"Pak Jagat?" sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Jagat.
"Iya, maaf ini dengan siapa?" alis Jagat mengerenyit.
"Saya Raya---karyawannya Pak Mahardika. Saya mau mengabari kalau sekarang Bu Brisa berada di rumah sakit,"
"Rumah sakit???" pekik Jagat, tapi ia sekaligus heran kenapa ia dikabari hal ini. Bukankah Brisa masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab Maha?
"Bu Brisa berada di RS Mulia, Pak. Sebaiknya Bapak sesegera mungkin kesini," belum sempat Jagat bertanya lebih jauh--tapi sambungan telepon sudah terputus lebih dulu.
Jagat menimang ponselnya, berbagai pertanyaan kini terputar di otaknya. Apa yang terjadi pada perempuan itu hingga kembali ke rumah sakit? dan kenapa pula orang kepercayaan Maha memberitahunya tentang kondisi Brisa?
Lelaki Sahadiya itu berpikir untuk sesaat dan hingga akhirnya ia menyambar jaket dan kunci mobilnya. Ia keluar dari ruangannya yang memang bersebelahan dengan kasir di kafenya.
"Pak, mohon maaf..,"
"Saya pergi dulu, kalau ada apa-apa kabari saja pada Winar," Jagat berlalu tanpa menatap siapapun di sekelilingnya.
Tak lama, Jagat sudah menginjak pedal gasnya dalam-dalam dan menembus hiruk pikuk kota.
***
"Pak Jagat? Silakan anda sudah ditunggu Dokter di ruangannya," ujar Suster kala Jagat sampai di lantai 3---sesuai petunjuk dari Raya via pesan singkat.
Jagat memasuki ruangan yang didominasi warna putih itu, setelah dokter memberi isyarat--lelaki Sahadiya itu duduk tepat dihadapannya.
"Akhirnya wali pasien datang, saya mau menginformasikan sesuatu yang penting tentang pasien," ujar Dokter.
"Wali?" alis Jagat mengerenyit.
"Di data pasien tertulis bahwa anda adalah walinya dan ini juga nomer anda, kan?" Dokter menunjukkan layar komputernya yang berisi data Brisa dan benar saja disana tertulis jelas nama beserta nomer ponselnya.
Jagat terdiam, apakah ini pertanda kalau Maha sudah menyerah dengan hubungannya dengan Brisa? batinnya.
"Nyonya Demetrius kehilangan janinnya, Pak. Semua disebabkan karena aktivitas intim yang berlebih," informasi tersebut rasanya jadi keterkejutan kesekian kalinya untuk Jagat.
"Dia...keguguran...?" Jagat menelan ludah dan seketika lidahnya kelu.
"Saya tahu ini tidak mudah, tapi saya harap anda bisa menjaga kondisi mental pasien. Semua ini akan membuat mentalnya guncang," jelas Dokter.
Jagat terdiam. Bukankah terakhir kali kondisi janin Brisa masih bisa diselamatkan? Dan sekarang calon bayi Brisa benar-benar gugur karena aktivitas ranjang?
"Anda bisa jenguk pasien setengah jam lagi, tolong jaga emosi pasien agar tak semakin memperburuk kondisi tubuhnya," Dokter memberi isyarat bahwa sesi konsultasi sudah berakhir, dengan perasaan campur aduk lelaki Sahadiya itu keluar dari ruangan. Apakah Cirillo sudah mengetahui kondisi terbaru kakak perempuannya ini? Jari jemari milik Jagat hampir bergerak untuk menghubungi Cirillo, namun detik berikutnya ia mengurungkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Madness (Jeno,Jaehyun & Johnny) -END-
Fanfic-MATURE CONTENT- Cirillo, Alastair dan Jagat. 3 lelaki dengan kehidupan masing-masing namun saling terikat karena persahabatan. Mereka dengan pengalaman intim yang berbeda, apakah kamu siap mendengarnya? Please, fasten your belt.