"Heh! Daripada lu cuma rebahan dirumah mending pergi sono keluar, beli petasan kek atau nongkrong sama temen-temen lu. Ini malah tidur mulu kerjaannya ini tuh tahun baru"
"Ya terus kenapa kalo tahun baru mi, engga ada yang berubah juga. Besok juga tetep hari senin kaga ganti nama hari, mami juga masih gini aja kaga jadi ketua DPR" Crosos mulutnya Ayum bikin Maminya darah tinggi.
"Gini amat punya bujang satu, dibebasin malah diem aja dirumah. Tuh kek tetangga sebelah yang seneng keluar dapet temen banyak, lah elu itu-itu mulu temennya. Engga ngenalin pacar juga ke mami" Sewot Mami Yuli sambil beresin kamar anaknya yang udah pengap abis.
Ayum atau nama lengkapnya Ayumna Wira Putra, udah mulai capek denger ocehan maminya yang gak ada habisnya. Bukannya seneng anaknya di rumah malah diusir suruh keluar, daripada beneran diusir Ayum pun bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap keluar.
Beberapa jam berlalu setelah memantapkan diri untuk pergi keluar, Ayum pun berpamitan kepada orang tuanya dan jam menunjukkan pukul 18.45.
"Mi Ayum pergi keluar ya" Pamit Ayum sambil menenteng sepatunya.
Mami dan ayahnya yang lagi nonton tv pun menoleh melihat Ayum yang sudah rapi dan wangi.
"Mau pergi keluar kemana kau?" Tanya Ayah Wira.
"Ke Pusat kota palingan" Ujar Ayum tidak pasti, ia masih memikirkan mau kemana.
"Ya udah hati-hati ya, sakunya kurang? Mau mami tambahin? Nih nihh ambil dihabisin juga gapapa nak" Mami merogoh celah sofa dan mendapatkan uang lima puluh ribuan yang langsung diserahkan ke Ayum.
Ayum tentu menerimanya dengan senang hati, siapa yang gak mau dikasih duit.
"Hehee makasih mi, kalo gitu Ayum pergi dulu yaa dadahh" Ayum berdadah ria dan pergi keluar untuk mengambil motornya.
"Gak biasanya dia mau pergi?" Tanya ayah Wira.
"Udah lah biarin sekali-kali, biar kita juga bisa berduaan" Ujar Mami Yuli sambil kesenangan.
Jalanan malam ini sangat ramai, bahkan macet dibeberapa rute menuju tempat wisata dan pusat kota. Ayum yang sangat malas harus menunggu ditengah kemacetan akhirnya melipir kearah waduk yang tidak jauh dari rumahnya.
Ia pikir disana tidak akan ramai, namun nyatanya sangat ramai dan riuh dengan pedagang dan pengunjung. Dari pada harus putar balik mencari tempat lain Ayum pun memilih tetap parkir diarea tersebut.
Gemerlap lampu yang menyala menjadi penerangan di pinggir waduk tersebut, karena datang sendiri Ayum memilih mencari makan dan kembali pulang kalau tidak ada tempat yang kosong untuk menikmati makanannya.
Berbagi jajanan kaki lima telah Ayum coba, semua stan-stan disana sudah Ayum masuki, namun belum banyak yang Ayum beli. Menurutnya semua sudah ia coba dan takut rasanya tidak sesuai ekspektasinya.
"Tau gini mending ke tempat bocah aja, ikut bakar-bakaran" Ayum mulai sedikit menyesal sekarang.
Mengitari semua Stan dan pedagang dari ujung ke ujung bikin Ayum lelah, melihat ada bangku kosong membuat Ayum segera mendudukinya. Tapi tinggal beberapa langkah lagi ia sudah keduluan sama sepasang kekasih, membuat Ayum menggeram kesal.
"Ahh anjir keduluan lagi, mana sama orang pacaran lagi, anjir bangett" Disela menggerutunya, mata Ayum tidak sengaja melihat gerobak cilok langganannya sedang dikerubungi banyak orang.
"Ternyata mas cilok juga jualan disini kirain di pusat kota" Dengan langkah cepat Ayum berjalan kearah gerobak cilok itu berada.
Ayum tidak bisa melihat mas-mas nya dengan jelas karena tertutup dengan orang-orang yang mengerumuninya. Ia tidak mau berdesak-desakan dan memilih menunggu sampai pembelinya sedikit berkurang.