Tidak ada angin tidak ada hujan, Tiba-tiba nikah?
Inilah yang di alami oleh dua orang manusia berbeda jenis, menikah karena terpaksa? Apakah benar!
Apa yang akan terjadi pada kehidupan rumah tangga keduanya! Akan kah berakhir Happy atau -
.
.
...
Aldi menatap ke arah putra bungsu nya dengan tatapan bingung. Bingung dengan apa yang ingin Aldebaran bicarakan. Sampai-sampai sekeluarga di suruh untuk berkumpul di ruang keluarga begini.
"Aldebaran?. "
Aldebaran yang merasa di panggil pun. Mengangkat kepalanya dengan mata menatap ke arah sang papah. "Iya Pah. " Jawab Aldebaran.
"Ada masalah apa? Sampai kami di suruh untuk berkumpul di sini. " Tanya Aldi dengan wajah serius.
Nindi mengusap pelan bahu milik Aldebaran lalu berkata. "Nak bicaralah, papah kamu bertanya. " Ucap Nindi dengan nada yang begitu lembut.
Aldebaran menarik nafas pelan "Pah—Aldebaran tau selama ini hubungan kita kurang akur. Tapi Al tau kok kalau papah itu sayang banget sama Al. Walaupun papah sering membeda-bedakan Al sama bang Aditia—" Aldebaran menarik nafas panjang dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Pah dulu Al kira papah nggak pernah sayang sama Al. Karena papah selalu membangga-banggakan bang Aditia. 2
7 tahun Al hidup dengan hati yang penuh dengan rasa Iri dan benci. Al nggak munafik pah, jujur Al iri sama kehidupan bang Aditia—"
Aditia meneteskan air matanya saat mendengar curahan hati sang Adik. Lelaki itu menatap ke arah Aldi. Terlihat lelaki paruh baya itupun meneteskan air mata. Entah itu air mata buaya atau air mata palsu.
"Al—" Lirih Aldi menatap ke arah putra bungsunya dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.
"Saat Al ingin jadi dokter tapi papah malah meminta Al untuk menjadi CEO seperti bang Aditia. Oke Al turutin karena Al pikir papah bakal berubah dan sayang sama Al. Tapi nyatanya ekspektasi tak sesuai realita. Huffftt"
"Tapi setelah Al bertemu dengan seorang gadis. Perlahan-lahan rasa iri dan benci itu hilang pah. Iya gadis itu telah berhasil menghilang rasa itu dari dalam hati Al. Gadis cantik, anggun, pintar, mandiri. Telah berhasil mencuri hati Al, pah. "
Aldebaran mengusap pelan air mata yang mengalir tanpa diminta. Ah dirinya terlihat sangat begitu cengeng sekali.
Aldi bangkit dari duduknya berjalan menuju Al. Lelaki itu mengusap pelan surai rambut sang anak. Entah lha kapan terakhir kali dirinya melakukan hal ini.
Aldebaran mendongak perlahan "Papah?. " Gumam Aldebaran pelan. Setelahnya Aldi menarik tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya. Hingga akhirnya keduanya menangis bersama.
"Maafkan papah—papah sudah terlalu banyak dosa kepada kamu Al. Papah terlalu menuntut kamu agar menjadi seperti yang papah inginkan. Hal itu papah lakukan agar kamu sukses. Papah tau selama ini papah jahat sama kamu. Papah minta maaf ya Al. Maafkan papah. " Ucap Aldi
"Hikss.... Iya pah.... Maafin Al juga, karena pernah benci sama papah. Al minta maaf pah. "
Aditia tersenyum dengan mata menangis. Memeluk erat tubuh sang ibu yang kini menangis haru karena akhirnya suami dan anaknya akur juga.
"Aditia—ini bukan mimpi kan, nak? " Tanya Nindi
Aditia menggeleng pelan "Bukan Mah, ini bukan mimpi"
"Al minta restu.. Al ingin menikahi gadis pujaan Al. "
£0O0£
"Haaii mas. " Sapa Andin saat memasuki mobil sang kekasih.