CTISK 06

406 55 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Al melangkah ke dalam rumah dengan, senyum yang tak hilang. Entahlah ada perasaan aneh di dalam hatinya. Ah biarlah para pelayan menganggap dirinya gila, Ia tak perduli

'Putri Andini Jelita, nama yang indah seperti orangnya! '

"Jantung gue kok kaya debar-debar gitu ya? Wah-wah kayanya besok gue harus ke spesialis Jantung deh. Udah nggak aman nih jantung! Ck, perasaan gue nggak pernah ngerokok dah. " Gumam Al aneh

Salah satu pelayan berjalan menghampiri Al dengan kepala menunduk. "Punten tuan muda, tuan sudah makan atau belum. Kalau belum biar bibi siapkan?. " Tanya pelayan itu

"Terimakasih, Bi. Tapi Al sudah makan tadi di kantor! " Jawab Al yang berbohong.

"Ohh yasudah kalau begitu, bibi pamit ke belakang lagi tuan! " Pamitnya, setelah mendapat jawaban anggukan dari anak majikan nya. Pelayan paruh baya itu melangkah ke arah dapur kembali.

Kaki lebar itu kembali melangkah menuju lantai tiga, saat di pertengahan tangga. Tiba-tiba Al menghentikan langkahnya. Saat mendengar seseorang memanggilnya.

"Al, bisa kita bicara!?. " Ya suara itu, suara milik kakak pertamanya. Siapa lagi kalau bukan Aditia Putra Wijaya. Anak Emas yang selalu di bangga-banggakan oleh papahnya.

Seketika Al mendatarkan wajahnya, Ia juga tidak ingin hubungannya dengan Aditia terus begitu. Tapi bagaimana lagi, Papahnya-Aldi-seakan sudah membangun dinding tak kasat mata. Antara Ia dan Aditia.

"Gue ngantuk! Mau istirahat. " Ucap Al tanpa melihat ke arah Aditia.

"Cuman sebentar Al, please. "

Al mengangguk "10 menit. " Ujar Al datar

♡♡

"Apa hubungan kita bakal seperti ini terus Al? Renggang, hampa, dan tanpa adanya kasih sayang di dalam nya. Ayolah Al kita udah besar. Apa luh nggak capek sama hubungan kita ini. Saudara rasa asing!! "

Jangan cuman ngebesarin ego, dan gengsi dong Al. Kapan luh dewasanya? Hah?. Gue tanya!..... Oke deh gini aja, mau luh sekarang gimana? "Ucap Aditia yang tersulut emosi

'Bukan luh doang yang capek dan lelah bang, gue juga capek dan lelah. Rasanya di rumah ini gue kaya orang asing! ' Batin Al yang menjerit

"Luh nggak bakal ngerti, mau di jelasin dari ujung kulon sampe ujung wetan. Percuma bang. " Ucap Al yang terjeda "Gini aja deh bang, kita Masing-masing aja. Kaya dulu. dulu aja luh B aja sama hubungan kita. Munafik!. "

Gue iri bang, gue iri sama luh. Gue iri ketika liat kedekatan luh sama bokap. Gue iri ketika bokap memuji prestasi luh. Sedangkan gue apa, hahh. Ketika gue dapet nilai tinggi, bokap cuman bilang 'Ohh' doang. Sedangkan luh, luh di puji setinggi langit. Sebenarnya gue anak papah bukan sih, bang? "

Kedua mata Al memanas, sudah cukup Ia menahan luka ini sendirian. Sudah!!

"Kalau misalnya gue bukan anak bokap sama nyokap! Kasih tau dimana orang tua kandung gue. Biar gue samperin! " Tekan Al

"A-al... " Lirih Aditia.

"Gue manusia bang, gue juga punya hati. Hati gue sakit! Dan luh nggak akan pernah tau gimana rasa sakitnya!.... Nggak akan tauu, jadi pleaseee banget. Jangan tekan gue TERUS!!... Lama-lama gue bisa GILA, luh tau nggak! " Teriak Al prustasi

"Maafin gue Al. Sorry kalau karena gue, luh kurang kasih sayang dari bokap. Maaf Al! " Ucap Aditia

Al terkekeh pelan " Maaf luh, nggak akan merubah segalanya. Jadi gue mohon luh nggak usah, ikut campur urusan pribadi gue. Okeee! "Tekan Al dengan mata memerah.

Aditia menggeleng pelan, membuat Al berdecit kesal. Astaga susah sekali di beri tahunya nih orang, batin Al

"Terserah deh bang. Guee ngomong sampe mulut berbusah pun luh nggak bakal ngerti. Nyerah dah gue, capek ngomong sama luh mah. Mendingan ngomong sama kera gue! " Gerutu Al

"Emang ngerti bahasa binatang! " Tanya Aditia

"KAGAK!! Pake nanya lagi. Busett dah! Pusing pala gue" Semprot Al pada Aditia

"Dosa lho, Al! "

"Bodoamat! "

"Lho Al mau kemana? " Tanya Aditia

"Ke mars! " jawab Al ngasal

"Ngapain? "

"Bangg! Luh tanya sekali lagi, gue hajar juga luh! " Kesal Al

"Hahahah!! " Tawa Aditia menggelengar.

"Dihh... Anda sehat pak! Ketawa nya udah kaya cewek ya sekarang!!! "

'Mamah ingin melihat kalian berdua akur nak. Seperti saat ini, rasanya begitu tenang dan adem. Mamah harap kalian bisa bersatu layaknya saudara seperti umumnya. Itu harapan mamah satu-satunya. '






^Bersambung^

33K Vote
2K Komen
Langsung Update Cerita yang lainnya!!

CEO Tampan Itu SuamiKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang