wanita yang keluar dari rumah mewah itu.
"Kamu ngapain diluar situ, masuk sini. Terus itu siapa?" Tunjuk wanita itu kearah Panca.
"Saya - saya numpang lewat aja Tante, permisi" Panca memilih pergi agar tidak ikut terseret kedalam masalah orang kaya.
"Bocah sialan main pergi aja" Gumam remaja yang sering dipanggil Gibran/Pange itu.
________
"Bused ini sekolah gede juga" Gumam Panca melihat bangunan sekolah barunya.
"Loh dek ayo masuk, malah bengong" Panggil pak satpam yang mengantarkan nya ke kantor guru.
"Ehh iyaa pak" Segera ia berlari kecil mengikuti pak satpam.
Setelah selesai bertemu wali kelasnya, Panca diantar ke kelas yang akan dia tempati. Kelas XI IPS 4 adalah kelas yang akan mereka tuju.
Tokk tok tokk ...
"Silahkan masuk" Ucap guru yang mengajar saat itu.
Bu Ami sebagai wali kelas yang mengantar Panca, meminta izin sebentar untuk memperkenalkan siswa baru dalam kelasnya.